Jakarta (ANTARA) - Sebuah studi baru menemukan bahwa susu mentah mungkin terpapar virus influenza atau flu dari sapi yang dapat tetap menular meskipun didinginkan hingga lima hari.
"Penelitian ini menyoroti potensi risiko penularan flu burung melalui konsumsi susu mentah dan pentingnya pasteurisasi susu," kata penulis senior studi Alexandria Boehm, seperti ditulis laman Hindustan Times, Minggu.
Tidak seperti susu yang dipasteurisasi, susu mentah tidak dipanaskan untuk membunuh patogen yang berpotensi membahayakan. Para pendukung susu mentah mengklaim bahwa susu mentah mengandung lebih banyak nutrisi, enzim, dan probiotik yang bermanfaat daripada susu yang dipasteurisasi, dan dapat meningkatkan kesehatan kekebalan tubuh dan pencernaan.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika telah mengaitkan susu mentah dengan lebih dari 200 wabah penyakit, dan bersama dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit memperingatkan bahwa kuman, seperti E. coli dan Salmonella, dalam susu mentah menimbulkan risiko kesehatan yang "serius", terutama bagi anak-anak, orang tua, wanita hamil, dan orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Virus influenza yang menular dan bertahan dalam susu mentah selama berhari-hari menimbulkan kekhawatiran tentang jalur penularan yang potensial," kata salah satu penulis utama studi Mengyang Zhang, seorang sarjana pascadoktoral di bidang teknik sipil dan lingkungan.
"Virus tersebut dapat mencemari permukaan dan bahan lingkungan lainnya di dalam fasilitas peternakan sapi perah, sehingga menimbulkan risiko bagi hewan dan manusia," tambahnya.
Sebagai perbandingan, pasteurisasi menghancurkan influenza menular dalam susu dan mengurangi jumlah RNA virus hingga hampir 90 persen, tetapi tidak menghilangkan RNA sepenuhnya.
Meskipun paparan RNA virus influenza tidak menimbulkan risiko kesehatan, metode pengujian berbasis RNA sering digunakan untuk melakukan pengawasan lingkungan terhadap patogen seperti influenza.
"Ketahanan jangka panjang RNA virus baik dalam susu mentah maupun susu yang dipasteurisasi memiliki implikasi untuk penilaian keamanan pangan dan pengawasan lingkungan, terutama karena banyak teknik yang digunakan dalam pengawasan lingkungan mendeteksi RNA," kata salah satu penulis utama studi Alessandro Zulli, seorang sarjana pascadoktoral di bidang teknik sipil dan lingkungan.
Deteksi flu burung baru-baru ini pada sapi telah menimbulkan pertanyaan tentang potensi penularannya melalui susu dan produk susu lainnya. Temuan penelitian ini menggarisbawahi pentingnya meningkatkan sistem pemantauan, terutama karena flu burung terus menyebar di antara ternak, menurut penulis penelitian.
Baca juga: Dokter ungkap perbedaan antara alergi susu dan intoleransi laktosa pada anak
Berita Lainnya
BRK Syariah pemersatu dua provinsi, Gubernur Ansar: Riau dan Kepri tak dapat dipisahkan
16 December 2024 17:09 WIB
Mendes PDT sebut HKSN turut suburkan gotong-royong 53.000 desa rawan bencana
16 December 2024 17:06 WIB
Kemenag targetkan pembangunan 160 KUA ramah lingkungan pada 2025
16 December 2024 16:51 WIB
Perubahan iklim, salju di Puncak Jayawijaya diprediksi akan hilang 2026
16 December 2024 16:47 WIB
Imbas banjir rob, Jalur kereta di Tanjung Priok sudah bisa dilalui kembali
16 December 2024 16:33 WIB
Pangdam Udayana tekankan TNI bukan kelompok yang berdiri di atas masyarakat
16 December 2024 16:22 WIB
Presiden Slowakia sebut Ukraina harus rela konsesi wilayah untuk berdamai
16 December 2024 16:16 WIB
TNI AU dukung proses pembangunan infrastruktur Bandara Ibu Kota Nusantara
16 December 2024 16:04 WIB