Pekanbaru, (Antarariau.com) - Provinsi Riau segera memiliki laboratorium gambut internasional setelah adanya tindak lanjut dari rencana tersebut antara Badan Restorasi Gambut (BRG) dan peneliti Jepang untuk penandatanganan MoU pada akhir Mei 2016 ini.
"Tindak lanjut dari rencana sebelumnya adalah akan adanya penandatanganan MoU di Jakarta akhir Mei ini," kata Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman kepada Antara di Pekanbaru, Selasa.
Ia menjelaskan laboratorium gambut itu akan di pusatkan di Kabupaten Kepulauan Meranti tepatnya di Pulau Tebing Tinggi, Desa Sungai Tohor. Wilayah itu dipilih karena bersamaan dengan program BRG untuk memulihkan lahan gambut yang rusak.
Menurut pria yang akrab disapa Andi itu, BRG dan Pemprov Riau sebelumnya telah berkoordinasi dengan sejumlah peneliti dari Universitas Kyoto Jepang, National Institues for The Humanities (NIHU) dan Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk merealisasikan rencana tersebut.
Ia mengatakan, peneliti Jepang memberikan respon positif terkait rencana tersebut sehingga direncanakan akan melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di Jakarta pada akhir Mei 2016 mendatang.
Setelah itu tim riset asal Jepang akan berkunjung ke Riau untuk kemudian berkoordinasi dengan BRG guna merealisasikan rencana tersebut.
Menurutnya, Provinsi Riau akan mendapatkan banyak keuntungan dengan adanya realisasi laboratorium gambut internasional itu. Salah satunya adalah pengembangan budidaya sagu dan produk turunannya guna menambah nilai tambah ekonomi.
"Tugas dari BRG adalah merestorasi gambut mengembalikan tanaman yang cocok dengan gambut. Di Meranti yang cocok itu sagu, dan masyarakat di sana familiar dengan budidaya sagu. Tentu saja tujuannya ini dalam rangka peningkatan sosial ekonomi dalam jangka panjang," jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, peneliti di Indonesia dan Universitas di Riau juga akan mendapat transfer ilmu dengan bekerjasama dengan peneliti Jepang dan negara lainnya yang akan terlibat.
Presiden Joko Widodo membentuk Badan Restorasi Gambut (BRG) awal 2016 guna memulihkan dua juta hektare lahan gambut dalam lima tahun. Tujuan utamanya untuk mengatasi kebakaran lahan akibat kerusakan ekosistem gambut.
Restorasi akan dilakukan di lahan-lahan gambut yang tersebar di tujuh provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua.
Tahun ini Badan Restorasi Gambut menargetkan bisa merestorasi 30 persen lahan gambut yang rusak, sekitar 600.000 hektare lahan gambut yang ada di Pulang Pisau di Kalimantan Tengah, Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin di Sumatera Selatan, dan Kepulauan Meranti di Riau.
Khusus di Riau, selain BRG sebelumnya memulai kegiatan pemulihan gambut di Kabupaten Kepulauan Meranti. Selain Meranti, saat ini BRG turut memprioritaskan pemulihan gambut di Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar.
Ia mengatakan Kampar menjadi wilayah pemulihan selanjutnya karena dampat yang ditimbulkan akibat kebakaran lahan dan hutan di wilayah itu berpotensi mengganggu perekonomian termasuk penerbangan di Bandara Pekanbaru.
Berita Lainnya
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB
Jokowi Jenguk Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
15 March 2017 11:05 WIB
Pemko Batu Alokasikan Rp4,3 Miliar Untuk Bantu Ibu Hamil
07 February 2017 10:50 WIB
Liburan Imlek, Pantai Selatbaru di Bibir Selat Malaka Dipadati Pengunjung
29 January 2017 21:40 WIB
Jalani Pemeriksaan Di Imigrasi Pekanbaru, TKA Ilegal Mengaku Stres
18 January 2017 16:55 WIB
Pelajar Sekolah Di Inhil Banyak Yang "Ngelem"
13 January 2017 6:15 WIB
Sejumlah Produk Kosmetik Dan Makanan Kadaluarsa Disita Pihak Polres Bengkalis
16 December 2016 23:15 WIB