Reog Jabodetabek Berharap Ponorogo Gelar Workshop "FRN"

id reog, jabodetabek berharap, ponorogo gelar, workshop frn

 Reog Jabodetabek Berharap Ponorogo Gelar Workshop "FRN"

Ponorogo, (Antara) - Komunitas Seniman Reog se-Jabodetabek berharap Yayasan Reog Ponorogo menggelar "workshop" dengan seluruh perwakilan peserta sebelum gelaran Festival Reog Nasional (FRN) digelar dalam rangkaian Grebeg Suro di Ponorogo, Jawa Timur.

"Idealnya workshop dilakukan agar aturan main, arah kegiatan, tujuan serta penilaian festival memiliki standar yang baku dan disepakati semua pihak," ujar Ketua Paguyuban Reog Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), Catur Yudianto saat dikonfirmasi Antara melalui telepon, Rabu (28/10) malam.

Menurutnya, agenda workshop jauh hari sebelum pelaksanaan gelaran FRN penting, karena hasil pembahasan rumusan kegiatan dan tata tertib yang disusun dengan melibatkan seluruh perwakilan calon peserta bisa menjadi acuan pelaksanaan festival reog nasional tersebut.

Tanpa adanya workshop, kata Catur, pelaksanaan FRN selama tiga tahun terakhir justru mengalami penurunan kualitas.

Selain tidak memiliki tema dan arah yang jelas, konsep pergelaran juga membingungkan antara kemasan sendra tari atau dilakukan penilaian secara terpisah antara masing-masing unsur tarian dalam reog.

"Ini bukan masalah Jakarta kalah atau apa, tapi sebagai bagian dari komunitas pecinta reog, kami ingin gelaran FRN lebih berkarakter dan memiliki standar yang jelas dan disepakati semua pihak," tegasnya.

Ia mengingatkan, bagi daerah-daerah di luar Ponorogo, gelaran FRN di Ponorogo merupakan tujuan akhir pembinaan reog.

Melalui festival reog nasional itu pula, lanjut Catur, pihaknya berharap kualitas dan kecakapan masing-masing kontingen reog antardaerah bisa saling diadu atau berkompetisi secara fair, jujur serta obyektif.

"Menjadi tidak ada gunanya mengikuti festival yang katanya berskala nasional, tetapi ada sebagian kontingen daerah yang menggunakan seniman "bob-bonan" (beli pemain/grup reog) dari lokal Ponorogo. Biaya besar, tapi kualifikasi peserta dan metode penilaian tidak transparan," kritiknya.

Catur yang juga Kepala Bagian Pelestarian dan Pengembangan Budaya Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta itu menegaskan bahwa pihaknya, mewakili Paguyuban reog Jabodetabek, sama sekali tidak berniat protes apalagi menggugat gelaran FRN karena kalah atau tidak mendapat kejuaraan.