Radar BMKG Belum Optimal Berfungsi

id radar bmkg, belum optimal berfungsi

Pekanbaru, (ANTARARIAU News) - Radar cuaca milik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru yang sempat dikabarkan tak berfungsi akibat mengalami kerusakan saat ini telah kembali beroperasi namun tidak cukup optimal.

"Kemarin sempat mengalami kerusakan, namanya juga alat sama halnya seperti unit komputer," kata analis BMKG Stasiun Pekanbaru, Marzuki di Pekanbaru, Selasa.

Marzuki yang ditemui ANTARA di ruang kerjanya di Pekanbaru menerangkan, kerusakan alat radar cuaca tersebut terjadi beberapa waktu lalu dengan rentang waktu yang cukup lama.

Hal tersebut kata dia, disebabkan adanya alat yang mengalami kerusakan cukup parah sehingga harus dilakukan penggantian.

"Nah.., pembelian alat tersebut tidak ada di Riau. Kami terpaksa harus memesannya di luar kota. Namun sekarang sudah tiba dan kembali dipasangkan ke alat radar cuaca yang mulai kembali difungsikan," tuturnya.

Marzuki juga mengakui, alat radar yang berfungsi untuk mendeteksi cuaca lebih dini dan akurat tersebut sejauh ini belum beroperasi utuh atau kurang optimal.

"Namun kami mengharapkan hal demikian tidak lama. Intinya, keberadaan radar ini cukup membantu kami dalam menganalisis iklim atau kondisi cuaca, khususnya di sebagian besar wilayah Riau," katanya.

Dengan adanya radar cuaca, demikian Marzuki, diharapkan masyarakat akan mendapatkan prediksi atau prakiraan cuaca yang lebih cermat atau akurat.

Selain itu, ujarnya, alat tersebut juga diyakini akan mampu memberikan kontribusi terdini dalam menganalisis berbagai hal terkait cuaca yang dianggap mengkhawatirkan banyak warga.

"Radar cuaca ini, juga sangat membantu para analis, khususnya dalam hal pertimbangan kondisi iklim dan cuaca sesingkat-singkatnya per-enam jam," kata dia.

Bahkan, kata Marzuki, kemampuan radar bisa sampai mendeteksi potensi kemunculan angin kencang dengan pola "mengerucut" atau yang lebih dikenal dengan puting beliung serta kondisi cuaca ekstrem lainnya," kata dia.

Puting beliung sendiri, menurutnya, muncul disebabkan adanya penumpukan awan konfektif jenis "CB" di suatu wilayah yang pada akhirnya membentuk pusaran angin yang bergerak cukup kencang atau berada di atas normal.

"Namun untuk mendeteksi kondisi tersebut melalui alat radar cuaca, membutuhkan analis yang sangat berpengalaman," demikian Marzuki didampingi rekan sekantornya, Slamet Riyadi.