Jakarta (ANTARA) - Pakar keamanan dan pertahanan Universitas Pertamina Ian Montratama berharap Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) di umur ke-79 dapat meninjau kembali doktrinnya.
“Memiliki revisited doctrine (doktrin yang telah ditinjau kembali) yang lebih realistis dalam menghadapi dinamika geopolitik hingga 2045,” kata Ian saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Kamis.
Sebelumnya, Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono di Jakarta, Senin (3/2), mengungkapkan akan mengubah doktrin TNI AU, yakni Swa Bhuwana Paksa.
Sementara itu, dia juga berharap ke depannya TNI AU dapat memiliki naval air force yang bertugas di wilayah kepulauan.
“Belajar dari Perang Pasifik, kita perlu memiliki naval air force. Artinya, kekuatan udara yang dapat di-deploy (dikerahkan) untuk proyeksi kekuatan ke sejumlah hotspot (titik panas) maritim,” jelasnya.
Kemudian, kata dia, TNI AU perlu mempertimbangkan adanya sejumlah pangkalan aju, dan kapal induk yang dioperasikan oleh TNI Angkatan Laut.
“Jadi, mirip konsep operasi USMC (United States Marine Corps) Aviation. Pesawat yang mengoperasikan TNI AU. Kapal induk yang mengoperasikan TNI AL,” ujarnya.
Adapun TNI AU pada Rabu (9/4) merayakan HUT ke-79 dengan sederhana, dan dihadiri beberapa pejabat tinggi TNI AU. Salah satunya KSAU yang bertindak sebagai inspektur upacara.
Baca juga: KSAU Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono sebut TNI AU pada 2026 punya 6 pesawat tempur Rafale
Baca juga: Kopasgat TNI AU gelar latihan terjun penyegaran untuk asah kemampuan tempur