Pekanbaru, (antarariau.com) - Petani cabai rawit di Kota Pekanbaru, Riau, berharap pemerintah setempat memberi bantuan modal untuk petani yang gagal panen akibat serangan penyakit layu fusarium.
"Kami sangat berharap ada bantuan dari pemerintah daerah agar kami bisa bangkit lagi," kata seorang petani cabai rawit di daerah Okura, Maariah (38), Senin.
Maariah adalah satu dari sekian petani cabai rawit di daerah Okura yang mengalami gagal panen akibat serangan penyakit layu fusarium.
Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Kota Pekanbaru, sedikitnya dua hektare lahan cabai rawit gagal panen akibat penyakit itu.
Maariah mengatakan, kebun cabai seluas setengah hektare miliknya gagal panen akibat penyakit layu fusarium. Hanya sekitar 10 persen dari 6.000 pohon cabang di lahan miliknya yang bisa dipanen.
Penyakit layu fusarium yang merupakan sejenis jamur itu mengakibatkan buah cabai layu dan membusuk di pohon. Cabai yang terkena penyakit, berubah warna menjadi hitam dan busuk hingga ke dalamnya.
Akibatnya, Maariah hanya bisa pasrah mendapati buah cabai yang siap panen membusuk.
"Banyak sekali cabai yang saya biarkan saja di atas pohon karena busuk. Saya benar-benar merugi, balik modal saja tidak mungkin," katanya.
Ia mengatakan, penyakit itu mulai menyerang pada saat panen ketiga tanaman cabai. Saat itu, hasil panennya sudah menurun sampai 50 persen akibat banyak cabai membusuk. Pada panen keempat ini hasil yang didapatkannya hanya sekitar 10 persen.
Padahal, normalnya tanaman cabai bisa panen sebanyak delapan hingga 12 kali.
Penyuluh pertanian daerah Okura, Ngadiyo, mengatakan tanaman cabai yang sudah terkena penyakit layu fusarium tidak akan bisa digunakan lagi.
"Tanaman harus dicabut, karena kalau dipaksakan akan bertambah rugi bagi petani," ujarnya.
Menurut dia, sedikitnya 24.000 pohon cabai rawit di sentra pertanian Okura, Kota Pekanbaru, rusak parah sehingga gagal panen akibat serangan penyakit layu fusarium yang menyebar lewat jamur. Puluhan ribu pohon cabai rawit yang rusak tersebar di daerah itu dan totalnya mencapai sekitar dua hektare.
Ia mengatakan, penyakit layu fusarium biasa muncul saat musim pancaroba karena tingkat kelembaban meningkat. Hal itu juga dipicu pola tanam petani yang kurang tepat, sehingga disarankan pada satu fase tanaman cabai selesai, lahan jangan langsung ditanami cabai kembali melainkan diganti sementara dengan tanaman lain seperti kacang tanah.
"Paling tidak butuh enam bulan beralih ke tanaman lain, baru kemudian menanam cabai lagi. Tapi petani juga harus kompak, jangan hanya sebagian yang melakukannya supaya pola tanam benar-benar efektif," katanya.
Berita Lainnya
Tingkatkan kan produksi, BI berdayakan petani cabai Kampar lewat Demplot Digital Farming
27 February 2023 19:13 WIB
Bupati Kampar serahkan 20 ribu bibit cabai ke petani wanita
30 December 2022 17:46 WIB
Bupati Adil dan anggota DPR RI panen raya cabai, petani minta keluhannya diperjuangkan
14 September 2022 16:54 WIB
Petani milenial di Kampar panen cabai
13 January 2022 15:16 WIB
Pekanbaru gandeng mahasiswa sukseskan gerakan tanam 1.000 batang cabai
30 September 2021 9:01 WIB
Sairi, petani cabai Inhil yang tak takut gagal
25 August 2020 13:23 WIB
Binaan Arara Abadi, petani cabai Kuala Penaso sukses panen raya
02 July 2020 12:00 WIB
Sejumlah petani cabai merah kecewa harga merosot
07 May 2020 13:47 WIB