Detasemen Rudal Untuk "Riau Terbakar"

id detasemen rudal, untuk riau terbakar

Detasemen Rudal Untuk "Riau Terbakar"

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Kepanikan seperti sudah di umbun-umbun, ketika lahan-lahan di Riau tahun ini kembali terbakar. Tepatlah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berucap tegas, "Tangkap pelaku pembakar lahan."

Peristiwa klasik yang agaknya terus menjadi momok menakutkan, namun terbukti menjadi konsep pengembangan lahan yang praktis dan efisien bagi para pihak tak bertanggung jawab, Riau dibakar.

Hasil rekapitulasi luas lahan terbakar yang dirangkum Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau menyatakan, sudah lebih 6.049, 48 hektare terbakar.

Itu masih data kebakaran lahan di delapan wilayah kabupaten/kota seperti Kepulauan Meranti ada sebanyak 3.179,03 hektare, sementara itu Indragiri Hulu ada lebih 50 hektare hangus.

Selanjutnya di Kabupaten Indragiri Hilir ada seluas 204 hektare lahan terbakar, Bengkalis (558 hektare), Siak (876,50 hektare), Pelalawan (2.040,45 hektare), Kampar (16 hektare) dan di Kuantang Singingi ada sebanyak dua hektare.

BPBD Riau mengklaim seluruh lahan yang terbakar tersebut terdiri atas perkebunan kelapa sawit, kebun karet, kopi, serta lahan kosong milik masyarakat.

Setahun lalu, peristiwa sama juga terjadi, kebakaran lahan di mana-mana. Dan terbukti, lahan hutan yang terbakar itu, kini telah ditumbuhi tanaman perkebunan dan pepohonan untuk industri bubur kertas.

Jumlah lahan terbakar tahun ini bisa terus bertambah mengingat kobaran api yang terus meluas, bahkan dikabarkan puluhan rumah warga di beberapa kabupaten turut hangus.

Kebakaran juga mengakibatkan 125 orang warga Bengkalis mengungsi, ratusan sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMA di Pekanbaru diliburkan akibat kabut asap pekat, serta 28 ribu jiwa mengalami gangguan kesehatan serius.

Ditambah paling sedikit 210 penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru terganggu, mulai dari penundaan keberangkatan hingga pengalihan serta batal terbang.

Kepolisian sebagai Satgas Penindakan telah menangkap puluhan orang tersangka pembakar lahan, terkait dugaan keterlibatan korporasi, sejauh ini masih tahap penyelidikan.

Ulah Manusia

Kepanikan mulai "mengurung" berbagai kalangan masyarakat di Provinsi Riau, pemerintah diharapkan segera mengambil tindakan cepat dan tepat.

Sejak Rabu, 26 Februari 2014, tujuh kabupaten/kota di Riau telah menyatakan tanggap darurat kebakaran lahan dan kabut asap.

Seiring dengan itu, Riau "satu suara" menyatakan masuk dalam "belenggu", polusi ulah manusia disebut sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Gubernur Riau Annas Maamun kemudian menggelar rapat koordinasi bersama seluruh pihak berkaitan, termasuk TNI/Polri.

Keesokan harinya, Kamis (27/2), disepakati untuk kembali dibentuk Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Kabut Asap untuk "Riau terbakar".

Komandan Korem 031/WB, Brigjen TNI Prihadi Agus Irianto ditunjuk sebagai pimpinan dalam satgas tersebut. Seluruh pasukan dari dinas-dinas terkait di daerah, personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan kepolisian, serta "dedengkot" pemecah persoalan bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bergerak cepat.

Bahkan Komando Resor Militer O31/Wira Bima bersama jajaran menerjunkan kembali ratusan personel untuk membantu upaya pemadaman titik kebakaran lahan di Riau, seratus di antaranya adalah pasukan satuan peluru kendali (Detasemen Rudal) 004 Dumai.

Sayangnya, upaya cepat itu tidak didukung dengan teknologi atau peralatan dan fasilitas yang memadai.

Hanya ada dua helikopter bantuan dari PT Sinarmas Grup yang siaga untuk melakukan upaya pemadaman lewat udara dengan teknik "water bombing".

Bantuan dari pusat pemerintahan berupa sejumlah pesawat pengebom air dan hujan buatan, baru akan tiba pada 4 Maret dan beroperasi sehari setelah kedatangan.

Sementara ribuan personel gabungan termasuk pasukan "rudal" tetap di terjunkan ke wilayah-wilayah terdapat titik kebakaran lahan. Mereka hanya dibekali dengan mesin penyemprot air, dan beberapa unit mobil pemadam dari perusahaan dan pemerintah tingkat kabupaten/kota.

"Kemarin (Jumat 28/2) telah dilakukan upaya pemadaman lewat darat," kata Brigjen TNI Prihadi Agus Irianto di Posko Kebakaran Lahan Riau di Lapangan Udara Roesmin Nurjadin, Pekanbaru.

Tim satgas pemadam, kata dia, terjun ke lokasi kebakaran dengan dibantu sejumlah peralatan seperti mobil pemadam dan mesin penyemprot air.

Untuk wilayah-wilayah lahan terbakar yang mudah dijangkau, demikian Prihadi, pemadaman menggunakan unit mobil pemadam milik pemerintah daerah maupun perusahaan yang ada di sekitar.

Namun jika medannya sulit dijangkau, kata dia, maka pemadaman dilakukan oleh tim bersama alat penyemprot air.

"Namun di lapangan ditemukan kendala air yang memang kering. Sumber air sulit ditemukan sehingga pemadaman tidak optimal," katanya.

Ia mengatakan, cuaca kemarau atau minim adanya hujan, membuat kanal-kanal di sekitar lokasi kebakaran termasuk sungai dan anak sungai menjadi kering.

Sehingga, demikian Prihadi, sangat sulit bagi tim di lapangan untuk mencari sumber air.

"Walau demikian kami menyarankan agar pasukan tetap memantau situasi dan kondisi kemudian melaporkannya secara rutin ke posko," kata dia.

Detasemen atau satuan rudal bersama tim penanggulangan bencana lainnya masih berupaya meminimalisasi "serangan asap" sembari menunggu kedatangan alat utama sistem persenjataan untuk "membombardir" masalah rutin, "Riau terbakar".