Pekanbaru (Antarariau.com) - Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman menyatakan tersentuh dengan paparan Panitia HUT ke-64 HUT Ikatan Dokter Indonesia, seputar derita ratusan anak Riau penyandang Thalasemia (kelainan darah) dan disabilitas.
"Kalau saya tak dipanggil mendadak ke Jakarta, saya akan hadir," katanya sambil meneken draft undangan acara yang disodorkan panitia yang beraudiensi di kamar kerjanya, Jumat (28/11) petang.
Rombongan panitia HUT IDI dipimpin oleh Ketua IDI Pekanbaru dr Zul Asdi SpB MKes, Ketua Panitia Dr dr Ririe Fachrina Malisie SpAK, dr Elmi Ridar SpA, dr Medrison, dr Hamzah, dr Wiwid A SpA M Biomed, dr Abdullah Qayyum, dr Susatio, dan dr Tb Odih SpBA. Ketua IDI Wilayah Riau dr Nuzelly Husnedi MARS, juga ikut hadir.
Sedangkan Arsyadjuliandi Rachman didampingi Kadis Kesehatan Riau Zainal Arifin dan Karo Humas Yoserizal Zen.
Kepada Gubernur, dr Ririe menjelaskan, bahwa tema HUT IDI kali ini adalah membangun kepedulian terhadap penyandang disabilitas dan penyakit kronis anak, khususnya thalasemia, hemofilia dan kanker darah. Jumlahnya yang terdata di Riau, lebih dari 200 orang. "Sebagian dari mereka akan ditampilkan pada malam hiburan puncak HUT IDI," kata doktor ahli ICU anak itu.
Menurut dr Elmi Ridar SpA yang tunak menangani penyakit ini, thalasemia adalah penyakit kelainan darah (sel darah rusak sebelum darah yang baru terbentuk), sehingga penderita butuh transfusi darah rutin. Setiap penderita penyakit turunan ini, butuh 3-4 kantong darah sebulan, serta obat-obatan dengan total biaya Rp7 juta sebulan, sepanjang hidupnya. Jumlah penderita yang terpantau di Riau, sekitar 120 orang.
Sedangkan hemofilia ialah penyakit darah sukar membeku. Bila penderita mengalami luka, biaya pengobatannya bisa mencapai belasan juta rupiah. Bahkan bagi penderita yang mengalami luka dalam karena terbentur atau jatuh, bisa menyebabkan pembengkakan atau cacad sendi. Jumlah penderitanya tercatat sudah 50 anak.
Untuk itu, dalam HUT kali ini, panitia menjaring pendonor darah tetap lewat Program Ten for One, atau 10 pendonor tetap untuk satu anak penderita. Donor darah bekerjasama dengan PMI. Pada donor darah ini, selain anggota IDI sendiri, juga akan merangkul pihak lain sebagai pendonor. Diantaranya kalangan kepolisian, TNI, birokrat, organisasi wanita, wartawan dan masyarakat umum yang berminat.
IDI melibatkan semua pihak dalam donor darah, karena ingin membantu penyediaan darah tetap untuk anak-anak penderita Thalasemia (kelainan darah), Hemofilia (darah sukar membeku) dan Leukemia (kanker darah). "Untuk 120 anak Thalasemia saja, dibutuhkan sebanyak 360 kantong darah sebulan," ujar Dr Ririe.
Rangkaian kegiatan HUT IDI ini sudah dimulai. Namun, puncak kegiatan pekan peduli akan digelar 1-6 Desember 2014 mendatang. Kegiatan yang sedang berlangsung adalah serial talkshow kesehatan di TVRI dan RRI Pekanbaru. Sedangkan pekan peduli nanti, antara lain akan diisi dengan kunjungan anggota IDI ke Unit Rehabilitasi Medik, Pusat Palsi Serebral, Thalasemia Center, dan Unit Kanker Anak, baik di RSUD maupun RS Swasta di Pekanbaru. (Advertorial)