Kisah Desa Mukti Sari Menjemput Energi dari Limbah

id Desa Energi Berdikari

Kisah Desa Mukti Sari Menjemput Energi dari Limbah

Ketua Poktan Sudarman tengah berada di kandang sapi milik nya yang kini telah berkontribusi menyalurkan biogas untuk memasak dari sumber energi kotoran sapi, Selasa (21/10/2025).

Dumai (ANTARA) - Kepala Desa Mukti Sari Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Provinsi Riau Waryono ini dengan bangga menceritakan keberhasilan warga desanya telah menciptakan biogas dari kotoran Sapi dan turunannya yang juga dijadikan pupuk organik serta energi untuk lampu penerangan, Selasa (21/10/2025).

Kades Waryono yang sudah menjabat sejak Tahun 2022 di Desa Mukti Sari ini sangat bangga dengan warganya yang sibuk bekerja dan berinovasi menghasilkan duit dari usaha mengolah kotoran sapi, limbah manusia, sampah pasar dan industri tahu yang semuanya ada di desa itu.

Dari kegiatan pengelolaan limbah dan kotoran ini juga yang membuat nama desa Mukti Sari harum dan terangkat di tingkat kabupaten, provinsi hingga ke kancah nasional sebagai Desa Energi Berdikari (DEB) satu satunya di Kabupaten Kampar.

Desa energi berdikari untuk mendorong kemandirian energi, di seluruh wilayah, masyarakat diberikan manfaat, pengetahuan dalam pengolahan hulu dan hilir dari program ini.

Karena DEB ini juga ekonomi warganya membaik dan tidak terancam pangan karena sudah bisa menghasilkan lebih duit untuk kebutuhan sehari hari. Warganya yang sibuk bekerja maka otomatis juga menimbulkan suasana atau kondisi lingkungan desa ini berasa aman dan tentram dengan tidak adanya tindak kriminal atau pelanggaran hukum.

"Alhamdulillah warga kami sejak ada usaha bersama ini sibuk bekerja menghasilkan duit. Bahkan dari kegiatan pengolahan limbah dan kotoran ini angka pengangguran jauh menurun karena anak anak muda nya diajak kerja, jadinya lingkungan juga aman dan tidak ada kriminalitas," kata Waryono.

Kades yang merupakan pensiunan PT Pertanian Nusantara ini menjelaskan bahwa di desa yang berpenduduk kurang lebih 5.332 jiwa dengan 727 kepala keluarga ini banyak warganya beternak hewan Sapi. Tercatat sebanyak 173 ekor Sapi di desa ini diternak warganya, selain untuk peranakan, penggemukan, juga untuk kebutuhan hewan kurban saat Hari Raya Idul Adha.

Awalnya bagi sebagian masyarakat setempat kotoran sapi sesuatu yang meresahkan karena jalanan umum jadi kotor dan berbau. Sering sesama warga berselisih agar yang memiliki hewan sapi menjaga kebersihan lingkungan umum dengan tidak buang tahi sembarangan.

Untuk menghindari pertengkaran warga soal kotoran sapi berserakan di jalan ini, maka Waryono bermusyawarah dengan aparatur terkait lain mengusulkan peraturan desa yang bertujuan menertibkan pemilik sapi agar bertanggungjawab dengan kotoran tidak mengotori jalan umum.

"Berangkat dari problem kotoran sapi ini maka saya teringat untuk mencoba meminta bantuan ke Pertamina Hulu Rokan agar bisa mencarikan solusi. Sejak itulah desa kami terus bekerja dan warganya giat mencari duit karena dikasih pengetahuan dan fasilitas untuk memulai produksi pupuk dan biogas dari bahan baku limbah dan kotoran," sebut Kades Waryono lagi.

Bau busuk dan menyengat dari kotoran sapi ini sekarang tidak lagi menjadi masalah bagi warga setempat, karena sudah berubah menjadi ladang duit dan sumber mata pencaharian masyarakat desa tersebut. Dari kotoran sapi dimanfaatkan menjadi biogas untuk memasak ini akhirnya menjadikan Mukti Jaya percontohan desa energi berdikari.

Selain kotoran sapi, warga juga mengumpulkan limbah rumah tangga, pasar, industri tahu tempe dan limbah dari pondok pesantren yang beroperasi di daerah itu. Berbagai turunan limbah itu dihasilkan warga, salah satunya pupuk organik padat dan cair.

Agar semua aktivitas pengolahan limbah dari hulu ke hilir terkelola baik, maka warga sepakat membentuk kelompok tani ternak di desa itu. Semua sektor pertanian dan peternakan bergeliat di Desa Mukti Sari ini yang juga berpengaruh sangat baik untuk perekonomian warga.

