Ekspor migas di Riau turun 39 persen

id ekspor migas,migas riau,ekonomi riau,migas

Ekspor migas di Riau turun 39 persen

VP Supply Export Operation PT. Pertamina (Persero), Agus Witjaksono (depan) dan rombongan meninggalkan terminal seusai meninjau proses lifting perdana minyak mentah (crude oil) di Terminal Oil Wharf No.1 Pelabuhan PT. CPI di Dumai. (ANTARA/Aswaddy Hamid)

Pekanbaru (ANTARA) - Ekspor minyak dan gas di Provinsi Riau periode Januari-Oktober 2020 mencapai 390 juta dolar AS, dan mengalami penurunan 39,13 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Riau di Pekanbaru awal Desember, penurunan ekspor migas disebabkan oleh turunnya ekspor minyak mentah sebesar 69,40 persen. Meskipun begitu, ekspor industri pengolahan hasil minyak naik sebesar 11,35 persen pada periode tersebut.

"Peran ekspor migas mencapai 3,58 persen terhadap total ekspor Riau Januari-Oktober 2020 yang mencapai 10,88 miliar dolar AS," kata Kepala BPS Riau, Misfaruddin.

Ia mengatakan, meski ekspor migas cenderung menurun, tapi secara keseluruhan ekspor Riau pada Januari-Oktober naik 8,50 persen dibandingkan tahun lalu. Sebabnya, ekspor Riau masih didominasi ekspor nonmigas yang kontribusinya mencapai 96,42 persen dari total ekspor. Ekspor nonmigas tetap meningkat di tengah kondisi pandemi COVID-19.

"Selama Januari-Oktober 2020, nilai ekspor Riau mengalami kenaikan sebesar 8,50 persen dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang disebabkan oleh naiknya ekspor nonmigas sebesar 11,75 persen, meskipun ekspor migas turun," katanya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Rabu (2/12) mengatakan pandemi COVID-19 telah memukul industri pertambangan termasuk migas.

"Sektor pertambangan termasuk migas, terpukul sangat parah oleh pandemi COVID-19 ini. Permintaan menurun sangat signifikan secara global. Soal harga minyak, kami juga melihat volatilitas yang dramatis selama pandemi COVID-19," katanya dalam gelaran 2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG 2020) secara virtual di Jakarta.

Oleh karena itu, Sri Mulyani mengatakan sektor migas di Indonesia memerlukan perhatian besar. Sri Mulyani mengatakan untuk produksi yang sudah ada, pemerintah benar-benar harus memastikan akan ada efisiensi, mengingat perubahan yang tidak tetap dari harga minyak dan gas. Di saat yang sama, ia juga mendorong SKK Migas serta industri untuk terus melakukan eksplorasi.

"Ada beberapa hal yang benar-benar perlu kami tangani agar dapat meningkatkan tingkat produksi atau lifting, baik di bidang minyak maupun gas. Pertama, tentunya harus ada kebijakan yang tepat terkait bagaimana kita akan mendorong eksplorasi karena mengandalkan produksi yang ada, semuanya telah menurun karena usia alaminya," demikian Sri Mulyani.