Kampar (ANTARA) - PT. Pertamina Hulu Rokan (PHR) membina masyarakat Desa Mukti Sari Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar menjadi Desa Energi Berdikari. Saat ini ada sdmbilanreaktor gas yang dibangun untuk masyarakat dari dana Coorporate Social Responsibility (CSR) dalam mewaspadai krisis energi yang melanda dunia.
"Program ini merupakan bentuk bantuan CSR kepada masyarakat untuk memberikan nilai manfaat terhadap pemanfaatan kotoran sapi menjadi barang bernilai ekonomis, sebab dapat menghemat pengeluaran 25 persen dari pengeluaran biaya PLN," kata Kepala Desa MuktiSari Maryonosaat kunjungan ke rumah salah seorang warga binaan yang telah memanfaatkan reaktor gas bantuan PT PHRSudirman, Rabu.
Dalam kunjungan itu, hadir tim dari PHR Sr Analyst PerformanceDelly Paramita, Analyst Media and CommunicationRay Jordan, Sr Analyst Media and Communication Yulia Rintawati, Analyst Communication Riyan Nofitra, SupervisorDesa Energi Berdikari Irfan, dari Dinas Peternakan Kabupaten Kampar Gaul.
"Desa Energi Berdikari ini merupakan taglinedari PT PHRyang dimulai sejak 2022 dan diluncurkanuntuk mendorong kemandirian energi, di seluruh wilayah, masyarakat diberikan manfaat, pengetahuan dalam pengolahan hulu dan hilir dari program ini. Sengaja dipilih Desa MuktiSari ini sebagai desa percontohan karena desa ini berdekatan dengan wilayah PT PHR," ujar DellyParamita.
Reaktor bio gas itu merupakan bantuan yang diberikan kepada masyarakatyang diawali dengan intervensi kepada masyarakat untuk melakukan budidaya sapi, yang kemudian disandingkan dengan sistem instalasi biogas untuk menyalurkan gas sebagai sumber api dari kotoran sapi, diolah. Manfaat lain, bukan saja berbentuk gas tetapi dalam pengolahan kotoran sapi untuk pupuk tanaman masyarakat. Setidaknya dengan adanya pupuk yang dihasilkan dari urine dan kotoran sapi ini sangat baik untuk tumbuhnya tanaman,
Rombongan melihat langsung dan mendapatkan penjelasan bagaimana reaktor gas itu bisa berfungsi dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk sember energi dan kompor untuk memasak serta lampu sebagai fungsi alternatif dari PLN ketika mati lampu.
Menurut Maryono, saat memperkenalkan program ini kepada masyarakat tidak berlangsung mulus dan bukan tidak tanpa tantangan, "Mereka ada yang berpendapat bahwa memakai sumber energi dari kotoran ternak itu najis, ada juga yang berpendapat lain memakai api dari sumber kotoran sapi itu bau busuk dan lainnya, namun dengan berbagai upaya akhirnya sudah ada 9 unit warga yang merasakan nilai manfaatnya," kata dia yang dibenarkan oleh Gaul.