Perkuat kapasitas masyarakat Banjarnegara dalam mitigasi bencana

id mitigasi bencana,banjarnegara,jateng,Unsoed

Perkuat kapasitas masyarakat Banjarnegara dalam mitigasi bencana

Suasana Desa Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, Jumat (28/1/2022). FOTO ANTARA/Wuryanti Puspitasari.

Purwokerto, Jateng (ANTARA) - Sudah sepekan terakhir ini hujan terus mengguyur wilayah Desa Pagentan, Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Hampir setiap sore, bulir-bulir sisa hujan tertinggal di dedaunan.

Seperti halnya pada Jumat (28/1) sore, sudah hampir satu jam suara hujan riuh terdengar dari balik atap berbahan seng. Guntur menggelegar sesekali, jalanan desa pun terlihat sepi.

Kepala Desa Pagentan Abdul Koharmenatap lekat ke arah luar jendela. Dia menunggu hujan sedikit reda agar dapat segera berkeliling ke rumah-rumah penduduk desa. Mengingatkan lagi warga agar terus meningkatkan kesiapsiagaan. Waspada, namun tanpa perlu panik.

Sebagai wilayah dengan topografi perbukitan, pihaknya harus terus mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada bila turun hujan dengan intensitas yang tinggi dan dengan durasi yang lama.

Sosialisasi secara rutin terus dilakukan, termasuk mengajak masyarakat untuk selalu membersihkan lingkungan masing-masing, termasuk saluran air dan drainase guna mencegah bencana banjir dan longsor.

Alasannya, Desa Pagentan yang berlokasi di Kecamatan Pagentan merupakan salah satu wilayah yang rawan bencana tanah longsor. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, ada 17 kecamatan rawan longsor dan salah satunya adalah Pagentan.

Terlebih lagi, pada 19 November 2021 , Desa Pagentan pernah berduka karena terjadinya bencana tebing longsor yang mengakibatkan empat orang meninggal dunia karena tertimbun material longsoran.

Hal itu mendorong Pemerintah Desa Pagentan untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan seluruh masyarakat guna mendukung program mitigasi atau pengurangan risiko bencana.

Pihaknya juga sudah merencanakan untuk terus meningkatkan kapasitas masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana melalui program desa tangguh bencana (Destana).

Tangguh Bencana

Kepala Pelaksana BPBD Banjarnegara Aris Sudaryanto mengatakan pihaknya terus menggencarkan pembentukan Destana guna mendukung program mitigasi bencana di wilayah setempat. Pada tahun 2021 yang lalu pihaknya sudah membentuk 78 Destana yang diprioritaskan di wilayah rawan bencana.

Program desa tangguh bencana sendiri merupakan program yang mendorong desa atau kelurahan di wilayah setempat memiliki kemampuan untuk mengenali ancaman bencana di wilayahnya dan mampu mengorganisir sumber daya masyarakat untuk mengurangi kerentanan sekaligus meningkatkan kapasitas guna mengurangi risiko bencana.

Kemampuan tersebut diwujudkan dalam perencanaan pembangunan yang mencakup upaya-upaya pencegahan, kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana serta peningkatan kapasitas masyarakat untuk pemulihan pascabencana.

Peningkatan kapasitas masyarakat diperlukan mengingat penanggulangan bencana merupakan salah satu program prioritas di Kabupaten Banjarnegara dengan menganut paradigma mitigasi atau upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak-dampak yang mungkin ditimbulkan.

Sehingga program penanggulangan bencana dilakukan sejak dini, sejak tidak ada bencana, dengan harapan jika suatu saat terjadi bencana maka dampak negatif yang ditimbulkan akan sangat minimal, baik dari sisi kerugian, kerusakan harta, infrastruktur, maupun korban jiwa.

Guna mendukung hal tersebut, Pemkab Banjarnegara terus meningkatkan kesiapsiagaan mulai dari personel tangguh bencana, hingga armada dan peralatan pendukung. Selain itu, peningkatan kapasitas masyarakat juga terus didorong untuk berperan aktif dalam upaya penanggulangan bencana.

Sementara itu, akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr Indra Permanajati mengingatkan bahwa program penanggulangan bencana pada masa yang akan datang harus berorientasi pada konsep pencegahan sejak dini.

Program mitigasi yang positif perlu dilaksanakan secara konsisten, terukur dan terprogram dengan baik serta bersifat komprehensif dan holistik dengan menempatkan konsep penanganan secara tepat, efisien dan sistematik.

Pemerintah daerah perlu menyusun berbagai perencanaan dan upaya antisipasi jauh sebelum terjadinya bencana dengan membuat pemetaan secara rinci mengenai wilayah mana saja yang rentan terjadi bencana.

Bahkan, pemetaan perlu dibuat tidak hanya hingga level kecamatan melainkan juga hingga tingkatan desa, agar lebih detil dan lebih menyeluruh.

Jika peta sudah tersusun dengan rinci maka langkah selanjutnya adalah menyusun rencana mitigasi dan sosialisasi ke seluruh masyarakat.

Koordinator Bidang Bencana Geologi Pusat Mitigasi Unsoed itu juga mengatakan jika peningkatan kapasitas masyarakat perlu menjadi prioritas utama yang mendukung upaya mitigasi.

Kemampuan manusia dalam mengelola alam menjadi pedoman dan dasar dari setiap kegiatan mitigasi, sehingga peningkatan kapasitas masyarakat menjadi hal yang sangat mendesak.

Target peningkatan kapasitas masyarakat, kata dia, dijabarkan menjadi tiga poin besar, yaitu yang pertama adalah pengetahuan tentang bencana dan kondisi alam sekitarnya.

Kedua adalah menumbuhkan kesadaran agar dapat berperan aktif dalam upaya mitigasi dan yang ketiga adalah menumbuhkan rasa empati serta kepedulian antarsesama masyarakat.

Contoh sikap sadar bencana adalah dengan aktif membersihkan lingkungan masing-masing, aktif menjadi relawan dalam penanggulangan bencana serta aktif mencari tahu tanda-tanda awal bencana untuk segera mengungsi atau melaporkan ke perangkat desa dan lain sebagainya.

Jika melihat uraian di atas maka, penguatan kapasitas masyarakat merupakan salah satu elemen penting dalam upaya mitigasi. Jika masyarakat ikut bergerak bersama dan ikut bersinergi maka keberhasilan program mitigasi bencana akan makin optimal.

Mari bersama saling meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya membudayakan masyarakat sadar bencana dan tangguh bencana.

Perlu diingat dan dipahami bahwa sikap sadar bencana merupakan karakter yang harus di bangun di tengah masyarakat terutama bagi mereka yang hidup di daerah rawan bencana.