Pekanbaru butuh banyak perbaikan menuju kota layak anak

id Layak anak,kota layak anak,wali kota pekanbaru,berita riau antara,berita riau terbaru

Pekanbaru butuh banyak perbaikan menuju kota layak anak

Tim verifikasi lapangan evaluasi kabupaten Kota Layak Anak (KLA) pada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) (baju batik), saat ekspose di hadapan Walikota setempat Firdaus, Selasa. (Antaranews/Vera Lusiana)

Pekanbaru (ANTARA) - Kota Pekanbaru masih butuh banyak perbaikan untuk menuju kota layak anak, demikian disampaikan Tim verifikasi lapangan evaluasi kabupaten Kota Layak Anak (KLA) pada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) saat ekspose di hadapan Wali Kota setempat Firdaus, Selasa.

"Kami menjumpai anak-anak menjajakan tisu dan koran di persimpangan khususnya di daerah Polda Riau, mereka yang kami khawatirkan rawan korban kekerasan seksual dan penculikan," kata Anggota Tim Verifikasi Lapangan, Evaluasi Kabupaten Kota Layak Anak pada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kota Pekanbaru, Nanang Abdul Hanan.

Nanang menjelaskan kehadiran mereka ke Pekanbaru beberapa waktu lalu ingin melihat dan melakukan evaluasi langsung terhadap usulan Pekanbaru menuju kota layak anak. Apalagi kini levelnya masih madia.

Menurutnya untuk menjadi kota layak anak harus ada enam variable yang dipenuhi oleh kota layak anak, salah satunya

kelembagaan. Maksudnya di sini tidak membuat kota baru, tetapi bagaimana mengintegrasikan menciptakan kodisi terhadap pemenuhan hak anak. Hak ini juga harus tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda).

"Jadi kami diutus untuk melakukan evaluasi apa saja yang sudah dilakukan, difikirkan dan diintegrasikan dan sebagainya oleh Pekanbaru dalam menciptakan kota layak anak," tuturnya.

Menurut Nanang memang masih banyak yang perlu dibenahi, selain yang diatas ada juga tim belum mendapati ruang terbuka khusus anak di tiap kecamatan. Demikian juga lingkungan ruang terbuka hijau di Kota Pekanbaru yang belum aman karena masih terdapat trotoar yang berlubang dan sampah tusuk sate yang berserakan.

Tidak adanya akses khusus disabilitas di ruang terbuka hijau, sehingga keberadaan anak-anak disabilitas tidak terakomodir, bahkan sulitnya akses terhubung dengan ruang dan fasilitas publik.

"Ruang terbuka itu mestinya bersih dan nyaman bagi anak," tegasnya.

Nanang juga menilai sosialisasi program pemerintah kota menuju kota layak anak belum optimal. Harusnya data kondisi kesehatan anak tercatat dengan baik di puskemas, dan kepala puskesmas mengetahui dan mengusai berapa jumlah anak-anak di wilayah masing-masing.

Walau diakuinya Pekanbaru secara infrastruktur sudah bagus untuk mendukung kota layak anak.

Sementara itu dalam eksposenya Walikota Pekanbaru, Firdaus di depan tim verifikasi pengembangan KLA Pusat menjelaskan visi dan misi Kota Pekanbaru yakni mewujudkan kota yang Smart City Madani.

"Visi dan Misi Kota Pekanbaru ini bukan sekedar selogan atau ungkapan saja tapi ini adalah upaya nyata Pemko Pekanbaru untuk mewujudkan masyarakat yang Smart dan islam," jelas Firdaus.

Walikota mengakui masih banyak kelemahan Kota Pekanbaru untuk kota layak anak, seperti laporan dokumentasi dan sosialisasi. Pihaknya selama ini belum terbiasa secara baik melaporkan kegiatan-kegiatan apa yang telah dilakukan.

"Kalau tidak turun langsung ke lapangan dan hanya laporan yang tidak sempurna tadi, orang tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi. Nah ini laporan harus dibenahi," kata dia.

Lanjutnya, apa yang dilakukan, dan apa yang dikerjakan serta apa yang dimiliki, harus diketahui bersama oleh masyarakat. Jadi dengan begitu, bagaimana ke depan bisa mempersiapkan anak-anak agar terhindar dari pengaruh mental yang akan mempengaruhi kehidupannya di masa depan.

"Misalkan kekerasan dalam rumah tangga, atau perlakuan lingkungan terhadap anak-anak kita, apakah itu perlakuan terhadap Narkotika atau perlakuan moral yang dilakukan oleh orang dewasa. Seperti pemerkosaan, ini harus menjadi perhatian," jelasnya.

Selain itu kekurangan lainnya yang juga butuh pembenahan ke depan yakni masih kurangnya sosialisasi yang melibatkan media masa untuk memberikan ruang informasi terhadap anak, agar mereka terhindar dari tindak kekerasan.

"Tetapi pengakuan tim dari tinjauan di lapangan, implememtasi indikator kota layak anak yang dimiliki Pekanbaru tidak kalah dengan Surabaya dan Solo," pungkas Firdaus bangga.

Baca juga: Raih Predikat Kota Layak Anak 2017, Wako Dumai Akan Berbicara di Forum UNICEF

Baca juga: P2TP2A Siak: kasus penculikan belum pengaruhi predikat kota layak anak