Siak, (Antarariau.com) - Memasuki usia ke-18 tahun, Kabupaten Siak menggelar beberapa rangkaian acara untuk memeriahkan HUT Kabupaten Siak yang jatuh pada Kamis, 12 Oktober 2017.
Kemeriahan hari jadi Siak masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, seperti adanya Pawai Budaya internasional yang menampilkan beragam kesenian dari masing-masing daerah, penampilan kesenian dari sanggar tuan rumah pada pembukaan Festival Siak Bermadah, pemberian penghargaan pada tokoh masyarakat yang dianggap telah berperan dalam pembangunan dan hiburan rakyat dari artis ibu kota Angkasa Band.
Semarak Pawai Budaya Internasional
Sebanyak 1.050 peserta dari berbagai provinsi Indonesia dan kabupaten / kota Provinsi Riau ikut ambil bagian memeriahkan pawai budaya internasional pada Festival Siak Bermadah (FSB), Selasa.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Siak, Fauzi Asni mengatakan, pawai budaya internasional ini merupakan salah satu rangkaian acara Festival Siak Bermadah untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Siak ke-18 yang jatuh pada Kamis (12/10) mendatang.
"Festival Siak Bermadah diselenggarakan untuk menjaga eksistensi dan melestarikan kesenian Melayu di kalangan masyarakat lokal, nasional dan internasional," kata Fauzi Asni, Selasa.
FSB yang mengangkat tema "Kembangkan Adat dan Budaya untuk Mengangkat Marwah Negeri Kabupaten Siak" ini diikuti oleh dua negara serumpun, Malaysia dan Singapura. Kemudian Provinsi Bangka Belitung, Sumatera Utara (Sumut), Sumatera Barat (Sumbar), DKI Jakarta, dan Jambi.
Ikut ambil bagian juga tiga kabupaten/kota Provinsi Riau, yakni Kabupaten Rokan Hilir, Kuantan Singingi, dan Kota Pekanbaru. Serta 14 kecamatan Kabupaten Siak yang menonjolkan kesenian daerah masing-masing.
Dia juga menyebutkan, kegiatan ini sebagai salah satu upaya untuk mempromosikan wisata dan budaya yang ada di Kabupaten Siak dalam mencapai visi menjadi salah satu daerah budaya di Sumatera.
FSB Sebagai Wajah Budaya Masyarakat Melayu
Bupati Siak Syamsuar mengatakan pergelaran Festival Siak Bermadah (FSB) bukan hanya untuk menjadi bahan evaluasi pembinaan kesenian semata, melainkan sudah menjadi wajah kebudayaan masyarakat Melayu yang amat kaya dengan adat istiadatnya.
"Festival Siak Bermadah awalnya sebagai ajang apresiasi kesenian dan kebudayaan masyarakat Melayu di Kabupaten Siak," kata Syamsuar, Rabu.
Dia ceritakan, pada mulanya helat ini dilaksanakan dengan tujuan mengevaluasi pembinaan kesenian dan kebudayaan daerah yang dikembangkan melalui komunitas seni serta sanggar-sanggar di ceruk-ceruk kampung. Sekaligus menghidupkan UKM masyarakat dalam bidang produksi aneka instrumen seni budaya dan peralatan terkait adat istiadat masyarakat Siak.
Namun seiring waktu, tujuan pelaksanaan Festival Siak Bermadah tersebut terus berkembang, melampaui tujuan pokok yang dicanangkan diawal-awal pelaksanaannya. Saat ini, lanjut Syamsuar, FSB tidak lagi sekedar menjadi ajang evaluasi pembinaan seni budaya semata, atau hanya menjadi stimulan bagi tumbuhnya UKM produk-produk kebudayaan di Siak.
Festival yang mengusung tema "Kembangkan Adat dan Budaya untuk Mengangkat Marwah Negeri" itu juga diikuti oleh dua negara tetangga, Malaysia dan Singapura, beberapa provinsi lainnya seperti DKI Jakarta, Jambi, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Bangka Belitung. Serta kabupaten/kota Provinsi Riau yakni Rokan Hilir, Kuantan Singingi dan Kota Pekanbaru, dalam lomba tari zapin kreasi baru internasional.
Masih kata Syamsuar, tradisi tahunan ini sejak lama telah digelar di daerah berjulukan "Negeri Istana" itu. Beberapa tahun terakhir pengemasan acaranya terus membaik dan pelaksanaannya dirangkaikan pula dengan senarai kegiatan lain, dengan tujuan untuk menyemarakkan Hari Jadi Kabupaten Siak pada tanggal 12 Oktober.