Pekanbaru, (Antarariau.com) - Psikolog Fetty Nurhayati meminta orang tua agar mendisiplinkan anak yang bermain gadget atau gawai agar tidak terpengaruh dari dampak negatif permainan yang mereka ikuti.
"Disiplin diperlukan untuk menghindari kecanduan mereka main gawai dan lupa belajar, berinteraksi dengan lingkungannya dan banyak lagi dampak negatif lainnya," kata Fetty di Pekanbaru.
Pendapat demikian disampaikannya terkait bahaya penggunaan gadget (gawai) pada dua pelajar sekolah menengah di Bondowoso, Jawa Timur, mengalami kecanduan gawai.
Mereka bisa marah besar sampai membanting-banting benda atau menyakiti diri sendiri jika diminta melepaskan telepon pintar dari tangannya. Saat ini kedua anak tersebut dirawat oleh Poli Jiwa RSUD dr Koesnadi Bondowoso, Jawa Timur.
Menurut Fetty, untuk bisa mendisiplinkan anak tersebut, terlebih dahulu anak harus diajak berkomunikasi dengan baik sehingga saat diterapkan disiplin anak tidak akan merasa terbebani.
Fetty mengatakan, setelah komunikasi berjalan dengan baik maka orang tua perlu mengajari anak untuk mengatur waktu belajar, bermain, nonton televisi atau menggunakan gawai.
"Komunikasi yang lancar akan menimbulkan kedekatan emosional pada anak, sehingga anak akan bisa mendisiplinkan dirinya dengan baik. Kontrol keluarga terhadap aktivitas anak diperlukan," katanya.
Ia menyebutkan banyak anak di Kota Pekanbaru, Riau yang sudah kecanduan main game, bolos sekolah bahkan berani membelanjakan uang SPP-nya merental game di warnet. Untuk kasus ini sudah dilaporkan orang tua ke Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A).
Di samping orang tua, katanya, pemerintah Kota Pekanbaru, juga diharapkan untuk memberi peringatan pada pemilik usaha warnet agar tidak menyewakan game pada anak saat jam sekolah, atau menolak anak yang berpakaian sekolah.
Ketua P2TP2A Pekanbaru Dra Risdayati, Msi mengatakan, penggunaan gawai pada anak harus dibatasi sebab jika dibiarkan anak akan kecanduan, seperti judi, mereka ingin terus main lagi, hingga diyakini bisa mempengaruhi anak sulit berkomunikasi dan berinteraksi secara normal.
"Alhamdulillah di Riau belum ditemukan kasus seperti dialami dua pelajar sekolah menengah di Bondowoso, Jawa Timur itu, cuma ada sejumlah ibu yang melaporkan anaknya sering main gawai, atau bermain game di warnet dan khawatir anaknya tidak bisa belajar, dan bergaul secara normal dengan teman sebayanya," katanya.
Karena itu, kata Risdayati, P2TP2A terus mensosialisasikan dan membekali orang tua dengan trik-trik tertentu bagaimana cara mengontrol anak dan mendisipilinkan mereka agar tidak kecanduan gawai sebab bahaya gawai bisa mengarah seperti kecanduan judi. *