Ketika Manisnya profit kedai kopi tak sebanding dengan bahaya COVID-19

id kedai kopi,bahaya covid-19,ngopi bareng,Berita riau antara,Kopi,Virus corona,Berita riau terbaru

Ketika Manisnya profit kedai kopi tak sebanding dengan bahaya COVID-19

Foto unggahan media sosial kedai Kopi Sensei yang tutup sementara akibat wabah COVID-19 di Pekanbaru, Riau. (ANTARA/FB Anggoro)

Pekanbaru (ANTARA) - Melawan pandemi virus Corona baru atau COVID-19 berkaitan dengan semua lapisan masyarakat, yang berkelindan dengan budaya juga kebiasaan orang di suatu daerah.

Di Pulau Sumatera, salah satu caranya adalah menghindari kebiasaan minum kopi bersama atau ngopi bersamo.

Berdasarkan pantuan Antara selama sepekan terakhir dari Senin hingga Sabtu di Pekanbaru, sangat sedikit pebisnis kuliner yang rela menutup sementara usaha mereka setelah wabah COVID-19 juga mencapai Riau.

Penerapan protokol kesehatan dalam bisnis kuliner untuk mencegah Virus Corona juga masih diragukan, terlebih lagi tidak ada pengawasan dari pihak otoritas.

Padahal, kedai kopi menjadi tempat berkumpulnya orang karena kuatnya budaya ngopi bersamo di Sumatera, mulai dari kedai kopi di pinggir jalan, ruko, hingga kafe di pusat perbelanjaan modern. Kebiasaan minum kopi menjadi tidak terelakan setiap hari sebagai bentuk guyub atau kerukunan warga, bagian dari negosiasi, hingga sebagai prestise yang menunjukkan status sosial seseorang.

Di daerah pesisir Riau seperti Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai, seorang yang menyalonkan diri sebagai anggota dewan, calon bupati hingga calon gubernur, pasti memilih strategi kedai kopi untuk kampanye. Seorang politisi tulen pasti akan membayar semua tagihan makan dan minum pengunjung kedai kopi untuk meningkatkan elektabilitasnya.

Dari perbincangan di kedai kopi semua bisa terjadi, mulai dari bicara politik, kampanye lingkungan, jualan, sampai menyelesaikan konflik. Bagi orang Sumatera, mereka seperti percaya “kentalnya kopi bisa mencairkan suasana”. Bahkan, ada celetukan yang kerap diucap untuk melerai perselisihan: “bawak ngopi, genk!”.

Namun, ketika COVID-19 menjadi wabah yang sangat masif seperti sekarang ini, kebiasaan ngopi bersama menjadi medium yang cepat untuk membantu penyebaran virus tersebut.

Di Riau sendiri, hingga 19 Maret sudah ada 27 orang yang terduga COVID-19 dan satu orang dipastikan positif. Angka itu diperkirakan bakal terus bertambah.

Suasana Kedai Kopi Bengkalis, Kota Pekanbaru, Riau, yang mampu bertahan di tengah gempuran usaha sejenis dan lebih modern. (ANTARA/Anggi Romadhoni)


Kepedulian Kedai Kopi

Di tengah wabah ini, bisnis kopi sebenarnya sedang naik daun yang terlihat dari banyak kedai kopi baru bermunculan di Riau. Namun, tidak banyak yang merelakan profit mereka untuk kepentingan lebih besar yaitu melawan Virus corona. Alhasil, kedai kopi dan kafe tetap jadi berkumpulnya warga, mahasiswa, dan pelajar yang sekolahnya diliburkan pada masa darurat COVID-19.

Salah satu pelaku usaha yang peduli adalah pemilik kedai kopi bernama Kopikirapa. Mereka sudah menutup dua kedainya di Pekanbaru dan Jakarta untuk mencegah penyebaran Virus Corona.

“Tidak ada bisnis yang menguntungkan kalau pelanggannya justru sakit,” kata Manajer Kopikirapa, Zam Zami kepada ANTARA.

Setelah di Pekanbaru diumumkan ada yang positif COVID-19, ia mengatakan manajemen memutuskan untuk menutup kedainya yang berlokasi di Jalan Kundur, Pekanbaru. Sebelumnya, kedai Kopikirapa di Pejaten Barat, Jakarta, juga sudah tutup sementara sejak 16 Maret sampai 30 Maret 2020.

“Kalau ada dampak pada berkurangnya pendapatan, betul ada dampaknya. Tapi tentu bahaya kalau kedai kami, masih terus buka dan bisa menjadi tempat penyebaran virus,” katanya.

Ia mengatakan keputusan tutup sementara adalah upaya dari pelaku usaha kuliner untuk mengoptimalkan masa social distancing (jaga jarak) untuk melawan penyebaran Virus Corona. Strategi ini yang kini terus dikampanyekan oleh pemerintah Indonesia setelah kebijakan karantina (lockdown) dinilai tidak mungkin dilakukan saat ini.

Inti dari social distancing adalah strategi kebijakan publik untuk menghambat penyebaran virus. Caranya dengan menjaga jarak dengan mereka yang sedang sakit, termasuk menghindari kerumunan orang pada kegiatan tertentu, misalkan konser musik maupun acara olahraga.

Menurut WHO, dalam kasus Virus Corona masyarakat harus jaga jarak minimal dua meter dari orang lain ketika berinteraksi dan jangan bersentuhan.

“Kedai kopi salah satu tempat pusat keramaian. Tempat banyak orang berkumpul, bersosial. Namun, di situasi penyebaran COVID-19 ini, kami melihat penting untuk berkontribusi melawan penyebaran virus,” ujar Zami.

Kedai kopi lainnya yang dengan kesadaran tutup sementara adalah Kopi Sensei. Kalimat unik “Berpisah Sementara” yang kesannya melankolis mereka pilih untuk unggahan di media sosial instagram pada hari penutupan tanggal 18 Maret lalu.

Pemilik Kopi Sensei, Arza Aibonotika, mengatakan penutupan sementara berlangsung satu minggu. Keputusan yang tak mudah itu demi menghambat penyebaran Virus Corona.

Meski begitu, pelanggan tetap bisa dilayani namun hanya untuk jasa memanggang biji kopi atau roasting.

“Dengan berat hati bahwa untuk sementara waktu kita tidak bisa ngopi di Kopi Sensei. Kami tidak takut dan tidak pula panik, karena baiknya kita berpisah sementara,” kata pria yang kerap disapa Ibon ini.

Juru Bicara Tim Penanggulangan COVID-19 Provinsi Riau, dr Indra Yovi Sp P (K), menghimbau masyarakat untuk tidak panik dengan kondisi saat ini. Yang paling penting adalah masyarakat tetap tenang dan tetap jaga kesehatan.

“Jaga jarak atau sosial distancing harus dilakukan dengan baik. Kalau sekarang anak-anak sekolah diliburkan, itu harus benar-benar di rumah, jangan berkeliaran,” katanya.

Wabah COVID-19 ini tidak hanya menyerang kesehatan, namun juga bisa menggerus keuntungan di sektor ekonomi dari bisnis kopi yang besar hingga mikro.

Namun, hanya kesadaran pemiliknya yang bisa diharapkan untuk mengubah perilaku ngopi warga, bukan sekadar imbauan pemerintah. Karena ngopi bersama tentu akan sangat dirindukan dan akan paling enak dilakukan ketika kita sehat tanpa rasa cemas tertular Virus Corona.

Baca juga: Berharap pahit kopi usir api di gambut Kepulauan Meranti

Baca juga: Kedai kopi Bengkalis "Move on" dan sukses