Oleh Edy M Yakub
Laura Gransburry, Liam Sankey, Andrew Schaefer, Jake Wundersitz, Hannah Impett, dan teman-temannya menikmati malam Minggu dengan mendendangkan tembang-tembang slendro dan pelog.
Ya, mahasiswa-mahasiswa Australia kelas Bahasa Indonesia Flinders University memamerkan kemahirannya menabuh gamelan dalam gelaran "Flinders University Pendopo: End-of-Semester Concert 2015" di kampus setempat, 31 Oktober 2015.
"Memainkan gamelan mendapatkan sensasi yang luar biasa, sangat berbeda dengan alat musik yang biasa saya pegang seperti gitar, drum, dan lainnya," ungkap Jake Wundersitz di sela-sela gelaran itu.
Kendati banyak dari mereka belum pernah ke Indonesia, namun rasa cintanya kepada gamelan diungkapkan lewat enam lagu dengan sangat apik dalam acara yang diselenggarakan "School of Humanities and Creative Arts Indonesian Department" Flinders University.
Dalam konser itu, lagu Lancaran Demam Emas digubah oleh salah satu murid Bahasa Indonesia, Laura Gransbury, dengan mengambil tembang slendro.
Seluruh penonton yang terdiri dari warga Australia, WNI Diaspora, dan mahasiswa internasional yang menonton konser itu dibuat terkesima dan hanyut bersama kebolehan mereka mengharmonisasikan berbagai instrumen gamelan di gedung dengan arsitektur khas Jawa, Pendopo, yang berdiri di tengah-tengah Flinders University.
"Kenikmatan yang tidak bisa dibahasakan dengan kata-kata," ujar Liam Sankey yang mampu memainkan gong, demung, dan slenthem dalam konser itu, meski hanya mengenal Indonesia lewat pelajaran Bahasa Indonesia sewaktu SD dan kelas Bahasa Indonesia di Flinders University.
Bahkan, mahasiswi yang mengambil kelas Bahasa Spanyol, Ashlee Oswald, sengaja memilih mata pelajaran gamelan untuk bisa menikmati musik dari Jawa ini dengan memainkannya secara langsung.