Bahkan, diakui Waryono, desa yang dipimpinnya kini telah memiliki omzet usaha yang dikelola Badan Usaha Milik Desa atau Bumdes sebesar Rp9 miliar dan masuk ke pendapatan asli daerah Kabupaten Kampar.

Timbal balik dari sumbangan PAD ini, setiap tahun Pemkab Kampar menggelontorkan anggaran ratusan juta untuk pembangunan infrastruktur dasar, seperti jalan, penerangan jalan umum dan jembatan serta lainnya.

Waryono juga mengakui Pertamina Hulu Rokan banyak membantu dalam menggerakkan ekonomi warga melalui pendampingan yang intensif, dukungan sarana prasarana dan termasuk pembentukan peraturan desa hingga edukasi kesadaran lingkungan dan menjaga ketahanan pangan.

Bentuk dukungan yang petnah dibantu PHR misalnya, pembangunan kandang sapi, rumah produksi pupuk, jaringan pipa biogas ke 20 sambungan rumah dan infrastruktur lain mendukung lain kegiatan pertanian dan peternakan warga.

"Selain disibukkan dengan operasi minyaknya, ternyata PHR sangat konsisten memperhatikan masyarakat. Kami sudah merasakan kepedulian dan sentuhan PHR yang sangat berarti sekali. Kami tentu berharap PHR terus dapat beroperasi dengan baik dan lancar dalam memenuhi ketahanan energi bangsa serta menjadi perusahaan yang kuat dan tangguh," demikian harapan dari Waryono.

Kotoran Sapi Berbau Duit

Kandang sapi Sudarman selaku Ketua Kelompok Ternak Bina Mukti Sari hanya berisi delapan ekor yang berukuran dewasa. Setiap hari bisa mengumpulkan 10 kilogram kotoran sapi, baik padat maupun cair. Dari kotoran sapi yang dikumpulkan dan ditumpuk di satu wadah reaktor, kemudian mulai diolah dan dihaluskan di reaktor biogas dengan komponen utama metana (CH4).

Sudarman awalnya hanya peternak sapi biasa dengan konsep penggemukan untuk keperluan potong daging dan permintaan hewan kurban saat Idul Adha. Dia belum berpikir untuk mengolah kotoran menjadi turunan yang bisa menghasilkan rupiah.

Problem kotoran sapi yang diresahkan warga mulai teratasi sejak dimusyawarahkan dan disepakati bersama dengan akhirnya dibentuk peraturan desa.

Hewan ternak, reaktor dan sarana lainnya di kandang sapi serta jaringan pipa biogas sambungan rumah untuk keperluan sumber energi dari pengolahan kotoran sapi, manusia dan limbah industri serta pasar ini banyak didukung PHR lewat program tanggung jawab sosial kemasyarakatan atau TJSL perusahaan, atau lazim disebut CSR.

Setelah kotoran sapi diolah sedemikian rupa dan menghasilkan biogas, kemudian disalurkan ke rumah warga melalui sambungan pipa.

"Selama sapi membuang kotoran, maka biogas akan terus dinikmati warga. Pemanfaatan biogas ini juga menghemat pengeluaran rumah tangga, karena biasanya pemakaian tiga tabung gas elpiji tiga kilo, sekarang hanya satu tabung perbulan," kata Sudarman.

Dia akhirnya bisa lega karena sebelumnya bau kotoran sapi yang menganggu kenyamanan warga, kini malah menjadi sumber energi untuk rumah tetangga sekitar kandang sapi miliknya. Sedikitnya 20 rumah di desa itu memanfaatkan biogas dari kotoran sapi untuk memasak.

Sudarman bersama warga kelompok pertanian dan peternakan desa itu menjadi paham konsep dan cara bertani dan beternak yang baik dengan memanfaatkan limbah kotoran ini berkat pelatihan diberikan oleh ahli ahli dari PHR dan Dinas Kesehatan Hewan Kabupaten Kampar.

Produksi Pupuk

Sektor hilir dari pengolahan limbah dan kotoran ini juga dipikirkan Tim PHR dengan memproduksi pupuk organik padat dan cair. Bahkan dibangunkan juga rumah produksi oleh PHR dan mengakomodir penuh pengelolaan dengan kelompok produksi.

Ketua Kelompok Produksi Biotama Agung Lestari Hasan Mahyin menjelaskan, proses pengolahan kotoran sapi dan limbah lainnya menjadi pupuk tanaman masyarakat ini dilakukan di rumah produksi menggunakan metoda manual dan pencampuran untuk pupuk yang cair dan padat.

Produksi pupuk tanaman ini mempekerjakan sejumlah warga dan remaja yang mau mengumpulkan kotoran dan limbah tersebut. Setelah ditumpuk di bangunan semi permanen ini, selanjutnya dilakukan pemilahan sampah basah dan kering untuk diproses menjadi pupuk padat dan cair.

