Bunga Edelweiss Asal Probolinggo Ada Dijual di Pekanbaru, Ini Kelebihannya

id bunga edelweiss, asal probolinggo, ada dijual, di pekanbaru, ini kelebihannya

Bunga Edelweiss Asal Probolinggo Ada Dijual di Pekanbaru, Ini Kelebihannya

Pekanbaru (antarariau.com) Salah satu pedagang yang menggunakan mobil di sekitaran Jl. Diponegoro, Pekanbaru, menjual Bunga Edelweis asal Probolinggo, Jawa Timur. Bunga abadi tersebut merupakan hasil budidaya masyarakat setempat yang dibantu oleh pemerintah dalam area konservasi.

Bunga ini memiliki masa panen sekitar Juli hingga Oktober. Sekali beli saya ambil 100 ikat, tutur Erick Lesmana (08/11).

Ia mengatakan, Bunga Edelweiss dari Pulau Jawa tersebut berbeda dengan yang terdapat di Pulau Sumatera. Pada Edelweiss Jawa kelopaknya kecil, dan saat cuaca dingin ketika bunga diletakkan diluar ruangan akan menguncup. Kemudian pada saat terkena matahari, bunga tersebut akan mekar.

Berbeda dengan Edelweiss Sumatera yang akan mekar terus menerus, lama kelamaan menguning sehingga membuat kelopak lebih banyak, ujarnya.

Meski begitu para pembeli atau pihak lain sering mengira bunga yang dijualnya merupakan Edelweiss asal Sumatera Barat. Bahkan pernah dituding forum Pencinta Alam menyelundupkan Bunga Edelweiss Sumbar (Sumatera Barat) karena di daerah tersebut dilarang memetiknya.

Padahal kenyataannya, ia memasok bunga abadi tersebut dari Probolinggo, (Jatim) Jawa Timur sejak 2013 lalu.

Saya pernah ditawari Edelweiss dari Sumbar, cuma ngk saya terima, resikonya besar,nanti dapat masalah. Dikarenakan, di Sumatera khususnya di daerah Sumbar tidak terdapat konservasi bunga abadi ini, tambah pria ini.

Ia menyampaikan, pada setiap ikat yang dibelinya dapat membuat empat sampai lima kreasi. Kemudian dijual dalam bentuk pajangan menarik, gantungan kunci dan buket bunga.

Bahan-bahan lain yang digunakan dalam pembuatannya yakni, kaca plastik, goni bekas, pasir warna akuarium, dan lain-lain. Dalam waktu setengah hari, Erick bisa menyelesaikan sekitar tujuh buah. Setiap buahnya membutuhkan waktu sekitar 40-50 menit. Sedangkan untuk buket membutuhkan waktu sekitar 25 menit.

Ia menawarkan harga mulai 20 ribu hingga 150 ribu dengan modal sekitar 30-40 persen dari harga jual. Pajangan menarik tersebut menurutnya dapat bertahan hingga belasan tahun.

Selain berjualan di tepian jalan, ia juga menjual bunga berbau rempah-rempah ini melalui social media seperti, instagram, line dan facebook.

Biasanya bunga ini diberikan pada pacar, dengan mitos agar hubungannya abadi. Nah, saya jual ini supaya mereka bisa ambil disini dan tidak perlu ambil digunung, kata lelaki pecinta alam ini.

Nila Jumiatri Asman, Ilmu Komunikasi Universitas Riau

Pewarta :
Editor: Antara
COPYRIGHT © ANTARA 2016

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.