Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan menekankan pentingnya bagi tiap anak untuk mendapatkan vaksin campak sebagai upaya mencegah terjadinya komplikasi masalah kesehatan yang serius hingga kematian.
"Untuk memberikan perlindungan yang optimal terhadap penyakit campak, maka imunisasi campak diberikan sebanyak tiga kali," kata Kepala Biro Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkes Aji Muhawarman saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Baca juga: WHO: pandemi COVID-19 picu risiko wabah campak tinggi lantaran
Aji mengatakan pemberian vaksin campak diberikan sebanyak tiga kali yaitu ketika anak berusia 9 bulan, 18 bulan, dan pada anak usia kelas 1 SD/MI/sederajat, termasuk anak yang tidak bersekolah.
Vaksin itu sangat bermanfaat karena dapat memberikan proteksi pada anak untuk mencegah penyakit campak yang bisa menyebabkan demam tinggi, ruam kulit, batuk, pilek, dan mata merah.
Sementara pada komplikasi serius, campak dapat berupa pneumonia, radang otak (ensefalitis), dan bahkan kematian.
Selain itu, vaksin akan mengurangi risiko komplikasi seperti infeksi telinga, diare, pneumonia, kerusakan otak, kehilangan pendengaran atau penglihatan, dan gizi buruk.
"Campak merupakan penyakit sangat menular yang disebabkan oleh virus campak dan dapat mengakibatkan kematian. Penularan campak sangat cepat dengan nilai reproduction number (Ro) 12-18 orang, yang artinya 1 kasus campak bisa menularkan kepada 12 sampai 18 orang lainnya yang rentan," ujar Aji.
Aji mengatakan virus campak ditularkan melalui droplets yang keluar dari hidung, mulut atau tenggorokan orang yang terinfeksi virus campak pada saat bicara, batuk, bersin atau melalui sekresi hidung.
Gejala khas campak adalah demam dengan suhu biasanya di atas 38 celcius selama tiga hari atau lebih dan disertai dengan bercak kemerahan/rash/ruam yang dimulai dari belakang telinga berbentuk makulopapular, bisa juga disertai disertai salah satu atau lebih gejala batuk, pilek dan mata merah.
Dalam surveilans untuk meningkatkan sensitifitas penemuan kasus campak, Kementerian Kesehatan menggunakan definisi operasional dengan gejala minimal demam dan ruam makulopapular sehingga upaya deteksi dini dan memutus mata rantai penularan bisa dilakukan lebih cepat dan tepat.
"Sebagian besar penderita campak akan sembuh tanpa pengobatan, terutama pada orang yang telah memiliki kekebalan yang biasanya didapatkan melalui imunisasi campak yang lengkap," ucap dia.
Baca juga: Dinkes Dumai Tunda Program Imunisasi Campak Rubella
Tetapi pada populasi rentan campak bisa mengakibatkan dampak serius bahkan kematian yang diakibatkan oleh komplikasi. Kematian pada campak sebagian besar disebabkan oleh komplikasi di antaranya diare, pneumonia dan ensefalitis.