Kelompok produksi ini menggerakkan ekonomi warga tempatan karena setiap limbah dan kotoran dikumpul dan diolah jadi pupuk, untuk selanjutnya dijual ke pasaran. Harga jual dibikin sangat terjangkau, yaitu Rp3 ribu pupuk padat dan Rp30 ribu pupuk cair.

"Pemuda yang tidak bekerja kami ajak untuk mengolah kotoran jadi pupuk, dan mereka mendapat upah. Kepandaian memproduksi pupuk ini kami peroleh dari PHR yang sangat setia mendukung dan mendampingi warga memanfaatkan kotoran sapi menjadi barang bernilai ekonomis," kata Hasan.

Dia bersama kelompok produksi bertekad untuk terus mengembangkan usaha pembuatan pupuk ini dengan meningkatkan juga jangkauan pemasaran lebih luas. Disamping itu juga mendorong warga terus bergerak mencapai swasembada pangan melalui tanaman pertanian.

Kontribusi besar PHR dalam mendorong kemandirian warga melalui pertanian ini sangat disukuri warga, dan mereka mendoakan PHR selalu berhasil dalam semua kegiatan pengeboran minyak bumi untuk ketahanan energi nasional.

Dipuji Pemkab

Penyuluh dari Dinas Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Kampar Firnando Hutagaol sekaligus Forum Petani Ternak Tapung Raya memuji keuletan dan kekompakan warga Desa Mukti Jaya menjalankan usaha kemandirian energi bersumber dari kotoran dan limbah menjadi rupiah.

Disbunakkeswan Kampar menurutnya sangat mendorong usaha usaha pertanian maupun peternakan yang dikembangkan masyarakat. Salah satu bentuk dukungan dengan cara meminta perusahaan untuk berpartisipasi membantu.

Terhadap kelompok tani dan ternak di Desa Mukti Jaya ini, Pemkab Kampar meminta partisipasi PHR membantu pengembangan peternakan sapi yang pada awalnya kotoran itu dianggap menjadi masalah.

"Kalau sekarang warga sudah tau mau buang kemana kotoran sapi nya, karena bisa diganti dengan duit. Program Desa Eneegi Berdikari Desa Mukti Jaya ini dinilai berhasil dan PHR terus kami dorong untuk meningkatkan dukungannya," kata Firnando.

20 Reaktor Biogas

Manager Community Involvement & Development (CID) Iwan Ridwan Faizal menjelaskan bahwa sejak Tahun 2022 hingga kini sudah dilakukan pembangunan infrastruktur dan 20 reaktor biogas untuk membantu mengembangkan produk turunan dengan memanfaatkan limbah dari reaktor tersebut.

Pendampingan dan inrervensi yang dilakukam PHR selama ini kepada Poktan akan dikurangi mulai Tahun 2025. Perusahaan akan berfokus kepada pelatihan bagi lansia dn ibu rumah tangga.

DEB ini, lanjut Iwan, merupakan program sosial kemasyarakatan PT PHR untuk mendukung kemandirian dan ekonomi dengan ketersediaan akses energi baru terbarukan lewat pemanfaatan kotoran sapi, manusia dan limbah yang melimpah sebagai sumber energi biogas.

Setelah dijalani program ini, beberapa hasil bisa kita lihat, diantaranya tersedia akses kebutuhan dasar memasak melalui biogas. Kemudian, terbentuk kelompok penerima manfaat dan sarana pengembangan diri.

"Selanjutnya, tercipta ekosistem desa dengan ekonomi sekular dan berhasil diterbitkan satu peraturan desa tentang energi berdikari," sebut Iwan. 3

Di Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, aroma kehidupan kini bercampur dengan wangi tanah yang subur dan semangat warganya yang menyala. Dari desa kecil di Riau ini, lahir cerita tentang bagaimana kotoran sapi yang dulu dianggap najis dan meresahkan, kini berubah menjadi sumber rezeki, cahaya, dan kebanggaan.

Kepala Desa Mukti Sari,Waryono, tersenyum penuh rasa syukur saat menceritakan bagaimana desanya meniti jalan menuju kemandirian energi. “Alhamdulillah, warga kami kini sibuk bekerja. Dari limbah, mereka menghasilkan duit. Dari bau busuk, mereka memanen berkah,” ucapnya lirih namun penuh bangga, Selasa (21/10/2025).

Sejak menjabat pada 2022, Waryono — mantan pegawai PT Pertanian Nusantara — telah menjadi penggerak perubahan di desa berpenduduk 5.332 jiwa ini. Di bawah kepemimpinannya, warga Mukti Sari berinovasi mengolah kotoran sapi, limbah manusia, sampah pasar, hingga sisa industri tahu menjadi energi biogas dan pupuk organik. Dari sinilah Mukti Sari menjelma menjadiDesa Energi Berdikari (DEB)— satu-satunya di Kabupaten Kampar yang diakui hingga tingkat nasional.

