Pekanbaru, (Antarariau.com) - Organisasi lingkungan hidup Greenpeace menyatakan sebanyak 44 negara di dunia telah menyatakan dukungan untuk penyelamatan Harimau Sumatera yang kini terancam punah.
"Maka dari itu, Indonesia khususnya Sumatera menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan 'Tiger Manifesto' tahun ini," kata Putri Bulan (20), mahasiswa Universitas Riau yang mengaku sebagai aktivis sekaligus relawan dari Greenpeace di Pekanbaru, Kamis siang.
Putri ditemui bersama enam rekan lainnya saat menggelar aksi semi teater dengan mengenakan kostum Harimau Sumatera di bundaran Tuguh Titik Nol, Kota Pekanbaru atau tepat di depan Kantor Gubernur Riau.
Dua rekan Putri tampak mendokumentasikan aksi semi teater yang dilakukan empat aktivis Greenpeace yang mengenakan kostum Harimau Sumatera dan berdiri di atas bundaran Tugu Titik Nol Pekanbaru.
Mereka sambil membawa spanduk kecil bertuliskan: "Tahun 1937 Harimau Bali Punah, Tahun 1980 Harimau Jawa Punah, Harimau Sumatera?"
Menurut aktivis tersebut, penyelamatan Harimau Sumatera dari kepunahan merupakan tanggung jawab moral semua pihak.
Jangan sampai, demikian Putri, Harimau Sumatera juga mengalami nasib yang sama seperti Harimau Bali dan Harimau Jawa.
Untuk itu, kata dia, maka digelar berbagai kegiatan untuk mengkampanyekan penyelamatan habitat Harimau Sumatera guna menghindari kepunahan hewan buas itu.
"Kegiatan kali ini dinamai 'Tiger Manifesto' dan didukung oleh sebanyak 44 negara di dunia," katanya.
Kegiatan ini puncaknya, menurut dia, akan dilaksanakan pada 15 Desember mendatang secara serentak di sepuluh daerah yang ada di Indonesia.
"Seperti Padang, Pekanbaru, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogya, Bali, Manokwari dan Papua. Satu lagi saya lupa," katanya.
Terancam Punah
Menurut data organisasi pecinta lingkungan WWF Wilayah Riau, saat ini Harimau Sumatera di dunia hanya tersia 400 ekor saja.
Itu karena, menurut aktivis, sebagian besar habitat mereka telah "dimakan" oleh perkebunan kelapa sawit dan hutan tanam industri hanya dalam waktu kurang dari dua tahun.
Menurut peta yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan Indonesia, 1,24 juta hektare hutan hilang tak tergantikan dari tahun 2009 sampai 2011, termasuk hampir dua pertiga dari semua habitat asli Harimau Sumatera.
Hanya 400 dari kucing pribumi Asia, kini diperkirakan masih ada di Pulau Sumatera, yang terlihat mengejutkan seperempat juta hektare hilang untuk sawit dan pulp setiap tahun.
"Mempercepat deforestasi dan perburuan liar merajalela berarti makhluk mulia ini bisa berakhir seperti kerabatnya di Jawa dan Bali," demikian laporan World Wildlife Fund (WWF).