Pekanbaru (Antarariau.com) - Badan Pusat Statistik menyatakan penurunan harga terutama pada kelompok bahan pangan menjadi pemicu terbesar sehingga terjadi deflasi di Provinsi Riau pada September sebesar 0,26 persen.
"Deflasi Riau September 2018 terjadi karena adanya penurunan harga pada dua kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 1,60 persen, dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,13 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, Aden Gultom di Pekanbaru, Selasa.
Pada September 2018, Riau mengalami deflasi 0,26 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 135,14. Inflasi Tahun Kalender (Januari- September 2018) mencapai 1,28 persen, dan Inflasi "Year on Year" (September 2018 terhadap September 2017) mencapai 2,45 persen.
BPS menghitung inflasi Riau melalui perhitungan IHK di tiga daerah, yakni Kota Pekanbaru, Dumai dan Tembilahan. Ia mengatakan dari 3 kota IHK di Provinsi Riau, semua kota mengalami deflasi, yakni Pekanbaru 0,21 persen, Dumai 0,26 persen, dan Tembilahan 0,75 persen.
Menurut dia, lima kelompok pada komponen IHK mengalami inflasi, yaitu kelompok perumahan, air, listrik, gas 0,53 persen, diikuti kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,19 persen, kelompok sandang 0,17 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dan kelompok kesehatan masing-masing sebesar 0,08 persen.
Sementara itu, komoditas yang memberikan andil terjadinya deflasi di Riau antara lain daging ayam ras, bawang merah, angkutan udara, telur ayam ras, petai, ketimun, buncis, ayam hidup dan lain-lain. Sebaliknya, komoditas yang memberi andil inflasi antara lain cabai merah, bahan bakar rumah tangga, sewa rumah, ketupat/lontong sayur, emas perhiasan, dan lain-lain.
Dari 23 kota di Sumatera yang menghitung IHK, 16 kota mengalami deflasi, dengan deflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pandan sebesar 1,12 persen, diikuti oleh Lhokseumawe 0,85 persen, serta Banda Aceh dan Tembilahan masing-masing 0,75 persen, sedangkan deflasi terendah terjadi di Kota Batam sebesar 0,09 persen. Sementara itu, inflasi terjadi di 7 kota, yang tertinggi terjadi di kota Bengkulu dengan inflasi sebesar 0,59 persen.
Di Indonesia, dari 82 kota yang menghitung IHK, 66 kota mengalami deflasi, dengan deflasi tertinggi terjadi di Pare-pare sebesar 1,59 persen, diikuti Palu 1,22 persen, dan Sorong 1,14 persen. Sedangkan deflasi terendah terjadi di Empat Kota masing-masing sebesar 0,01 persen.
Sementara inflasi terjadi di 16 kota, yang tertinggi terjadi di Kota Bengkulu dengan inflasi sebesar 0,59 persen.*