Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan tidak khawatir dengan mundurnya perusahaan Korea Selatan, LG Energy Solution dari konsorsium proyek baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menyampaikan mundurnya LG dari proyek tersebut tidak bisa disimpulkan secara terburu-buru, terutama dikaitkan dengan ekosistem industri baterai EV di Indonesia. Menurutnya, investor lain juga sudah siap masuk untuk menggantikan LG dalam konsorsium proyek itu.
"Jadi, banyak walaupun LG punya planning lain, tapi banyak juga yang sudah siap daripada investor lain yang mau masuk, termasuk juga Korea melihat dari banyak sektor," ujar Shinta di Jakarta, Senin.
Shinta mengatakan mundurnya LG harus dilihat secara jeli. Menurutnya, jika dikaitkan dengan ekosistem industri baterai yang ada di Indonesia, hal tersebut tidaklah tepat.
Lebih lanjut, keputusan mundur ini tidak hanya dari sisi LG saja, tetapi Pemerintah Indonesia yang meminta perusahaan tersebut untuk mundur lantaran negosiasi yang berjalan terlalu lama.
Selain itu, tarif resiprokal yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, sehingga membuat LG memiliki rencana lain.
"Mereka juga demand daripada EV itu juga berbeda, dan mereka juga harus memperhatikan untuk investasi di Amerika Serikat. Karena dengan adanya IRA, Inflation Reduction Act, itu kan sangat mempengaruhi. Tapi kita nggak usah khawatir," katanya.
Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Perkasa Roeslani menjelaskan LG Energy Solution tidak mengundurkan diri dari sebagian investasinya di proyek ekosistem baterai, tetapi Pemerintah Indonesia yang meminta LG mundur karena negosiasinya berjalan terlalu lama.
Rosan mengatakan negosiasi dengan LG telah berjalan selama lima tahun sejak 2020.
“Tadi dikatakan bahwa dari sana (LG) memutus, sebetulnya lebih tepatnya dari kami yang memutus. Itu berdasarkan surat tanggal 31 Januari 2025 yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Kenapa dikeluarkan surat itu? Karena, memang negosiasi ini sudah terlalu lama, sedangkan kami ingin semua ini berjalan dengan baik, dengan cepat karena negosiasinya sudah berlangsung lima tahun," kata Rosan saat jumpa pers di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (23/4) malam.
Rosan melanjutkan surat itu kemudian diterbitkan untuk LG, karena investor China Huayou telah menyatakan keinginannya berinvestasi pada sektor ekosistem baterai. Keinginan Huayou untuk masuk dalam konsorsium proyek baterai di Indonesia itu diungkap sejak tahun 2024.
Baca juga: Bi-Rate turun, Apindo nyatakan langkah untuk pertahankan geliat ekonomi
Baca juga: Asosiasi pengusaha Indonesia harap pemimpin terpilih berikan kepastian berusaha