Cegah Masuk Virus Zika, Pekanbaru Perketat Area Kedatangan Dari Singapura

id cegah masuk, virus zika, pekanbaru perketat, area kedatangan, dari singapura

Cegah Masuk Virus Zika, Pekanbaru Perketat Area Kedatangan Dari Singapura

Pekanbaru (Antarariau.com) - Pemerintah Kota Pekanbaru, Provinsi Riau memperketat pengawasan mobilitas orang dari Singapura menuju wilayah setempat lewat Pelabuhan Sungai Duku dan Bandara Sultan Syarif Kasim II guna mencegah masuknya virus Zika.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) SSK II dan Sungai Duku sebagai pintu masuk orang dari Singapura," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Helda S Munir di Pekanbaru, Rabu.

Menurut Helda upaya pendeteksian dini bagi pendatang yang baru dari negara Singapura dilakukan saat mereka mendarat di pelabuhan dan bandara. Karena Riau khususnya Pekanbaru bertetangga dengan negeri Singa tersebut.

"Pengawasan ini bertujuan mendeteksi apakah virus Zika yang kini berjangkit di negara tetangga terbawa di dalam tubuh pendatang," katanya.

Jika memang ada ditemukan maka Diskes sudah berkoordinasi dengan KKP akan meneruskan proses karantina bagi pasien ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) terdekat.

Selanjutnya setelah uji kesehatan menyatakan positif maka akan dirujuk ke rumah sakit.

Namun menurut Helda setakat kini pihaknya belum ada menerima laporan tentang warga atau pendatang asal Singapura yang terdeteksi mengidap Zika.

"Kita berharap tidak ada warga yang ketular dari luar negeri, karena sejauh ini memang belum ada laporan temuan," tegasnya.

Helda juga mengakui untuk Pekanbaru sejauh ini dari riwayat penderita Deman Berdarah Dengue (DBD) belum pernah ditemukan penderita Zika.

Namun demikian ia mengimbau warga masyarakat waspada terhadap gigitan nyamuk, karena memang fektor penyebar virus Zika adalah serangga yang sama dengan penyebab DBD.

Sebelumnya diberitakan kemunculan virus Zika di Singapura dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan (Ministry of Health, MOH) Setempat pada 28 Agustus lalu. Dalam situs resminya, pihak MOH menyatakan telah mengonfirmasi adanya 41 kasus infeksi virus Zika di wilayah negara bekas jajahan Inggris itu. 36 kasus di antaranya diketahui lewat pengujian secara aktif terhadap orang yang dinilai berpotensi.

Menteri Kesehatan Nila F Moeloek menuturkan, sejauh ini antisipasi pemerintah tetap sama seperti yang sudah ada selama ini. Yakni, mengandalkan screening di bandara dan pelabuhan. Khususnya, bagi penumpang yang berasal dari luar negeri.

"Kalau positif demam, kita minta diambil darahnya dan mengisi kartu alert atau kartu kewaspadaan," ujar Nila di kompleks Istana Kepresidenan (30/8).

Bila hasil tes darah dinyatakan positif Zika, maka orang tersebut akan dipanggil kembali untuk ditangani lebih lanjut. Menkes memastikan, di setiap bandara yang melayani penerbangan internasional maupun pelabuhan-pelabuhan laut terdapat alat screening tersebut. Selain itu, petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) juga disiagakan untuk mengantisipasi hasil screening.

Dia menjelaskan, Zika sudah ditetapkan WHO sebagai masalah dunia. Sebenarnya, Zika dapat dikatakan sama dengan Demam Berdarah Dengue. fektor penularnya pun sama, nyamuk Aides Aegypti. Bedanya, yang dikhawatirkan dari DBD adalah syok yang menyebabkan kematian.

Sedangkan, untuk Zika yang dikhawatirkan terutama ibu hamil. "Karena dikhawatirkan akan melahirkan anak dengan kondisi kepala mengecil atau microcephaly. Juga, penyakit syaraf yang disebut "guillain barre". Namun, kebenaran akan dampak Zika itu hingga saat ini belum bisa dibuktikan secara medis.

Meskipun masih diragukan, tapi berbagai negara sudah memberikan warning. Terutama, lanjut Nila, yang paling ditakutkan adalah di Brazil.

"Yang di Singapura itu yang dikatakan terkena adalah indigenous (asli), jadi bukan dibawa pulang dari Brazil," tuturnya.

Untuk gambaran terbaru, tutur Nila, pascaolimpiade Rio, belum ada laporan atlet ataupun ofisial yang terjangkit virus tersebut.

Nila memastikan, di Indonesia baru-baru ini juga ditemukan lagi warga yang terkena virus Zika. Mereka adalah bagian dari masyarakat Suku Anak Dalam di Jambi. Salah satu laboratorium mengadakan penelitian potensi DBD terhadap suku anak dalam.

"Pemeriksaan lab itu bisa di-sequence, bisa dilihat ternyata ada zika positif," ujarnya.

Temuan itu menunjukkan, potensi orang Indonesia terkena virus Zika sama besarnya dengan potensi terkena DBD. Sebab, sumbernya sama-sama dari nyamuk Aides Aegypti. Tanda-tandanya sama. Demam, kulit kemerahan, dan ciri DBD lainnya. Sebagian akan sembuh sendiri. Penanganan medisnya pun akan sama.

"Daya tahan tubuh saja yang kita angkat," jelasnya.