Pekanbaru, (Antarariau.com) - Provinsi Riau membutuhkan dukungan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) untuk penyediaan helikopter "pengebom air", dan teknologi modifikasi cuaca untuk mencegah kebakaran lahan dan hutan semakin meluas.
"Saya akan segera bertemu dengan Kepala BNPB untuk meminta bantuan helikopter untuk 'water bombing', helikopter patroli dan modifikasi cuaca," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger, setelah penetapan status Siaga Darurat Kebakaran Lahan dan Hutan (Karhutla) Riau, di Kota Pekanbaru, Senin.
Dukungan untuk memperkuat penanganan dari helikopter dan pesawat modifikasi cuaca untuk hujan buatan, sangat dibutuhkan Riau karena pada tahun ini telah terjadi peningkatan kasus kebakaran lahan. Edwar mengatakan pemerintah daerah bersyukur karena pada tahun ini pihak sektor swasta cepat merespon dengan mengerahkan helikopter mereka.
Menurut dia, dua perusahanan industri kehutanan yang sudah membantu penyediaan helikopter adalah APP Sinarmas dengan heli Superpuma, dan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).
"Terima kasih buat dunia usaha yang sudah proaktif membantu," kata Edwar Sanger.
Terhitung sejak 19 Februari hingga 31 Mei 2018, Riau sudah berada pada status Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Pemerintah Provinsi Riau menetapkan kondisi ini karena pada awal tahun 2018 terjadi peningkatan jumlah titik panas (hotspot) dan luas Karhutla yang sangat naik signifikan.
Sejak Januari, luas kebakaran lahan diperkirakan mencapai 549 hektare (ha) dengan 59 titik hotspot. Lokasi kebakaran terluas berada di Kabupaten Kepulauan Meranti, yakni mencapai 211,5 ha dan Indragiri Hulu mencapai 121,5 ha.
Kalau dibandingkan dengan tahun lalu pada bulan pada tahun lalu, terjadi peningkatan untuk jumlah "hotspot" meningkat 90 persen dan luasan terbakar naik 25 persen.
Sebanyak tiga pemerintah daerah di Riau sudah lebih dulu menetapkan status siaga darurat, yakni Kabupaten Indragiri Hilir, Bengkalis dan Pelalawan. Selain itu, pemerintah daerah lainnya pada pekan ini juga akan menetapkan status siaga darurat, yakni Kabupaten Kepulauan Meranti, Indragiri Hulu, dan Kota Dumai.
Berdasarkan prakiraan BMKG Stasiun Pekanbaru, peluang hujan di Riau sangat rendah, yakni di bawah 150 milimeter, sehingga pada Februari hingga pertengahan Maret Riau memasuki musim kemarau.
Pada akhir Maret hingga April, Riau diprakirakan mengalami musim hujan namun curah hujannya lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Musim kemarau akan datang lagi pada bulan Mei hingga September.
Kemarau pada tahun ini diprakirakan lebih panas karena beberapa faktor, salah satunya karena pengaruh Angin Monsun dan posisi matahari berada di atas garis equator sehingga ada peningkatan kemarau. ***4***