Pekanbaru (ANTARA) - Gubernur Riau Syamsuar mengkhawatirkan kiriman asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dari Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi akan semakin pekat menyelimuti daerah berjuluk "bumi lancang kuning" tersebut.
Syamsuar di Pekanbaru, Rabu, mengatakan jumlah titik panas di Riau relatif jauh lebih sedikit dibandingkan Sumatera Selatan (Sumsel) dan Jambi. Asap kiriman dinilainya sangat berpeluang mencapai Riau apabila arah angin berubah ke arah utara.
"Di Riau titik api tidak banyak, hanya di Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Pelalawan dan Kepulauan Meranti. Tetapi di provinsi tetangga titik apinya cukup besar," kata Syamsuar kepada wartawan di Pekanbaru.
Syamsuar yang juga menjabat Komandan Satgas Karhutla Riau ini meminta seluruh kepala daerah dan masyarakat untuk mencegah terjadinya karhutla dari pembukaan lahan dengan membakar. Apalagi, baru pada awal Oktober ini status Darurat Pencemaran Udara akibat asap karhutla di Riau berakhir.
Baca juga: Konflik gajah Sumatera dengan manusia di Riau meningkat akibat kebakaran Tesso Nilo
Meski begitu, ia mengingatkan status Siaga Darurat Karhutla Riau masih berlaku hingga 31 Oktober 2019.
"Tentunya harapan kami, Satgas provinsi kepada seluruh bupati/wali kota untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar karhutla tidak timbul lagi," katanya.
Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru pada Rabu petang, asap terdeteksi di dua daerah di Riau yakni Kota Pekanbaru dan Kabupaten Pelalawan. Meski begitu jarak pandang belum terganggu karena di Pekanbaru dan Pelalawan masih mencapai empat kilometer dan tiga kilometer.
Jumlah titik panas di wilayah Sumatera pada Rabu pagi paling banyak terdapat di Jambi dan Sumsel. Satelit Terra dan Aqua mendeteksi ada 393 titik panas di Sumsel, sedangkan di Jambi ada 239 titik. Di Provinsi Riau terdeteksi ada 27 titik panas, yang tersebar di Kabupaten Kepulauan Meranti satu titik, Pelalawan 3 titik, Indragiri Hulu 6 titik dan Indragiri Hilir ada 17
titik.
Baca juga: Polisi tangkap dua petani di Inhil karena diduga bakar lahan
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan kualitas udara di Riau, Jambi, dan Sumsel dalam kategori sangat tidak sehat karena asap karhutla.
"Meskipun jumlah titik panas turun drastis sejak Selasa (15/10), kualitas udara di tiga provinsi masih pada kategori sangat tidak sehat," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB Agus Wibowo, melalui siaran pers, Rabu.
Agus mengatakan berdasarkan pengukuran PM 2,5 kualitas udara di Sumatera Selatan berada pada tingkat 195, Jambi pada tingkat 170, dan Riau pada tingkat 160.
Jumlah titik panas yang teridentifikasi di tiga provinsi tersebut sebanyak 158 titik dengan perincian 96 titik di Sumatera Selatan, 52 titik di Jambi, dan 10 titik di Riau. Jumlah titik panas tersebut dihitung berdasarkan data modis-catalog Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) selama 24 jam terakhir dengan tingkat kepercayaan lebih dari 30 persen.
Baca juga: Satgas: Tiga heli pemadam karhutla dipindahkan dari Riau. Begini penjelasannya
Baca juga: Kapolda Riau andalkan "Lancang Kuning" aplikasi penanggulangan Karhutla