Kampar (ANTARA) - Setelah sempat viral di media sosial video tiga murid SD 011 Desa Kuntu Darusalalam dengan cara bergelantungan di keranjang untuk menyeberangi sungai guna menuju sekolahnya, Bupati Kampar Catur Sugeng Susanto segera menuju ke lokasi, Jumat. Apa yang dilakukannya?
Sebelumnya, Bupati Kampar merasa seakan tidak yakin hal itu terjadi di wilayahnya. Didampingi Kadis PUR PR Afdal, Kepala Bapeda Ir Azwan, dan Camat Kampar Kiri Nurjanis, Bupati memastikan kenyataan kejadian di Sungai Siantan, Desa Kuntu Darussalam Kecamatan Kampar Kiri yang merupakan lokasi video viralitu.
Sesampainya di lokasi, orang nomor satu di Kampar tersebut geleng-geleng kepala sambil mengatakan, "Sudah saya duga, pasti tidak seperti yang diberitakan di medsos yang mengatakan ini adalah kelalaian pemerintah daerah,".
Sementara itu, Dt Rajo Batuah yang melihat dan mengetahui langsung kejadian, mengatakan di video berdurasi 29 detik itu ada tiga bocah bernama Dermi Zibua (11) kelas III, Marpin (8) kelas I, dan Jerini Sarona Zibua kelas I yang masih berseragam sekolahbergelayutan menyeberangi sungai menggunakan keranjang yang ditautkan ke tali.
Eli Yudi Baruhu salah satu orang tua bocah tersebut merupakan pekerja di kebun sawit, dan bukan masyarakat tempatan yang tidak jauh dari lokasi penyeberangan.
Jumlah anak-anak sekolah yang menyeberang dengan cara ekstrim itu juga tidak banyak, dan sebagian besar adalah anak pekerja sawit. Pekerja yang tidak menetap asal Nias tersebut berdomisili di tepi sungai. Keranjang yang digunakan untuk menyeberang tiga bocah tersebut merupakan wadah untuk mengangkut sawit ke seberang sungai usai dipanen.
Saat ini, ada sekitar 20 orang yang tinggal di kamp perkebunansawit. Sementara anak-anak yang sekolah ada sekitar tujuh bocah, lima murid SD serta dua siswa SMP.
Hal senada juga dijelaskan tokoh masyarakat sekaligus Ninik Mamak atau pemangku adat setempat, Herizal. Dia menjelaskan sungai tersebut merupakan kali kecil yang tidak dalam. Bahkan saat kemarau seperti saat ini, sepeda motor dan pejalan kaki bisa melewati sungai tersebut di banyak titik.
"Kalau musim hujan dan air dalam, mereka tidak lewat sana, biasanya orang tua mereka yang antar ke sekolah. Nampak ada batu-batu di dasar sungai, sepeda motorpun dapat lewat sungai itu," kata Herizal.
Menyeberang dengan keranjang sawit yang digunakan bocah itu bukanlah akses satu-satunya. Ada akses jalan dan jembatan agak memutar lebih kurang 10 km dari lokasi kejadian bagi anak-anak yang tinggal di perkebunan sawit untuk pergi sekolah.
Sebenarnya video itu sengaja direkam untuk bersenang-senang saat anak-anak itu pulang sekolah. Sementara narasinya didramatisir. "Sekali lagi video itu tidak sama persis dengan keadaan yang sebenarnya," kata Herizal.
Baca juga: Pemkab Kampar dan Syahrul Aidi serahkan prososal lanjutan pembangunan jalan
Baca juga: UAS dirikan Rumah Quran gratis untuk warga di Rimbo Panjang Kampar