Siak, (antarariau) - Petani di Kabupaten Siak, Provinsi Riau sukses dalam mengembangkan kebun nanas dengan terus bertambahnya luas areal penanaman dan meningkatnya kesejahteraan warga setempat.
Sekretaris Desa Teluk Batil Arman di Siak, Senin, menyatakan, dari satu hektare lahan petani bisa mendapatkan penghasilan bersih Rp30 juta pertahun dan nilai ini tentunya sangat berperan dalam meningkatkan ekonomi keluarga.
"Pemkab Siak boleh saja menyatakan program kebun nanas seluas ratusan hektare di dua desa Kecamatan Sungai Apit sebaagai proyek gagal sehingga melakukan pengembalian lahan kepada masyarakat, namun kenyataannya petani telah menikmati hasil," ujarnya.
Ia menegaskan petani makin tertantang untuk membuktikan kepada khalayak bahwa tidak ada yang tidak mungkin, bila segala sesuatunya merujuk kepada kearifan lokal.
Berpedoman pada kearifan lokal inilah, masyarakat desa Teluk Batil dan Tanjung Kuras, mulai mengatasi proyek buntung (gagal/putus dijalan) dengan banting bibit dari yang semula bibit Pemkab berupa nanas jenis guntung asal Kepulauan Riau, menjadi bibit nanas lokal.
Alhasil, kini perekonomian masyarakat setempatpun kian menggeliat, bahkan luasan lahanpun kian melebar dari yang semula cuma 270 hektare meliputi dua desa menjadi 1.000 hektar menjangkau tiga.
"Bibit jenis guntung yang disiapkan Pemkab dahulu, kami rasa tidak cocok dengan kondisi tanah karena kadar airnya tinggi dan itu pangsa pasarnya memang untuk kelas pabrikan, makanya ketika kebun diserahkan kembali kepada masyarakat, kita coba ganti bibitnya dengan jenis lokal yang lebih familiar dengan lidah kita," ujarnya.
Kini kebun nanas itu telah berkembang dan jadi andalan perekonomian warga hingga banyak masyarakat yang diluar program, ikut membuka kebun nanas.
Arman yang saat memberikan keterangan didampingi mantan ketua koperasi Ananas desa Tanjung Kuras Awis Karni ini, juga menyebut, keberhasilan masyarakat tidak terlepas dari kejelian dalam memanfaatkan kearifan lokal sehingga berbuah hasil yang sangat menjanjikan hingga kedepannya.
"Dari satu hektare, kita bisa mengantongi keuntungan bersih Rp30juta/tahun, sementara rata-rata masyarakat saat ini memiliki kebuh 2-3 hektare/orangnya," jelas Arman dengan nada semangat.
Terkait pemasaran, lanjutnya tidak menjadi kendala, karena pembeli langsung datang kelokasi dengan daerah pemasaran meliputi Kuala (Kampar), Pekanbaru, Padang (Sumbar) hingga Medan (Sumut).
Sayangnya, kata dia, sejak kebun dikembalikan kepada masyarakat, Pemkab sepertinya lepas tangan begitu saja, padahal petani membutuhkan perhatian seperti akses jalan pengangkutan dari kebun ke tempat penampungan sementara, pengelolaan dan peremajaan kebun serta pembukaan lahan tidur untuk memperluas areal kebun.
Menurutnya, apabila ada akses jalan untuk pengangkutan, maka petani nenas dapat lebih menghemat biaya atau pengeluaran biaya angkut sehingga tentu saja hal ini akan kian menambah untung.
"Kita tidak minta yang muluk-muluk kok, tak perlu diaspal licin, jalan base jadilah, yang penting bisa untuk melangsir hasil panen dari kebun ke tempat penampungan sementara," pintanya.
Berita Lainnya
Arara Abadi latih petani di Siak cara pembuatan pestisida nabati
23 November 2024 18:34 WIB
Petani sawit diminta berkontribusi ciptakan pilkada damai di Siak Kecil
16 November 2024 17:41 WIB
Polsek Siak Kecil sambangi petani sawit sosialisasi pilkada damai
10 November 2024 15:08 WIB
Ini pesan Kapolsek kepada petani cabe di Kecamatan Siak Kecil
02 November 2024 16:51 WIB
Perjalanan Zurriyati, anak petani Siak yang mendapatkan beasiswa Prestasi PHR
28 October 2024 11:52 WIB
Cabup Siak Irving sayangkan hasil pertanian Bungaraya tak dinikmati petani
05 October 2024 15:28 WIB
Dipercaya BPDPKS-Ditjenbun, LPP Agro Nusantara latih 30 petani sawit Siak
15 July 2024 11:18 WIB
Kementan distribusikan 29 alsintan untuk petani padi di Siak, Bupati: Alhamdulillah
04 July 2024 15:48 WIB