Warga Diminta Manfaatkan Kredit Tanpa Agunan

id warga diminta, manfaatkan kredit, tanpa agunan

Pekanbaru, 9/3 (ANTARA) - Bank Riau meminta warga Riau dan Kepulauan Riau memanfaatkan program kredit tanpa agunan dengan plafon sebesar Rp15 juta bagi pelaku usaha mikro yang kesulitan modal. "Penyaluran kredit tanpa agunan bagi pengusaha mikro memang sudah berjalan, tapi penyalurannya masih belum sesuai dengan yang kita harapkan," kata Direktur Utama Bank Riau Erzon, di Pekanbaru, Selasa. Ia menjelaskan, produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Bank Riau bagi pengusaha mikro itu mulai digulirkan sejak tahun 2008, namun hingga kini belum banyak masayarakat di Riau dan Kepulauan Riau memanfaatkannya. Kondisi itu diduga karena ketidaktahuan masyarakat karena minimnya informasi yang diterima, padahal persyaratan yang untuk mendapatkan kredit tersebut cukup mudah dibanding pengajuan kredit yang lain. Mengenai persyaratan, di antaranya calon penerima kredit tanpa angunan harus memiliki usaha yang sedang digeluti seperti di bidang perbengkelan sepeda motor, toko kelontong, warung internet dan sebagainya. "Jika kita nilai layak, maka kredit itu pun kita kucurkan, karena prinsip kredit tanpa agunan itu kita ingin mengangkat pelaku usaha mikro menjadi pengusaha yang besar secara bertahap," katanya. Penyaluran kredit UMKM Bank Riau secara kumulatif hingga akhir tahun 2009 tercatat di atas Rp1 triliun atau tumbuh dua kali lipat dari posisi penyaluran kumulatif 2007 sebesar Rp450 miliar. Pada tahun 2009 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Riau itu juga mencatat laba sekitar Rp300 miliar dengan 60 persen diantaranya atau Rp180 miliar yang berasal dari keuntungan itu dikembalikan kepada pendapatan asli daerah (PAD). Keuntungan yang diperoleh itu merupakan kemajuan berarti seiring dengan kebijakan Bank Riau yang terus mengurangi ketergantungan untuk meraih profit dari pengendapan dana di SBI (Sertifikat Bank Indonesia). Pada tahun 2002 Bank Riau sempat meraih untung hingga Rp500 miliar dari pengendapan dana APBD di SBI yang mencapai Rp8 triliun, demikian Erzon.