Semester Pertama 2017, Tercatat 331 Kasus DBD Di Pekanbaru

id semester pertama, 2017 tercatat, 331 kasus, dbd di pekanbaru

Semester Pertama 2017, Tercatat 331 Kasus DBD Di Pekanbaru

Pekanbaru (Antarariau.com) - Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru mencatat sebanyak 331 kasus demam berdarah dengue (DBD) di ibu kota Provinsi Riau tersebut selama semester pertama 2017.

"Kami terus mengupayakan untuk menekan angka DBD, dengan melakukan fogging (pengasapan) di sejumlah titik serta terus inisiasi pembersihan lingkungan," kata Kepala Dinas Kesehatan Pekanbaru, Helda S Munir di Pekanbaru, Minggu.

Helda menuturkan bahwa peningkatan kasus DBD tersebut tidak lepas dari peralihan musim yang saat ini terjadi di wilayah Kota Pekanbaru. Menurutnya, faktor cuaca menjadi salah satu faktor utama meningkatnya kasus tersebut.

Dari 302 kasus DBD, Helda menjelaskan, Kecamatan Bukit Raya merupakan wilayah dengan kasus DBD tertinggi, mencapai 52 kasus. Disusul Kecamatan Marpoyan Damai 47 kasus serta Kecamatan Tampan 46 kasus.

Menyusul berikutnya Kecamatan Payung Sekaki 37 kasus, Tenayan Raya 40 kasus, dan Rumbai Pesisir 15 kasus. Lalu Limapuluh 19 kasus, Pekanbaru Kota 14 kasus, Rumbai 25 kasus, Senapelan 22 kasus serta Sukajadi 12 kasus, kemudian terakhir Sail hanya 2 kasus.

Helda mengatakan pihaknya telah menginstruksikan kepada jajaran melalui pusat kesehatan masyarakat di masing-masing kecamatan untuk terus mendekatkan diri ke warga. Kemudian melakukan sosialisasi 3M Plus, yakni menguras, mengubur dan menampung air di tempat tertutup.

"Kemudian, apabila ada anggota keluarga yang mengalami demam panas dengan kriteria DBD, tolong secepatnya diperiksa. Deteksi dini ini sangat penting," tuturnya.

Dia juga kembali mengimbau kepada masyarakat untuk dapat memperoleh bubuk abate di Pusat Kesehatan masyarakat (Puskesmas) terdekat. Ia menegaskan abate tersebut dapat diperoleh secara gratis.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan, mayoritas penderita DBD Pekanbaru merupakan anak-anak usia 5-9 tahun dan serta remaja usia 15-19 tahun.

Kepala Bidang Pengendalian Kesehatan Kota Pekanbaru Gustianti menjelaskan aktivitas di luar rumah dan berada di lingkungan yang kurang terjaga menjadi faktor terbesar anak-anak tersebut menderita DBD.

Menurut Gustianti, kelompok usia tersebut mayoritas merupakan siswa yang mengenyam pendidikan di sekolah dan banyak menghabiskan waktu di luar rumah sehingga kecenderungan anak-anak usia sekolah menjadi korban DBD cukup tinggi.

"Untuk itu kami meminta peran aktif keluarga dan masyarakat agar bersama menjaga lingkungan bersih dari genangan air hingga bebas dari nyamuk penyebab DBD," tuturnya.