Festival "Perang Air" Steril dari Kampanye Politik

id Festival Perang Air,selatpanjang,Imlek 2019

Festival "Perang Air" Steril dari Kampanye Politik

Arsip foto. Festival Perang Air di Kota Selatpanjang. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)

Pekanbaru (Antaranews Riau) - Penyelenggaraan Festival Perang Air 2019 di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, harus bersih dari segala bentuk kampanye politik terkait Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden.

"Sejak awal sudah kami peringatkan tidak boleh ada kampanye politik. Sampai semua becak motor yang digunakan untuk perang air tidak boleh ada spanduk dan stiker calon legislatif," kata Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kepulauan Meranti, Rizky Hidayat kepada Antara di Pekanbaru, Jumat.

Ia mengatakan Festival Perang Air hanya akan fokus pada meningkatkan pariwisata daerah. Diakuinya bahwa acara tersebut sangat rentan disusupi kampanye politik, apalagi acara tersebut melibatkan banyak peserta.

Baca juga: Wisatawan Berkurang Ikut Perang Air Akibat Tarif Pesawat Mahal

Meski begitu, ia meyakini warga setempat bisa menahan diri untuk tidak tergiur politik praktis selama penyelenggaran festival tersebut.

"Untuk tukang becak motor, lebih menguntungkan mencari sewa saat perang air daripada ikut kampanye. Sekali keliling bisa dapat Rp50 ribu," katanya.

Selatpanjang merupakan kota di pesisir Riau yang selalu ramai saat perayaan Imlek karena sebagian besar populasi penduduknya adalah keturunan Tionghoa. Tradisi perang air, atau yang sebutan setempat “Cian Cui”, membuat membuat perayaan Imlek di Selatpanjang unik dan berbeda dengan kota lainnya.

Sejak pemerintah Kabupaten Meranti mengemas Cian Cuisebagai festival pada 2013, acara ini menjadi daya tarik bagi wisatawan nusantara dan mancanegara. Hal itu disebabkan perang air tidak terkait ritual agama tertentu, sehingga semua lapisan masyarakat bisa ikut meramaikannya.

Baca juga: 3.589 Wisatawan Mancanegara Hadiri Festival Perang Air di Meranti Beberapa Waktu Lalu

Tradisi perang air berlangsung setiap sore hari sejak Imlek tanggal 5 Februari 2019, dan puncaknya adalah perayaan Imlek hari ke-7 pada tanggal 11 Februari. Warga setempat dan wisatawan saling menyiram air di rute yang ditentukan, dan ada yang menggunakan becak motor sebagai kendaraan selama acara.

Rute perang air melalui jalan-jalan protokol, seperti Jalan A. Yani, Tebing Tinggi, Diponegoro, Kartini dan Imam Bonjol. Setelah dikemas dalam bentuk festival, acara ini berlangsung setiap sore hari sejak pukul 16.00 hingga 18.00 WIB.

Berdasarkan catatan Antara, Festival Perang Air 2018 diikuti oleh sekitar 39.000 perserta. Peserta itu terdiri dari 22.258 wisatawan nusantara,3.589 wisatawan mancanegara dan penduduk setempat.



Baca juga: Jelang Imlek, 1.888 Lampion Terangi Jalan Karet Pekanbaru

Baca juga: Ritual Cheng Beng Dimulai, Ribuan Peziarah Diperkirakan Akan Padati Pemakaman Tionghoa Selatpanjang