Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD menerima kunjungan kehormatan Menteri Pertahanan Korea Selatan, Jeong Kyeong-Doo yang salah satunya membahas soal kelanjutan proyek kerja sama pesawat tempur "Korean Fighter Experimental/ Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX)" yang dikembangkan kedua negara.
"Dalam pembicaraan tadi, (proyek pesawat) tetap dilanjutkan," kata Mahfud usai bertemu Menhan Korsel, di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu.
Baca juga: Singapura Kagumi Proyek "KFX" RI-Korsel
Menurut dia, kunjungan Menhan Korsel merupakan kunjungan biasa, yang salah satu menjadi perhatian, yakni melanjutkan pembicaraan tentang kerja sama alutsista pesawat tempur KFX/IFX.
"Itu sekarang sedang dinegosiasikan dan vocal point dari Indonesia memang yang ditunjuk pak Prabowo selaku Menteri Pertahanan untuk berbicara antar-menteri pertahanan," tutur Mahfud.
Kedatangannya ke Kemenko Polhukam hanya kunjungan kehormatan saja dan memberitahukan bahwa Menhan Korsel datang ke Indonesia untuk bertemu Menhan Prabowo Subianto dan lainnya.
"Jadi, tidak ada yang spesifik yang diputuskan tadi," kata mantan Menteri Pertahanan ini.
Dalam pertemuan dengan Menhan Korsel, kata dia, tidak membicarakan soal kesepakatan.
"Ya itu biar nanti lah saya tidak masuk ke substansi, substansinya nanti biar Pak Prabowo yang membicarakan," ucapnya.
Sebelum melakukan kunjungan kehormatan ke Menko Polhukam, Menhan Korsel Jeong Kyeong-Doo juga melakukan kunjungan kehormatan kepada Menhan Prabowo Subianto.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan (Kemhan) tengah mengkaji kembali proyek kerja sama pesawat tempur Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) yang digagas sejak beberapa tahun lalu. Apalagi pengadaan pesawat tempur berteknologi tinggi ini masuk kategori penting untuk kebutuhan pertahanan Indonesia.
"Khusus KFX/IFX itu kita sedang dalamilah, kita pelajari. Sebetulnya manfaatnya kita dapat apa juga? itu kan penting. Karena itu kan teknologi tinggi," kata Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono, beberapa waktu lalu.
Sakti pun tak menjelaskan lebih detail kajian yang dilakukan, namun dirinya meyakini pengadaan pesawat ini penting agar Indonesia menjadi negara kuat.
"Tapi ini masih dalam proses pertimbangan dan kajian. Karena yang namanya pesawat tempur itu tidak sembarangan juga loh. Nah di level mana kita nanti dan kita sampai punya kemampuan seperti apa, itu juga. Karena nilainya mahal. Sampai 2 miliar dolar AS," katanya.
Seperti diketahui, proyek pengembangan pesawat tempur KFX/IFX sempat tertunda sekitar tahun 2009. Kemudian pada 7 Januri 2016 Indonesia dan Korea Selatan menandatangani cost share agreement.
Terdapat tiga fase pembuatan KF-X/IF-X. Pertama, yakni pengembangan teknologi atau pengembangan konsep, pengembangan rekayasa manufaktur atau pengembangan prototipe, dan proses produksi massal. Targetnya, pada tahun 2020 pesawat tempur sudah bisa diproduksi dan pada 2025 diharapkan sudah bisa beroperasi.
KFX/IFX merupakan proyek jangka panjang Indonesia dan Korsel. Total investasi kedua negara mencapai 8 miliar dolar AS. Proyek ini akan melibatkan APBN masing-masing negara.
Dalam kerja sama ini, pemerintah Korea menanggung 60 persen biaya pengembangan pesawat, sisanya ditanggung KAI (perusahaan pembuat pesawat Korea) 20 persen, sementara pemerintah Indonesia hanya 20 persen.
Pewarta: Syaiful Hakim