Disbun Riau: Krisis Listrik Teratasi Energi Terbarukan

id disbun riau, krisis listrik, teratasi energi terbarukan

Disbun Riau: Krisis Listrik Teratasi Energi Terbarukan

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Dinas Perkebunan Provinsi Riau, menyatakan krisis listrik di daerah itu dapat teratasi dengan dimilikinya sumber energi baru terbarukan cukup besar dan beragam, salah satunya dari limbah 187 unit pabrik kelapa sawit di provinsi tersebut.

"Paling potensial dan sangat realistis untuk dapat dimanfaatkan saat ini adalah limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yaitu serabut, cangkang kelapa sawit serta limbah cair," papar Kepala Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan Disbun Provinsi Riau Sri Ambar di Pekanbaru, Riau, Kamis.

Dia mengatakan, serabut kelapa sawit secara umum sudah habis digunakan untuk kebutuhan listrik di pembakaran boiler PKS. Sedangkan cangkang umumnya dijual ke luar daerah atau di ekspor dan biogas dari limbah cair tersebut belum banyak termanfaatkan.

Berdasarkan data Disbun Provinsi Riau tahun 2013, tercatat 187 unit PKS di provinsi itu yang tersebar terutama pada daerah perdesaan dengan total kapasitas produksi mencapai 7.520 ton per jam.

Pemanfaatan limbah cair PKS tersebut dapat menghasilkan listrik melalui metode methane chapture (penangkapan gas methan) dengan sistem cover lagoon (penutupan kolam) dan sistem buffer tank (tangki bioreaktor) serta instalasinya disebut biogas plant.

"Gas methane yang ditangkap, kemudian di proses sebagai bahan bakar untuk menggerakkan generator yang menghasilkan listrik dengan investasi pembangunan berkapasitas 1 MW diperkirakan berkisar antara Rp25 sampai Rp30 miliar," katanya.

Lebih lanjut dia berujar, jika 187 unit PKS tersebut membangun pembangkit listrik masing-masing 1 MW, maka akan dihasilkan listrik sebesar 187 MW atau sudah mengurangi defisit 65 MW dari total kebutuhan PT PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau tahun 2014 sebesar 551,54 Mega Watt.

"Dari keterangan beberapa perusahaan PKS, biaya yang dikeluarkan tersebut akan kembali modal pada tahun kelima dengan catatan sumber energi listrik dikuasai oleh PKS. Pemanfaatan biogas dan biomassa itu diperlukan koordinasi pemerintah daerah, PKS, PLN atau investor," ucap Sri Ambar.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau akhir tahun lalu berulang kali mendorong pembangunan pembangkit listrik tenaga biomassa untuk mengatasi kekurangan pasokan tenaga listrik di daerah tersebut terutama pada saat beban puncak.

"Total kebutuhan tenaga listrik saat ini sekitar 592 MW. Kapasitas pembangkit terpasang di Riau cuma 315 MW atau kurang 277 MW, sedangkan elektrifikasi baru 61 persen dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 14 persen per tahun," kata Pelaksana Tugas Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman.

Dengan kondisi seperti itu, lanjut dia, maka pihaknya Riau sangat mengharapkan pemerintah pusat yang telah merencanakan pembangunan pembangkit listrik sekitar 35.000 MW dapat segera merealisasikannya.

Selain itu, pemprov tetap akan memanfaatkan sumber-sumber yang bisa dijadikan untuk memproduksi tenaga listrik seperti energi terbarukan yang dihasilkan dari limbah pabrik kelapa sawit atau biomassa yang sudah pernah disampaikan ke Presiden Joko Widodo.

"Saat ini, jumlah pabrik kelapa sawit lebih dari 185 unit. Biomassa dari pabrik ini akan kita manfaatkan untuk memproduksi listrik, terutama memanfaatkan limbah cairnya," ucapnya