Badan Restorasi Gambut Uji Coba Teknologi "Aero-Hydro" di Gambut Siak

id Badan restorasi Gambut,Gambut, Bupati siak

Badan Restorasi Gambut Uji Coba Teknologi "Aero-Hydro" di Gambut Siak

Badan Restorasi Gambut Uji Coba Teknologi "Aero-Hydro" di Gambut Siak (Antaranews)



Siak (Antaranews Riau) - Badan Restorasi Gambut melakukan uji coba teknologi "Aero-Hydro Culture" di sejumlah lahan gambut di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, untuk menjaga agar tanah tersebut tetap basah.

"Sudah banyak pilihan teknologi yang sudah dikembangkan di Indonesia di beberapa tempat untuk meningkatkan produktivitas tanaman masyarakat di lahan gambut agar lahannya tetap basah. Pemupukan juga bisa berkurang dengan teknologi ini," kata Kepala BRG, Nazir Foead di Siak, Senin.

Menurutnya ada sejumlah teknologi yang dipresentasikan di Siak untuk penerapan metode tersebut, di antaranya dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Mereka mempresentasikan penelitiannya di depan Bupati Siak, Syamsuar di salah satu gedung di kantornya. Ini selanjutnya akan diujicoba di Siak karena bupati yang memiliki konsep hijau sekaligus menjadi target restorasi gambut.

Baca juga: Badan Restorasi Gambut Inisiasi Budi Daya Gaharu Di Lahan Gambut

"Workshop semacam ini penting sebagai ajang untuk berbagi ilmu dan metodologi terkait pengelolaan tahan gambut agar tidak melanggar kaidah dan tata aturan. Di lain pihak, memberi manfaat baik secara ekonomis dan ekologis bagi mereka yang bergerak di budidaya Iahan gambut," ungkapnya.

Workshop yang berlangsung dilengkapi kunjungan langsung ke area praktik di perkebunan masyarakat di Benteng Hulu dan Koto Ringin, Mempura, Siak. Lokasi ini akan menjadi contoh langsung penerapan Kultur AeroHydro yang sudah memberi manfaat.

Dikatakannya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2016 sudah menegaskan bahwa ketinggian muka air tanah di lahan gambut harus dijaga agar tidak sampai lebih dari 40 cm di bawah permukaan gambut. Hal ini panting untuk menjaga tingkat kebasahan Iahan gambut.

Oleh karena itu, bagi beberapa pemangku kepentingan dan pengelola budidaya di lahan gambut, ketentuan tersebut menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga produktivitas tanaman.

Di lain pihak, risiko pengeringan lahan gambut selain mengakibatkan turunnya permukaan lahan gambut (subsidence) juga rentan terjadinya kebakaran.

Kabupaten Siak sendiri lebih dari 50 persen luas total wilayah Kabupaten seluas 869.721 hektare merupakan lahan gambut. Maka dari itu, Syamsuar mendukung program ini dan siap bekerjasama.

"Pemerintah Kabupaten Siak mendukung inovasi Sistem Kultur AeroHydro ini, terlebih karena sebagian besar wilayah gambut di Siak dimanfaatkan untuk hutan tanaman dan perkebunan. Kami siap untuk menjadi lokasi penelitian pengembangan sistem ini dan mendukung penuh kegiatan ini meskipun bersifat jangka panjang, yakni minimal 2 tahun," kata Bupati Siak.

Baca juga: Aktivis Lingkungan Minta BRG Berani Intervensi Korporasi

Baca juga: Anggaran Restorasi Gambut untuk Riau 2019 Berkurang 33 Persen