Kampar Terapkan Budidaya Ikan Berkonsep Multitrofik

id kampar terapkan, budidaya ikan, berkonsep multitrofik

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Pemerintah Kabupaten Kampar Provinsi Riau akan mengembangkan pola budidaya ikan dengan konsep integreted, multitrofik dan aquacultur yang artinya budidaya menggunakan sistem rantai makanan berdasarkan tingkat trofik.

"Ini menjadi sangat potensial untuk melepaskan ketergantungan Kampar terhadap ikan-ikan dari luar daerah," kata Bupati Kampar Jefry Noer kepada pers, Senin sore.

Kepala Kelompok Penelitian Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Perairan Darat dari Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cynthia Henny mengatakan sisa pakan dan feces ikan yang terakumulasi di dasar danau, sungai / waduk menjadi penyebab utama penurunan kualitas air yang menjadi sumber daya air dan gangguan ekosistem.

"Maka kemudian dibutuhkan cara untuk limbah tersebut kemudian bisa kembali diolah menjadi pakan bagi ikan dan hewan yang berada di dalamnya secara terus menerus," kata Cynthia saat ekspos tentang ¿Ecosystem Based Approach dan Ekoteknologi untuk Perlindungan dan Pengelolaan Pemanfaatan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan" di ruang rapat Lantai III Kantor Bupati Kampar.

Cynthia menambahkan, untuk pencapaian hal itu diperlukan konsep integreted, multitrofik dan aquacultur. Artinya budidaya menggunakan sistem rantai makanan berdasarkan tingkat trofik.

Tingkat trofik itu, lanjut dia, kalau dalam rantai makanan kan ada rantai yang paling bawah misalnya planton atau tumbuhan air itu sebagai produsen utama dan kemudian tingkat profit kedua yaitu konsumen seperti ikan-ikan kecil atau zoplanton, zoplanton ini juga dimakan ikan kecil.

"Bisa naik lagi ke tofik tiga yang ikan besar memakan ikan kecil," katanya.

Tetapi yang ditawarkan sekarang, katanya, adalah tumbuhan air untuk pakan budidaya ikan. "Nah dalam budidaya ikan ikan itu kita juga menghasilkan limbah. Limbah ini nantinya bisa dijadikan pupuk untuk pakan yaitu tumbuhan air, jadi akan ada terus sirkulasinya. Airnyanya pun tersikulasi karena kita juga pakai pompa ekosistem jadi seperti itu terus, jadi hemat air hingga 70 persen," katanya.

Awalnya, lanjut Cynthia, bisa pakai pupuk apa saja seperti pupuk organik. Kenapa jadi tingkat profit, yaitu disemai terlebih dahulu dan kemudian dibesarkan bibit lele biasa dengan pakan pelet.

"Nah dari limbahnya itulah kita tumbuhkan tanaman air di kolam-kolam kita alihkan airnya ke kolam-kolam untuk menumbuhkan tanaman air tadi. Tumbuhan air yang setiap hari kita panen untuk memberi makan ikan budidaya untuk produksi, tapi dari produksi nanti tersikulasi lag," katanya.

Ia katakan, bahwa itu merupakan program tahun 2016. Untuk awalnya, program ini di kenalkan.

Lebih lanjut, Cynthia mengatakan konsep ini bisa juga digunakan untuk keramba, cuma di keramba ini kalau bisa juga ada sistem aliran air kalau tidak akan terjadi pengendapan di dasar.

Kalau dikolam tidak ada pengendapan di dasar. Karena kolamnya tidak terlalu dalam dan airnya bisa terus tersikulasi. Kalau seperti bekas-bekas galian atau danau kecil kita belum tauh karena akan penumpukan di dasar, lanjutnya.

"Kalau terkontrol kolamnya lebih bagus pakai terpal. Tetapi kalau ada budidaya yang dikeramba kalau besar tidak perlu pakai terpal. Tetapi kita tetap bisa menggunakan tumbuhan air tadi, kita bisa tarok di danaunya itu untuk mengurangi penurunan limbah nutriun tadi sehingga tidak terjadi blooming pada musim kemarau," katanya lagi.

Bupati Kampar Jefry Noer mengatakan sektor potensi perikanan memang harus kembangkan secara optimal, itu ditandakan dengan masih banyaknya kekurangan stok ikan di pasar-pasar tradisional.

Untuk sekedar diketahui saja, lanjut dia, ikan nila dan ikan mas masih didatangkan dari luar daerah Riau, bahkan hampir 80 persen.

"Maknanya, ini bisa dijadikan sebagai suatu peluang yang besar untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran di Kabupaten Kampar. Untuk lahan percontohan budidaya sendiri bisa nanti kita coba di Perkampungan Tekhnologi Tello yang berada di Muara Uwai, kita akan buat konsep pendanaan swadaya," kata Jefry. (Adv)