Pekanbaru (ANTARA) - Bangunan khas Melayu yang berdiri kokoh semenjak tahun 1887 di tepi Sungai Siak, Jalan Perdagangan, Kampung
Bandar, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru, Riau itu, kini disulap menjadi sentra tenun Pekanbaru.
Kenapa tidak, karena Sentra tenun Pekanbaru atau Rumah Tenun Kampung Bandar dikelola Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Pucuk Rebung sejak tahun 2012 itu, terus menggeliat apalagi pengembangan awalnya didanai oleh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri.
"Awalnya rumah tenun mendapatkan bantuan dari PNPM Mandiri pada tahun 2012 berupa peralatan, bahan-bahan,
uang, dan pelatihan tenun selama sebulan bagi masyarakat Kampung Bandar. Melalui pelatihan ini masyarakat yang
sebelumnya tidak memiliki penangetahuan mengenai tenun memiliki keterampilan tenun," jelas Ketua KSM Pucuk
Rebung, Wawa.
Keterampilan tenun ini kemudian dikembangkan menjadi sebuah usaha yang memberdayakan masyarakat Kampung
Bandar. Sejak tahun 2012 itu hingga kini, KSM Pucung Rebung sudah memiliki delapan unit Alat Tenun Bukan Mesin
(ATBM) yang berasal dari bantuan Bank Indonesia pada tahun 2017.
"Bank Indonesia membantu kami berupa delapan unit Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) pada tahun 2017 untuk
meningkatkan produktivitas usaha sehingga pendapatan juga bisa meningkat," ujar Wawa.
Wawa mengatakan meskipun usaha ini sempat “mati suri” selama empat tahun atau dari tahun 2012 hingga 2016,
namun KSM Pucuk Rebung tetap melanjutkan proses produksi dan terus aktif mengenalkan produk tenun melalui
siapa saja yang ingin belajar langsung ke rumah tenun.
Beragam inovasi produk yang dihasilkan rumah tenun yaitu gantungan kunci, kain songket, tanjak, hingga tas. Setiap
bulan rata-rata produksi tenun di Kampung Bandar mencapai 20-45 lembar kain yang dipatok seharga Rp500 ribu
hingga Rp1 juta dengan beragam motif.
Ada banyak motif tenun khas Riau yaitu siku awan, siku keluang, pucuk rebung, dan tampuk manggis. Durasi
pengerjaan produksi tenun yang dilakukan 15 karyawan setiap motif berbeda, biasanya diselesaikan sekitar dua
minggu.
Kain yang sudah ditenun akan dimodifikasi menjadi produk lainnya, seperti tas dan baju siap pakai.
“Kain tenun yang dihasilkan akan diolah lagi menjadi beberapa produk, ada yang menjadi tas hingga tanjak, dan itu
harus didukung ketersediaan bahan baku yang mencukupi yaitu benang khusus yang kini masih menjadi hambatan,
karena distributornya hanya satu di Pekanbaru,” kata Wawa.
Menurutnya, ketersediaan bahan baku di Pekanbaru merupakan masalah utama penghambat produksi. KSM Pucuk
Rebung sendiri masih menghandalkan distributor lokal karena belum memiliki modal besar untuk mendatangkan
sendiri bahan baku dari luar Riau.
Untuk menekan hambatan tersebut, kata, Wawa berharap Pemkot Pekanbaru dapat memberikan solusi agar KSM
ini lebih produktif lagi, karena persaingan yang ketat dengan tenun swasta lainnya yang memiliki modal lebih besar.
Selain itu, ia berharap agar pemerintah tidak hanya sekedar berkunjung dan meminjam barang dari Rumah Tenun
Kampung Bandar, tetapi juga perlu mengajak untuk terlibat dalam bazar, pameran, yang digelar oleh pemerintah
seperti Riau Expo agar bisa memasarkan produknya ke konsumen.
"Kami juga berharap agar pemerintah lebih melibatkan kami dalam acara seperti pameran-pameran ataupun bazar
agar produk kami dilirik masyarakat,” harapnya.
PHW Bantu Pemasaran
Jika sebelumnya KSM Pucuk Rebung sempat mati suri, maka Pekanbaru Heritage Walk (PHW) --bergerak di
bidang antara lain, pemandu wisata-- itu memberi "udara segar" agar KSM ini bisa hidup kembali, dengan aksi
konkritnya menggencarkan promosi tenun Kampung Bandar.
"Lewat promosi tour yang kami tawarkan, Rumah Tenun Kampung Bandar menjadi salah satu tujuan destinasi
wisata. Wisatawan bisa membeli produk tenunan untuk buah tangan," ujar Yulimaswati, anggota komunitas PHW
Pekanbaru.
