Pekanbaru, 8/10 (ANTARA) - Perusahaan Asia Pacific Resources International Holding Limited (APRIL) mengklaim aktivitas pembangunan kebun akasia seluas 57.000 hektare tidak akan merusak kubah gambut di tengah kawasan Semenanjung Kampar, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
"Kami jamin kerusakan tak akan terjadi," kata Fire & Sustainability Manager APRIL, Brad Sanders, di Pekanbaru, Jumat.
APRIL membangun kebun akasia di Semenanjung Kampar atau Meranti Estate melalui anak perusahaannya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang memegang izin hutan tanaman industri di Pelalawan. Keberadaan aktivitas pembukaan hutan gambut di kawasan itu hingga kini masih menimbulkan pro dan kontra dari masyarakat setempat dan LSM lingkungan Greenpeace yang dua kali menggelar aksi protes pada tahun 2009 dan 2010.
Brad menjelaskan, perusahaan menerapkan management eco-hydro yang dapat mengatur ketinggian air di kanal yang dibuat perusahaan untuk akses transporatasi di dalam konsesi. Pembuatan kanal itu memperhitungkan topografi di kawasan itu dan dilengkapi dam sisir yang mampu mengontrol air agar gambut tak kering pada proses awal pembukaan lahan.
"Air tak akan keluar dari kubah gambut," katanya.
Menurut dia, penggunaan menajemen pengaturan air yang diterapkan akan membuat air hanya menurun sekitar 40-90 centimeter dari permukaan tanah. Selain itu, ia mengatakan perusahaan juga tak menggunakan metode pembakaran dalam pembukaan lahan.
"Kondisi jauh lebih baik dibandingkan kanal yang dibuat masyarakat untuk penebangan liar karena ketinggian air bisa mencapai satu sampai dua meter dari permukaan tanah," ujarnya.
Ia menjelaskan, dari 57.000 hektare konsesi perusahaan di Semenanjung Kampar hanya 34.000 hektare yang akan dibuka untuk perkebunan akasia. Sedangkan, sisanya sekitar 17.000 hektare digunakan untuk konservasi dan 5.000 hektare untuk perkebunan karet yang akan diberikan kepada warga setempat.