Bisnis Kertas Riau Menjanjikan Meski Ekspor Lesu

id bisnis, kertas riau, menjanjikan meski, ekspor lesu

 Bisnis Kertas Riau Menjanjikan Meski Ekspor Lesu

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan nilai ekspor komoditas bubur kertas (pulp) dan kertas di Provinsi Riau hingga lewat tengah tahun 2013 masih mengalami kelesuan, meski pelaku bisnis menilai prospek bisnis tersebut masih menjanjikan ke depannya.

Berdasarkan data ekspor BPS Riau di Pekanbaru, Selasa, nilai ekspor pulp dan kertas pada bulan Agustus 2013 masing-masing mengalami penurunan sebesar 14,73 juta dolar AS dan 21,54 juta dolar AS dibandingkan bulan Juli tahun yang sama.

Meski demikian, nilai ekspor pulp pada kurun waktu Januari-Agustus mencapai 961,776 juta dolar AS dan naik sekitar 216 juta dolar AS dibandingkan periode yang sama tahun 2012.

Sedangkan, nilai ekspor kertas dan karton pada Januari-Agustus sebesar 754,01 juta dolar AS dan turun 9,93 juta dolar AS dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Nilai ekspor komoditi pulp masih berada di posisi dua penyumbang ekspor nonmigas terbesar di Riau dengan peran sebesar 13,09 persen pada kurun Januari-Agustus," kata Kepala BPS Riau, Mawardi Arsyad.

Ia mengatakan, secara keseluruhan ekspor nonmigas Riau Januari-Agustus 2013 7,346 miliar dolar AS dan turun 11,21 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yakni sebesar 8,27 miliar dolar AS.

Namun, penurunan itu lebih disebabkan turunya ekspor minyak sawit mentah (CPO).

Sementara itu, pelaku usaha industri pulp dan kertas menilai prospek bisnis tahun depan masih berpeluang untuk terus berkembang dan tidak terpengaruh perkembangan teknologi yang diprediksi bakal menggerus pemasaran kertas putih dunia.

"Kami tetap optimis pemakaian kertas putih akan tetap tumbuh, meski media cetak seperti koran dan majalah telah beralih menggunakan teknologi yang lebih maju yakni digital," ujar Presdir PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Kusnan Rahmin dalam pernyataan persnya.

Meski begitu, Kusnan mengaku tak bisa memungkiri terjadinya penurunan sekitar 30 persen pemakaian kertas putih karena turunnya oplah koran, baik media nasional ataupun lokal disebabkan berkembangan teknologi informasi.

Namun, potensi bisnis komoditas tersebut di masa depan justru makin berkembang karena adanya inovasi penggunaan ke produk selain untuk konsumsi media massa dan buku.

Ia mencontohkan, pemakaian kertas putih kini mulai banyak dikembangkan untuk kearah pakaian.

"Pasar kertas putih kian menjanjikan dan tetap prospektif," katanya.

Permintaan pasar kertas kini beralih dari Amerika dan Eropa ke negara lain seperti di China dan India yang terus tumbuh.

Dunia saat ini membutuhkan kertas sebesar 391 juta ton per tahun, dimana sekitar 156 ton atau 40 persen dihasilkan oleh Asia dengan konsumsi hanya 24 persen atau 46 juta ton.

"RAPP berkontribusi memasok antara 8-10 juta ton per tahun untuk kebutuhan itu," ujarnya.