Kedai kopi Bengkalis "Move on" dan sukses

id Elpiji,bright gas, pertamina, elpiji 3kg

Kedai kopi Bengkalis "Move on" dan sukses

Muhammad Halimi, pengusaha muda di Kota Pekanbaru yang beralih menggunakan Bright Gas. (ANTARA/Anggi Romadhoni)

Pekanbaru (ANTARA) - Tak banyak bisnis cafe atau kedai kopi yang bisa sukses bertahun-tahun tanpa kemampuan berubah atau "move on" di Pekanbaru, salah satunya Kedai Kopi Bengkalis yang berada di Pekanbaruyang kini berkembang, dengan pilihan segmen lintas generasi.

Setiap Sabtu akhir pekan, kedai itu tampak penuh. Tua, muda, pria, wanita bercengkerama berbagi cerita. Secangkir kopi khas Bengkalis dan beragam olahan makanan tradisional tersaji rapi di meja. Tak heran, omzet rata-rata setiap harinya mencapai Rp7 juta, atau pada saat ramai seperti ini hingga dua kali lipatnya.

Berdiri 2015, kedai kopi itu diawali dengan sederhana. Tidak ada mesin penggiling kopi otomatis layaknya kafe kenamaan. Hanya sepasang kompor gas, teko besi, dandang raksasa serta beberapa tabung gas melon menjadi bahan bakar.

Muhammad Halimi selaku pengelola mengaku, di awal berdiri Kobeng hanya menempati satu pintu rumah toko. Upaya perubahan adalah kunci sukses bisnis kuliner tersebut. Beralih dari penggunaan gas tabung 3kg, ke Bright Gas 5,5 kg adalah sebuah dorongan sadar karena dua tahun lalu usahanya sempat dirazia oleh Dinas Perindustrian dan PerdaganganKota Pekanbaru dan Pertamina. Masalahnya adalahKobeng menggunakan tabung elpiji melon. Meski razia itu hanya berupa teguran, namun Kobeng diminta berbenah. Tinggalkan elpiji melon bersubsidi dan beralih ke si tabung gas pink berisi 5,5 kilogram.

"Waktu itu kami memang tidak tahu ada aturan seperti itu karena tidak dapat sosialisasi juga. Kemudian saat diminta beralih juga ada kekhawatiran. Apakah nanti bakal masih untung? Apakah bisa tertutupi belanja modal," kata Halimi, pemuda 34 tahun yang merupakan alumni Sarjana Ekonomi Universitas Riau tersebut kepada Antara.

Kekhawatiran itu sangat berdasar. Sebab, harga secangkir kopi yang ditawarkan di kedai itu hanya Rp8.000. Begitu juga kudapan lain yang ditawarkan dengan harga terjangkau.

“Move on" justru menjadi titik balik menuju kemenangan. Segala kekhawatiran tak terbukti. Yang ada malah keberuntungan untuk terus maju ke depan, meski harga awal terus dipertahankan.

Keberuntungan bersama si "pink"

Dua tahun berjalan, Halimi justru menikmati dampak positif. Perubahan pemakaian Tabung gas Elpiji terjadi, dahulu Satu hari bisa menghabiskan dua tabung melon sekarang berkat Bright Gas bertahan hingga tiga hari hanya satu tabung.

Selanjutnya, Halimi merasa menggunakan si pink Bright Gas juga lebih hemat dan efisien. Terlebih, pangkalan dan agen memberikan servis antar jemput gas secara gratis. Selain itu, faktor keselamatan menjadi pertimbangan utama Halimi untuk tetap merasa nyaman.

Fitur Katup Ganda DSVS (Double Spindle Valve System) membuat Bright Gas lebih aman dalam mencegah kebocoran pada kepala tabung. Untuk menjamin kualitas dan ketepatan isi, Bright Gas juga dilengkapi dengan segel hologram dengan fitur OCS (Optical Color Switch) yang telah memperoleh paten dan tidak dapat dipalsukan.

Halimi juga mengatakan pada tabung Bright Gas terdapat stiker pengaman penggunaan tabung sehingga karyawannya dapat lebih tersosialisasikan bagaimana cara memasang dan menggunakan tabung yang benar.

Target17.000 tabung

Ketua Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengusaha Jasaboga Indonesia (DPP APJI) Iden Gobel di Pekanbaru, menjelaskan porsi penggunaan elpiji subsidi yang ditujukan bagi masyarakat miskin di Riau, saat ini mencapai 85 persen.

