Jakarta (ANTARA) - Menteri Investasi dan Hilirisasi/ Kepala Badan Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengakui bahwa sejumlah pengusaha maupun calon investor dari China belum mengetahui insentif yang diberikan pemerintah bila mereka berinvestasi di Indonesia.
"Contohnya mereka belum tahu kalau mereka melakukan 'research and development' di Indonesia, mereka bisa mendapatkan 'tax incentive' sampai 300 persen sejak 2022, itu mereka tidak tahu," kata Menteri Rosan kepada ANTARA di Beijing pada Jumat.
Rosan didampingi Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan, Direktur Promosi Wilayah Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tengah dan Afrika, Kementerian Investasi/BKPM Cahyo Purnomo, Direktur Indonesia Investment Promotion Center (IIPC) Beijing Evita Sanda dan pejabat terkait lainnya melakukan kunjungan ke 11 kota di China selama lima hari untuk mempromosikan investasi di Indonesia.
"Kemudian kalau mereka melakukan 'vocational training and education' di Indonesia, mereka bisa mendapatkan insentif fiskal sampai 200 persen, itu juga mereka belum tahu padahal hal itu merupakan kebijakan yang baik, tetapi mereka belum tersosialisasi. Nah itu kami sampaikan ke mereka," tambah Rosan.
Rosan menyebut, dalam kunjungan tersebut menghasilkan komitmen investasi dari para pengusaha CHina sebesar 7,4 miliar dolar AS (sekitar Rp120 triliun) dengan empat bidang utama yaitu polisilikon, "fiberglass", PET (Polyethylene Terephthalate) resin dan kendaraan elektrik.
"Respon mereka juga sangat positif. Mereka bilang akan bentuk tim untuk menindaklanjuti kebijakan tersebut dengan lebih cepat lagi," ungkap Rosan.
Kunjungan tersebut, kata Rosan, juga untuk mendorong para pengusaha China yang sudah berinvestasi di Indonesia untuk menambah investasinya.
"Kalau ada yang belum terealisasi karena beberapa hal, kita sampaikan kita akan bantu juga untuk memberikan solusi karena memang ada juga yang mau berinvestasi besar tapi masih mengalami kendala, kita akan carikan solusi dan saya yakin kita bisa carikan solusi," tambah Rosan.
Sebelumnya Rosan juga mengunjungi perusahaan Build Your Dreams (BYD), CNGR New Material, dan Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL) di Guangzhou.
Dalam pertemuan dengan BYD Auto, Rosan membahas upaya percepatan untuk pembangunan pabrik mobil listrik BYD di Subang, Jawa Barat. Rencananya BYD akan menambah kapasitas produksi dari yang awalnya 150.000 unit per tahun, serta terbuka untuk pengembangan fasilitas baterai dan kendaraan jenis Plug In Hybrid Electric Vehicle (PHEV) premium pada awal tahun depan.
Peningkatan kapasitas produksi tersebut akan menambah total tenaga kerja dari sebelumnya 8.700 orang menjadi 18.814 orang. Pembangunan pabrik BYD di lahan 126 hektare itu ditargetkan akan memulai produksi komersial pada awal 2026.
Sementara pertemuan dengan CNGR New Material membahas perkembangan investasi CNGR di Indonesia, serta rencana perusahaan untuk membangun Kawasan Industri Tekno Hijau Konasara (KIHTK) di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.
Di dalam kawasan industri di Konawe tersebut, CNGR berencana akan menggabungkan industrinya dari hulu ke hilir. CNGR sendiri telah berinvestasi di beberapa proyek industri smelter untuk pengolahan bijih nikel di Indonesia. Total investasi saat ini mencapai Rp42,4 trillun dengan jumlah tenaga kerja lokal sebanyak 6.613 orang.
Baca juga: Wamendagri tekankan investasi kunci utama pembangunan Papua Barat Daya
Baca juga: Pemerintah RI dukung investasi Amerika Serikat ke Indonesia di berbagai sektor