Pekanbaru, (Antarariau.com) - "Saya dan keluarga kecewa jauh-jauh datang ke Rumah Lontiok, ternyata kondisinya menyedihkan, sangat jauh dari harapan," begitulah ungkapan hati Rozita, warga Pekanbaru yang berkunjung ke Bangkinang, Rabu.
Ruamh Lontiak yang menjadi objek wisata itu berada di Dusun Pulau Belimbing Kuok Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar, Riau.
Wisatawan untuk mencapai tempat tersebut juga harus melewati jalan yang kurang terawat. Banyak didapati jalanan berlubang dan bertanah. Dikatakannya, wisatawan berharap pemerintah bisa memeliharanya agar bisa layak dikunjungi sebagai obej wisata.
"Padahal tertulis disitu desa wisata. Lalu rumah tersebut juga berada pada lokasi yang bagus, pinggir sungai dan tidak terlalu jauh dari jalan lintas," ungkapnya.
Objek wisata Rumah Lontiok merupakan tempat benda-benda tua dan antik bersejarah, peninggalan zaman dulu. Ros berfikir hal tersebut bisa menjadi ajang belajar buat anak-anak untuk mengenal sejarah nenek moyangnya.
"Tadinya kami membayangkan akan melihat benda-benda tua dan barang-barang antik yang bersejarah peninggalan zaman dulu di daerah ini," tuturnya.
Selain itu ia sebelumnya bersama keluarga juga membayangkan bisa melihat rumah adat yang terawat dan bersih. Sehingga bisa tahu apa saja kebudayaan zaman dulu.
"Ternyata setelah melewati jalan berbatu dan berlubang, kita malah melihat rumah adat yang tidak terurus, tidak berpenghuni, kosong dan sudah banyak yang lapuk," jelas Rozita lagi.
Saat ia disana, disampaikannya juga banyak semak belukar di sekelilingnya, termasuk di depan rumah tersebut. Katanya, sangat disayangkan dengan kondisinya tersebut. Ia mengaku penasaran dengan destinasi itu karena setiap kali lewat membaca desa wisata. Kebetulan minggu kemarin dari 5-8 Mei libur panjang. Sekaligus untuk ajang berlibur bersama keluarga.
"Dari Pekanbaru, kami membayangkan akan melihat benda-benda tua dan barang-barang antik yang bersejarah. Tapi perjalanan 1,5 jam yang kami tempuh ke desa itu sia-sia. Kami tidak melihat wisata di sana, yang ada hanya bekas wisata yang kini tidak terawat," kata Rozita lagi.
Rozita mengaku tidak berani masuk ke dalam Rumah Lontiok tersebut, bukan karena angker atau berhantu, tapi lapuknya bangunan yang dikhawatirkan membahayakan keselamatannya.
"Gimana mau melihat barang-barang antik di dalam rumah Lontiok, masuk saja kami tidak berani, takut ambruk," ujarnya.
Ia berharap, baik pemerintahan kabupaten Kampar maupun Provinsi Riau, lebih memperhatikan rumah adat dan tempat wisata lainnya. Selain untuk lokasi wisata yang berguna untuk pemerintah dan warga sekitar, juga menghargai dan menghormati hasil karya orangtua terdahulu dengan tidak melupakan sejarah.
Rumah Lontiok atau disebut Rumah Lancang, dan Rumah Pencalang karena rumah ini bentuk atapnya melengkung ke atas dan runcing. Dindingnya miring keluar dengan hiasan kaki dinding seperti perahu. Menurut kepercayaan orang terdahulu, bentuk rumah itu lambang dari penghormatan kepada Tuhan.
Nama Lontiok dipakai karena bentuk perabung (bubungan) atapnya melentik ke atas. Namun sayang, rumah adat yang diharapkan warga setempat sebagai tempat wisata kini tidak lagi ramai dikunjungi wisatawan. Sebab, tak ada lagi keunikan karena lapuknya bangunan diterjang zaman tanpa perawatan. (Nella Marni)
Berita Lainnya
Rumah pemilik RSIA Zainab dilelang bank, limitnya Rp2,1 miliar
11 November 2024 18:39 WIB
Mendagri Tito Karnavian minta pemda harus kerjakan program 3 juta rumah
09 November 2024 10:19 WIB
WHO kembali serukan gencatan senjata usai rumah sakit di Gaza diserang Israel
05 November 2024 16:55 WIB
Lima rumah di Rohil ludes dilahap api akibat korsleting listrik
04 November 2024 13:15 WIB
Jangan jadikan rumah ibadah tempat kampanye
01 November 2024 15:21 WIB
Sulap okra jadi kopi, wanita di Pekanbaru tembus pasar Nusantara
01 November 2024 13:50 WIB
Riau bangun rumah layak huni bagi tiga KK prasejahtera
31 October 2024 21:36 WIB
Duo Indonesia siap hadapi unggulan teratas tuan rumah di perempat final ITF M25 Binjiang
31 October 2024 11:09 WIB