“Awalnya, kotoran sapi jadi sumber perselisihan antarwarga. Jalanan becek, bau menyengat. Tapi dari masalah itulah lahir kesadaran baru — bahwa kotoran bisa diubah jadi sumber daya,” tutur Waryono mengenang.

Ia bersama perangkat desa kemudian bermusyawarah, merumuskan peraturan agar pemilik ternak bertanggung jawab. Dari langkah kecil itu, mereka mengajukan permohonan kePertamina Hulu Rokan (PHR). Hasilnya di luar dugaan — perusahaan tersebut datang bukan hanya dengan solusi teknologi, tapi juga semangat pendampingan dan pengetahuan.

“Sejak PHR hadir, warga kami mendapat pelatihan dan fasilitas untuk mengolah limbah jadi biogas dan pupuk. Kini tak ada lagi bau yang menyengat, karena semua sudah berubah menjadi ladang penghidupan,” ujarnya.

Dari 173 ekor sapi yang dipelihara warga, setiap tetes limbah kini berharga. Di tanganSudarman, Ketua Kelompok Ternak Bina Mukti Sari, delapan ekor sapi yang ia rawat setiap hari mampu menghasilkan 10 kilogram kotoran yang diolah di reaktor biogas. Gas metana yang muncul dari proses itu mengalir lewat pipa menuju dapur warga — menjadi api biru pengganti elpiji.

“Selama sapi membuang kotoran, warga akan tetap bisa memasak,” katanya tersenyum. “Dulu kami butuh tiga tabung gas tiga kilo sebulan. Sekarang, cukup satu tabung.”

Sebanyak 20 rumah di desa ini kini menikmati energi dari kotoran sapi. Di malam hari, cahaya lampu biogas menembus celah jendela rumah penduduk bukti nyata bahwa energi bisa lahir dari kesederhanaan.

Di sektor hilir, inovasi tak berhenti.Hasan Mahyin, Ketua Kelompok Produksi Biotama Agung Lestari, memimpin warga mengolah limbah menjadi pupuk organik padat dan cair. Di rumah produksi semi permanen bantuan PHR, para pemuda yang dulu menganggur kini bekerja menimbun, memilah, dan mencampur bahan organik menjadi pupuk berkualitas.

“Dari limbah kami hidup,” ujar Hasan. “Kami menjual pupuk padat Rp3 ribu dan pupuk cair Rp30 ribu per botol. Murah, tapi memberi penghasilan yang cukup untuk keluarga.”

Kini, perekonomian Mukti Sari bergeliat. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) mencatat omzet hingga Rp9 miliar — angka yang membawa kebanggaan bagi seluruh warga dan turut menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kampar. Sebagai timbal balik, pemerintah kabupaten mengucurkan dana pembangunan ratusan juta rupiah setiap tahun untuk jalan, penerangan, dan jembatan.

ProgramDesa Energi Berdikariini juga membawa dampak sosial yang kuat. Warga sibuk bekerja, anak muda terlibat dalam usaha produktif, dan lingkungan menjadi aman serta tenteram. “Angka pengangguran menurun, kriminalitas nyaris tak ada,” ujar Waryono. “Desa kami kini hidup dalam kerja dan ketenangan.”

MenurutFirnando Hutagaoldari Dinas Perkebunan, Peternakan, dan Kesehatan Hewan Kampar, keberhasilan Mukti Sari menjadi bukti nyata kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha. “Dulu kotoran jadi masalah, sekarang jadi berkah. PHR telah membantu warga menemukan emas dari lumpur,” ujarnya.

Hingga kini, PHR telah membangun 20 reaktor biogas di Mukti Sari dan terus memberikan pendampingan, pelatihan, serta bantuan infrastruktur. Program ini juga menciptakan peraturan desa tentang energi berdikari dan membentuk ekosistem ekonomi sirkular yang mandiri.

“Melalui program DEB, kami ingin masyarakat memiliki akses terhadap energi bersih, kemandirian ekonomi, dan kesadaran menjaga lingkungan,” kataIwan Ridwan Faizal, Manager Community Involvement & Development PHR.

Dan ketika senja tiba di Mukti Sari, asap tipis biogas yang keluar dari pipa-pipa kecil di dapur warga tampak menari di udara. Di balik aroma tanah dan kotoran, tersimpan cerita tentang perubahan. Tentang bagaimana desa kecil di Riau ini menyalakan cahaya bukan dari minyak bumi, tapi dari semangat warganya yang tak pernah berhenti berinovasi.

Pewarta :
Editor: Afut Syafril Nursyirwan
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.