Sambungan dari hal 1 ...
Pariwisata Online
Menpar Arief Yahya menyambut baik dilakukannya MoU kerja sama penyediaan teknologi dan konten untuk pariwisata dalam upaya meningkatkan kunjungan wisman ke Indonesia.
Pemerintah tahun ini menargetkan kunjungan sebanyak 10 juta hingga 12 juta wisman dan akan meningkat menjadi 20 juta pada 2019.
"Jepang merupakan pasar utama pariwisata Indonesia. Kunjungan wisman menunjukkan trend meningkat. Pada Maret 2015 jumlah kunjungan wisman Jepang sebanyak 19.461 wisman atau berada di urutan tiga terbesar setelah Malaysia dan China," kata Menpar Arief Yahya.
Kemenpar sangat serius dalam menggarap pasar Jepang, untuk ini konektivitas penerbangan langsung terus ditingkatkan.
Selain itu promosi digencarkan baik melalui promosi dengan media digital (online) dan promosi secara konvensional (offline) yang dikemas dalam Wonderful Indonesia.
Pihaknya berharap, bukan hanya Jepang yang bisa digarap lebih serius untuk promosi pariwisata secara online namun akan lebih banyak negara fokus pasar lain yang mendapat perlakuan serupa.
Ia berharap lebih banyak pihak swasta tergugah untuk turut serta mempromosikan pariwisata Indonesia di dunia cyber melalui penyebaran konten yang menarik.
Arief berpendapat, promosi pariwisata untuk menarik kunjungan lebih banyak wisatawan ke Tanah Air sejatinya bukan semata tanggung jawab kementeriannya melainkan seluruh pemangku kepentingan termasuk masyarakat Indonesia.
Jejaring Sosial
Kementerian Pariwisata juga bertekad meningkatkan promosi wisata melalui jejaring sosial dan sosial media untuk menyasar segmen-segmen yang potensial.
"Dalam beberapa waktu terakhir, kami mulai fokus menggarap segmen khusus melalui sosial media. Dan tahun depan akan lebih ditingkatkan," kata Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Kemenpar Esthy Reko Astuti.
Ia mengatakan, promosi wisata melalui sosial media dan jejaring sosial seperti twitter, facebook, dan blog saat ini sangat efektif untuk menjaring segmen pengguna internet aktif yang umumnya berasal dari kalangan generasi muda yang "melek" IT.
Selain itu daya jangkau promosi secara online, menurut Esthy, jauh lebih luas ketimbang promosi wisata secara konvensional.
"Jadi promosi melalui sosial media, anggarannya kami jadikan satu dengan promosi secara elektronik website yang di dalamnya juga terdapat maintenance untuk konten," katanya.
Selama ini, Esthy mengakui, biaya termahal untuk promosi wisata online adalah pos untuk maintainance dan search engine organization.
Apalagi, anggaran pemasaran pariwisata dalam beberapa tahun terakhir sempat mengalami penurunan sehingga diperlukan upaya strategis untuk meningkatkan promosi wisata yang efektif tetapi tidak menelan biaya terlampau besar.
Menurut dia, promosi wisata secara online memiliki efek yang kuat dan dapat menjadi jawaban yang tepat untuk persoalan terbatasnya anggaran.
"Sedang diupayakan ada tambahan (anggaran) yang diprioritaskan untuk event-event atau promosi besar," katanya.
Ia mengatakan, saat ini pihaknya sudah dan sedang mengelola website resmi Kemenpar di alamat laman www.indonesia.travel.
Selain itu, pihaknya juga mengundang para pelaku industri pariwisata untuk mempromosikan websitenya yang berisi paket-paket wisata domestik melalui www.indonesia.biz.
"Untuk twitter kami yang beralamat di @indonesia.travel saat ini followernya sudah mencapai lebih dari ratusan ribu orang," katanya.
Melalui facebook di akun indonesia.travel pihaknya juga gencar mempromosikan pariwisata di tanah air.
Pihaknya juga mendorong para pelaku industri pariwisata untuk mulai berpromosi secara online dengan melakukan pendampingan dan pelatihan membuat website.
"Kita dampingi mereka, kita latih juga bagaimana membuat konten-konten yang menarik, serta meng-upload gambar ke dalam website," katanya.
Esthy berharap melalui promosi online, pariwisata Indonesia semakin dikenal di dunia sehingga kunjungan wisatawan ke Indonesia semakin meningkat.