Angka itu jauh lebih besar dibanding penggunaan elpiji nonsubsidi yang hanya 15 persen. Padahal menelisik data Badan Pusat Statistik (BPS) Riau, jumlah penduduk miskin di Riau hanya 7,21 persen pada September 2018.

Karena itu, kepedulian dan kesadaran kelompok masyarakat mampu untuk beralih menggunakan elpiji nonsubsidi terus digaungkan Pertamina, pemerintah dan pemangku kepentingan lain. Termasuk penggunaan elpiji non subsidi bagi pelaku usaha yang tidak termasuk kelompok usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)

"Ini menjadi gerakan perubahan supaya mendorong pelaku usaha kuliner non-UMKM menggunakan elpiji non subsidi. Khususnya Bright Gas," katanya.

Dukungan serupa juga disampaikan oleh Asisten I Setdaprov Riau, AhmadSyah Harrofie yang mendorong Pertamina meluaskan penggunaan Bright Gas "Kami mendorong agar penggunaan elpiji lebih tepat sasaran. Masyarakat mampu dan usaha non-UMKM, jangan lagi gunakan elpiji bersubsidi," ujarnya.

Dengan beragam keunggulan serta dukungan baik dari pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, maka Pertamina Marketing Operasional Regional (MOR) I pada 2019 ini pun berani memasang target tinggi.

Sebanyak 17.000 tabung pink ditargetkan dapat disalurkan setiap bulan di Kota Pekanbaru. Angka itu melonjak dibanding tahun sebelumnya konsumsi Bright Gas tercatat 14.100 tabung setiap bulan di Kota Madani itu.

Roby Hervindo, Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR I Sumatera Bagian Utara mengatakan bahwa khusus di Pekanbaru, konsumsi Bright Gas menunjukkan tren positif. Kesadaran masyarakat akan faktor efisiensi dan praktis menjadi penentunya. "Kami targetkan distribusi Bright Gas di Pekanbaru naik menjadi 17.000 tabung per bulan," katanya.

Untuk mencapai target itu pihaknya melakukan sejumlah upaya. Misalnya Pertamina mewajibkan pangkalan yang menjual elpiji melon untuk juga menyediakan si cantik pink agar lebih mudah dijangkau masyarakat.
Suasana Kedai Kopi Bengkalis di Kota Pekanbaruyang mampu bertahan di tengah gempuran usaha sejenis dan lebih modern. Kopi Bengkalis berkembang dengan memanfaatkan Bright Gas yang lebih hemat dan praktis. (ANTARA/Anggi Romadhoni)


Kurangi beban subsidi

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan bahwa peningkatan tren penggunaan elpiji nonsubsidi produksi Pertamina, Bright Gas 5,5 kg dan 12 kg berdampak positif untuk mengurangi beban pengeluaran pemerintah.

Ketua Harian YLKI Sularsi mengatakan peningkatan konsumsi Bright Gas menandakan kesadaran masyarakat yang mulai tumbuh untuk menggunakan elpiji non subsidi. Kondisi tersebut harus dipertahankan, antara lain melalui peningkatan pengawasan terhadap elpiji bersubsidi.

"Kita berharap, masyarakat dan pemerintah melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap konsumsi elpiji bersubsidi," kata Sularsi. Pengawasan yang ketat, menurut dia, sangat penting karena bisa mendukung distribusi elpiji 3 kg agar lebih tepat sasaran, terlebih lagi, distribusi saat ini masih menggunakan sistem terbuka.

Selama Ramadan dan Idul Fitri 2019, penggunaan Bright Gas mengalami peningkatan dibandingkan konsumsi rata-rata harian pada periode yang sama 2018.

Konsumsi Bright Gas 5,5 kilogram meningkat 21 persen sedangkan untuk 12 kilogram meningkat 7 persen dari rata-rata konsumsi harian pada periode Ramadan Idul Fitri 2018.

Peningkatan volume konsumsi Bright Gas 5,5 kilogram pada periode Ramadan Idul Fitri 2019 sebesar 49.000 kilogram per hari atau mendekati 9.000 tabung per hari dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Sedangkan untuk Bright Gas 12 kilogram rata-rata konsumsi naik 2.000 tabung per hari dibanding periode yang sama tahun lalu.