Novak Djokovic jadi favorit di Australian Open dengan misi "balas dendam"

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, tenis

Novak Djokovic jadi favorit di Australian Open dengan misi "balas dendam"

Petenis Serbia Novak Djokovic merayakan kemenangan partai final turnamen ATP Adelaide International di Adelaide, Australia (8/1/2023). (ANTARA/AFP/Brenton Edwards/aa.)

Jakarta (ANTARA) - Novak Djokovic telah menjadi pemegang rekor Australian Open dengan sembilan kali juara tetapi gelar ke-10 di Melbourne bulan ini tampaknya akan menjadi yang paling memuaskan setelah kejadian deportasi yang dia alami setahun lalu.

Dua belas bulan yang lalu superstar Serbia, salah seorang petenis pria terbaik sepanjang masa, itu menjadi sorotan dunia ketika dia berupaya melawan deportasi dari Australia.

Penolakan petenis berusia 35 tahun itu untuk mendapatkan vaksinasi COVID-19 memicu pertarungan hukum tingkat tinggi yang akhirnya membuatnya diusir dari negara itu pada malam Grand Slam.

Dalam ketidakhadirannya, pesaing terbesarnya Rafael Nadal memenangi Australian Open untuk rekor gelar turnamen major ke-21.

Beberapa orang, termasuk mantan petenis nomor satu dunia Jim Courier, merasa Djokovic adalah korban politik pada tahun pemilu di Australia.

Djokovic, yang saat itu ditahan untuk sementara waktu di pusat detensi imigrasi, kini bersiap untuk penampilan pekan depan sebagai favorit juara.

Jika dia berhasil menjadi juara, gelar tersebut akan menjadi gelar Grand Slam ke-22, bersaing ketat dengan Nadal di puncak daftar petenis putra sepanjang masa.

Banyak orang di Australia senang melihat kembalinya Djokovic dari deportasi pada Januari 2022.

Dia menikmati dukungan kuat dari penonton saat dia mengalahkan semua lawannya di lapangan Adelaide pekan lalu untuk gelar ATP ke-92 dalam kariernya -- sejajar dengan petenis Spanyol Nadal.

"Dukungan yang saya dapatkan dalam 10 hari terakhir adalah sesuatu yang menurut saya tidak pernah saya alami terlalu sering dalam hidup saya," kata Djokovic usai memenangi Adelaide International I, Minggu, seperti disiarkan AFP.

Bulan lalu, The Sydney Morning Herald melaporkan bahwa sebuah survei menunjukkan 30 persen warga Australia mendukung Djokovic untuk diizinkan masuk ke negara itu, naik dari 14 persen pada Januari tahun lalu.

Meskipun menimbulkan kontroversial, Djokovic memiliki kesempatan besar kali ini.

Ada indikasi bahwa usia dan cedera kian mengejar Nadal. Petenis berusia 36 tahun itu kalah enam dari tujuh kali pertandingan terakhirnya sejak US Open, di mana dia tersingkir di babak 16 besar saat kalah dari Frances Tiafoe.

Roger Federer tidak lagi ada dalam peta pertarungan, setelah pensiun tahun lalu, dan petenis nomor satu dunia Carlos Alcaraz mundur dari Australian Open karena cedera.

Danill Medvedev, finalis yang kalah pada 2001 dan 2022, adalah ancaman paling nyata selain Nadal, setelah mengalahkan Djokovic di final US Open 2021 untuk memenangi satu-satunya gelar major-nya.

Baca juga: Novak Djokovic capai perempat final Adelaide International

Baca juga: Duo Susanto memimpin sementara seleksi tim Piala Davis Indonesia