Semakin banyak wisatawan domestik dan wisman menjelajahi Kampung Bandar, itu diyakini mendatang effek ganda
karena selain meningkatkan pendapatan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya dari aktivitas
produksi tenun tersebut.
Produk tenun Kampung Bandar sudah merambah pasar internasional seperti Malaysia, Singapura, Prancis, dan
Turki.
Bahkan pada September 2019, Rumah Tenun Bandar dikunjungi oleh artis Ibu Kota Jakarta yaitu Raffi
Ahmad dan Billy Syahputera.
"Alhamdulillah semenjak ada PHW kita benar-benar merasa lebih banyak dikenal dan dikunjungi oleh wisatawan
yang berasal dari dalam dan luar negeri, omset kita semenjak tahun 2017 - 2019 meningkat hingga 100 persen,”
ujar Wawa.
Wawa mengakui, melalui promosi yang dilakukan oleh PHW lewat paket wisata, omset Rumah Tenun Kampung
Bandar saat ini mencapai Rp20-30 juta per bulannya, dari berbagai transaksi jual beli tenun.
"Selain membeli, tentunya kamipun senang jika ada yang mau datang, belajar, atau sekedar belihat-lihat hasil karya
dari ibu-ibu KSM Pucuk Rebung.
Melihat karya sendiri diapresiasi oleh orang lain itu memiliki penghargaan
tersendiri,” katanya.
Karya-karya yang dihasilkan tidak hanya dipajang di Rumah Tenun, tetapi juga melalui media sosial seperti
instagram @rumah_tenun_kp_bandar. Pengelola berharap dengan gencarnya pemasaran yang dilakukan, omset
rumah tenun akan bisa mencapai Rp50 juta per bulan.
Meningkatnya omset ini nantinya akan dapat membantu modal untuk membiayai berbagai inovasi baru seperti
memproduksi benang tenun yang berasal dari bahan-bahan alami, serta pakaian “ready to wear” khususnya untuk
pria.
Widi Andra, salah satu pelanggan Rumah Tenun Kampung Bandar mengaku tidak sabar menanti inovasi yang segera
dibuat oleh ibu-ibu KSM Pucuk Rebung, apalagi tenun yang diproduksi bagus karena memiliki daya tarik bagi pecinta tenun yang dikerjakan secara tradisional.
"Saya sebagai pecinta kerajinan tangan khususnya tenun khas daerah menantikan inovasi baru karya ibu-ibu KSM Pucuk Rebung, karena produk yang dihasilkan selalu unik dengan beragam motif yang dikerjakan secara detail. Menggunakan kerajinan khas daerah merupakan upaya melestarikan budaya daerah tersebut," kata Widi.
Upaya pelestarian budaya tersebut juga diakui oleh Yulismawati, anggota PHW Pekanbaru yang juga aktif bergerak menjadi anggota KSM Pucuk Rebung. Ia mengatakan, salah satu alasannya bertahan menjalankan produksi tenun yang dibarengi dengan pemandu wisata Kampung Bandar karena ingin mengenalkan keaslian budaya Melayu yang masih terlihat kental di Kampung Bandar.
"Bangunan-bangunan bersejarah Riau dengan budaya Melayu masih kental di Kampung Bandar, promosi wisata yang kami tawarkan lewat PHW Pekanbaru merupakan itikad untuk mengenalkan kepada masyarakat bagaimana bentuk bangunan lama yang ada di Pekanbaru sebelum menjadi seperti sekarang. Selain itu, pelestarian budaya juga dilakukan melalui tenun yang langsung diproduksi masyarakat Kampung Bandar," kata Yulismawati.
Berita Lainnya
BPS catat harga gabah dan beras pada November mengalami penurunan
02 December 2024 16:27 WIB
BPBD catat ketinggian banjir rob sempat 40 centimeter pada Senin pagi
02 December 2024 16:18 WIB
BRK Syariah sabet penghargaan sebagai pionir digitalisasi pemerintah daerah
02 December 2024 16:15 WIB
Airlangga sebut inflasi dan pertumbuhan ekonomi landasan UMP 6,5 persen
02 December 2024 14:14 WIB
Pasukan Israel tak berhenti serang Lebanon selatan meski ada gencatan senjata
02 December 2024 13:34 WIB
Dietisien: Tempe merupakan produk nabati yang baik untuk jantung
02 December 2024 13:23 WIB
Kemenag tunggu undangan DPR soal pembahasan biaya penyelenggaraan haji
02 December 2024 12:47 WIB
Badan Gizi Nasional tinjau dapur penyedia makan bergizi di lanud
02 December 2024 12:34 WIB