Dumai, Riau, (ANTARARIAU News) - Rencana pengembangan objek wisata Danau Bunga Tujuh yang merupakan danau buatan di Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai, Provinsi Riau, masih terkendala lahan konsesi pertambangan.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Pemerintah Kota (Pemkot) Dumai, Eldar Afinta, Sabtu mengatakan, program peningkatan potensi objek wisata andalan di daerah ini masih berada di atas lahan konsesi perusahaan.
Untuk melakukan pengembangan, menurut dia, investor yang siap membantu pendanaan pembangunan meminta kepastian status lahan agar tidak bermasalah di kemudian hari.
"Sudah ada beberapa investor yang siap menanamkan modal untuk mengembangkan perluasan objek wisata danau buatan tersebut, namun karena terkendala status lahan, hingga kini belum terealisasi," kata Eldar.
Ia mengatakan, Danau Bunga Tujuh menempati 47,65 hektar lahan konsesi milik PT Chevron Pacifik Indonesia (CPI).
Sebelumnya, untuk pengelolaannya diserahkan kepada pihak ketiga dengan kerja sama bagi hasil.
"Namun karena tidak menguntungkan, pemkot mengambil kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK)," ungkapnya.
Hal itu terjadi karena pengelola dianggap lalai dan tidak menguntungkan pemerintah. "Sehingga kerja sama pengelolaan sudah kami hentikan, terhitung awal tahun 2012," ujarnya.
Upaya pengembangan objek wisata ini sebagai langkah Pemkot Dumai meningkatkan kunjungan wisatawan dan mendorong terwujudnya visi Dumai sebagai "tourism city", selain julukan-julukannya seperti "kota minyak" dan "kota pelabuhan utama Riau".
Sejauh ini, menurut dia, kunjungan para pencinta hiburan wisata alam maupun danau buatan di kota yang juga berjuluk "mutiara pantai timur Sumatera" ini masih minim, karena belum memikat hati tamu yang berkunjung.
Kebanyakan, kata dia, kunjungan ini hanya sebagai transit karena untuk urusan bisnis dan usaha, tanpa sempat berpikir untuk mengunjungi objek wisata yang tersedia.
Ia menambahkan, Dumai terkesan hanya dijadikan tempat transit para tamu.
"Karenanya, sebenarnya objek-byek wisata bisa diberdayakan lebih optimal untuk menggaet tingkat kunjungan wisatawan tersebut, sekaligus membuat para pengunjung betah tinggal lebih lama," harapnya.
Namun, Eldar Afinta mengatakan, pada umumnya semua (objek) terkendala status lahan yang masih konsesi.