Banjul (Antarariau.com) - Pasukan Senegal yang didukung pasukan Afrika lainnya bersiap memasuki Gambia pada Kamis (19/1), setelah Presiden Yahya Jammeh menolak menyerahkan jabatannya, mengabaikan tenggat mundur tengah malam atau menghadapi aksi militer.
Panglima militer Jammeh mengatakan pasukannya tidak akan melawan pasukan lain yang masuk ke negaranya, sementara presiden Mauritania terbang ke Gambia untuk kesepakatan menit terakhir guna membujuk Jammeh menyerahkan kekuasaannya.
"Kami tidak akan melibatkan diri kami secara militer. Ini sengketa politik," Kepala Staf Pertahanan Ousman Badjie mengatakan setelah makan malam di sebuah daerah wisata dekat ibu kota Banjul menurut sejumlah saksi mata kepada AFP.
"Saya tidak akan melibatkan tentara saya dalam pertarungan bodoh. Saya mencintai tentara saya," kata dia.
"Bila mereka (pasukan Senegal) datang, kita di sini seperti ini," kata Badjie, sambil mengangkat tangannya atau memberikan gestur menyerah.
Mandat Jammeh berakhir pada Kamis tengah malam waktu setempat namun dia tetap menolak menyerahkan jabatannya setelah kalah dalam pemilihan umum bulan lalu dari Adama Barrow, mendorong sejumlah negara Afrika barat meningkatkan tekanan kepada presiden itu setelah beberapa pekan upaya diplomasi gagal.
Nigeria mengirimkan pasukan dan beberapa jet tempur ke Senegal, yang pasukannya sudah berada di perbatasan Gambia.
Para saksi mata mengatakan situasi di Banjul semalam tetap tenang, meski pasukan itu sudah dikerahkan di kota tersebut.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dijadwalkan bertemu Kamis untuk mengeluarkan pernyataan mengenai Afrika Barat yang akan menguatkan lagi tuntutan kepada Jammeh untuk menyerahkan diri menurut para diplomat.
"Jika solusi politik gagal, kami akan terlibat" dalam operasi di Gambia, kata juru bicara militer Senegal Kolonel Abdou Ndiaye kepada kantor berita AFP menjelang tenggat.
Upaya yang gagal dari 15 negara anggota Economic Community Of West African States (ECOWAS) membuat Presiden Mauritania Mohamed Ould Abdel Aziz terbang ke Banjul untuk melakukan perundingan akhir.
Menyusul diskusi itu, dia berharap bisa mencapai solusi damai menurut siaran berita pemerintah Gambia, GRTS.
Beberapa saat sebelum tengah malam, pesawat Aziz mendarat di Dakar, tempat dia bertemu dengan Barrow -- yang belakangan berlindung di sana -- dan Presiden Senegal Macky Sall menurut laporan radio swasta RFM.
Senegal juga meminta dukungan PBB untuk tindakan regional terhadap presiden yang sudah lama menjabat itu. Namun pemungutan suara mengenai draf resolusi belum dijadwalkan menurut para diplomat.
Berita Lainnya
Diplomat Rusia sebut pihak asing coba percepat reformasi militer Sudan
26 April 2023 16:12 WIB
Pihak Militer Qatar Akan Pelajari Sistem Industri Senjata Militer Indonesia
20 January 2017 9:50 WIB
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB
Jokowi Jenguk Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
15 March 2017 11:05 WIB
Pemko Batu Alokasikan Rp4,3 Miliar Untuk Bantu Ibu Hamil
07 February 2017 10:50 WIB
Liburan Imlek, Pantai Selatbaru di Bibir Selat Malaka Dipadati Pengunjung
29 January 2017 21:40 WIB
Jalani Pemeriksaan Di Imigrasi Pekanbaru, TKA Ilegal Mengaku Stres
18 January 2017 16:55 WIB