Sydney (ANTARA) - Perdana Menteri Australia Anthony Albanese akan mengadakan pertemuan singkat dengan para pemimpin federal dan negara bagian pekan depan untuk menghadapi tekanan permintaan agar membayar kompensasi kepada pekerja lepas yang terpaksa dikarantina.
Sejumlah pekerja lepas harus menjalani isolasi akibat COVID-19 di tengah gelombang infeksi baru yang melanda Australia.
Lonjakan baru kasus COVID-19 yang dipicu oleh varian virus corona Omicron BA.4/5 telah membuat sistem layanan kesehatan Australia waspada, dengan jumlah orang yang dirawat di rumah sakit akibat COVID-19 tidak jauh dari tingkat rekor yang terlihat pada awal tahun ini.
"Saya sudah mengatakan kepada (para pemimpin negara bagian) bahwa kami akan bertemu dari waktu ke waktu. Dan sebaiknya kami bertemu pada Senin (18/7). Kami tidak bertemu hari ini karena saya di sini," kata Albanese kepada wartawan di Fiji pada Jumat setelah pertemuan dengan para pemimpin negara kepulauan Pasifik.
Albanese, yang menjabat sebagai PM Australia hanya kurang dari dua bulan, mengatakan pembayaran kompensasi karantina yang mencapai hingga 750 dolar Australia (sekitar Rp7,59 juta) untuk pekerja lepas berakhir pada 30 Juni seperti yang telah diputuskan oleh pemerintah koalisi Liberal-Nasional sebelumnya.
"Kami hanya meneruskan keputusan ini, tetapi kami juga mewarisi satu triliun dolar utang. Dan itu adalah sesuatu yang seharusnya bukan tanggung jawab kami," kata Albanese.
Beberapa pemimpin negara bagian Australia telah mendesak Albanese untuk mengembalikan program dukungan pendapatan bagi pekerja yang dikarantina itu.
Hingga akhir 2021, Pemerintah Australia telah menghabiskan hampir 13 miliar dolar Australia (sekitar Rp131,67 triliun) untuk 2,4 juta karyawan, menurut data resmi pemerintah. Sementara total dukungan federal sejak pandemi COVID-19 dimulai diperkirakan mencapai lebih dari 300 miliar dolar Australia (sekitar Rp3,03 kuadriliun).
Australia mulai menjalani kebijakan hidup berdampingan dengan virus corona pada awal tahun ini setelah mengurangi pembatasan jarak sosial yang ketat dan menghentikan penguncian setelah mencapai tingkat vaksinasi yang mengalahkan tingkat vaksinasi dunia.
Namun, virus corona varian BA.4/5 yang bergerak cepat telah memaksa pihak berwenang Australia untuk memperingatkan bahwa mungkin akan ada "jutaan" kasus infeksi baru di negara itu selama beberapa minggu ke depan, bahkan seiring pencabutan aturan pembatasan ketat untuk menahan penyebaran virus.
Sejak pandemi dimulai, Australia telah melaporkan sekitar 8,7 juta kasus COVID-19 dan 10.549 kematian akibat infeksi virus corona. Angka itu jauh lebih rendah daripada banyak negara lainnya. Hanya sekitar lebih dari 4.500 orang berada di rumah sakit akibat COVID-19.
Baca juga: Batalkan kontrak pembelian kapal selam, Australia bayar Rp8,5 triliun ke Prancis
Baca juga: Indonesia dan Australia perkuat rantai pasok gandum hingga kerja sama energi
Sumber: Reuters
Berita Lainnya
Ricky apresiasi perjuangan tim putri Indonesia capai final Piala Uber 2024
04 May 2024 16:30 WIB
ICC: Ancaman terhadap keputusan Mahkamah bisa dianggap sebagai suatu kejahatan
04 May 2024 16:26 WIB
LPEM UI prediksi ekonomi Indonesia tumbuh 5,15 persen pada kuartal I 2024
04 May 2024 15:41 WIB
Mahasiswa pro-Palestina di Univ. Princeton mulai lakukan aksi mogok makan
04 May 2024 15:34 WIB
Food Station pastikan stok beras aman seiring masuknya masa panen di daerah
04 May 2024 15:28 WIB
Ketua MPR Bambang Soesatyo ingatkan ancaman kemajuan teknologi bagi peradaban
04 May 2024 14:54 WIB
Empat stadion dan lapangan di Bali jadi lokasi latihan di Piala Asia Putri U-17
04 May 2024 14:44 WIB
UNRWA sebut perang di Jalur Gaza sama dengan perang terhadap perempuan
04 May 2024 14:38 WIB