Sambungan dari hal 1 ..
Hilangnya Dukungan pada Satria Bergitar
Akibat alotnya pembahasan pasal 12 dalam AD/ART mengenai syarat kepemimpinan partai dalam rapat Pleno saat Muktamar ke-IV PBB di Cisarua, Bogor, akhirnya diadakan Rapat Konsolidasi para ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) partai.
Wakil Ketua Umum PBB periode 2010-2015 yang saat itu juga masuk dalam nominasi calon Ketua Umum PBB Sahar L Hasan mengatakan Konsolidasi DPW itu akhirnya menyepakati Rhoma Irama masuk sebagai daftar bakal calon Ketum PBB periode 2015-2020.
"Dalam rapat DPW itu memang hasilnya diputuskan ada perubahan isi AD/ART yang memungkinkan untuk Rhoma mencalonkan diri," kata Wakil Ketua Umum Sahar L Hasan saat dihubungi di lokasi Muktamar ke-IV PBB, Minggu (26/4) dini hari.
Sahar memang menjelaskan adanya rapat konsolidasi tersebut karena alotnya pembahasan tata tertib dan AD/ART saat rapat pleno sebelumnya yang dimulai dari jam 20.00 WIB.
Perubahan yang didapat dalam rapat konsolidasi itu adalah pada pasal 12 AD/ART PBB tentang Syarat Pemimpin Partai yang awalnya hanya bisa diikuti oleh kader dan teras partai kini ada penambahan.
"Penambahannya itu bahwa yang bisa jadi pemimpin partai adalah kader, teras dan anggota biasa partai," kata Sahar.
Dengan revisi AD/ART tersebut maka sang raja dangdut yang oleh loyalisnya diklaim telah didukung oleh 302 pemegang suara dari total keseluruhan pemilik suara yang hadir dalam muktamar itu, bisa dicalonkan.
Perhitungan suara yang dilakukan sejak Minggu tanggal 26 April 2015 pagi seyogyanya diadakan untuk memilih kandidat yang berhak melanjutkan kie tahap berikutnya untuk dijadikan calon ketua Umum Partai Bulan Bintang.
Dalam tahap penyaringan fase pertama ini ada empat nama yang mendapatkan suara, yaitu Yusril sebagai Ketua Majelis Syuro, Rhoma Irama yang merupakan anggota baru PBB. Lalu dua nama lainnya yaitu pengusaha Heppy Trenggono yang baru bergabung dengan PBB dan Anggota Dewan Syuro, Wasal Falah.
Sidang memutuskan untuk mengharuskan para kandidat calon memiliki dukungan minimal 100 suara. Pemilik suara dalam Muktamar PBB sebanyak 515, yang terdiri atas suara DPP, DPW, dan DPC.
Komposisi suara dalam tahap tersebut antara lain untuk Yusril sebanyak 386 suara, sedangkan untuk Rhoma adalah 122. Calon lainnya hanya dipilih oleh satu dan dua suara, sedangkan suara tak sah dinyatakan empat suara. Eddy mengatakan, maka yang berhak untuk dimajukan ke bursa pencalonan ketua umum adalah Yusril dan Rhoma.
Saat delapan pemimpin sidang muktamar meminta kesediaan Yusril dan Rhoma untuk dimajukan dalam pemilihan tahap kedua, hanya Yusril yang menyatakan kesediaannya di hadapan majelis muktamar. "Saya menerima amanah ini," kata Yusril.
Rhoma tak bisa menyampaikan kesediaannya. Sebab, si Satria bergitar tak ada di lokasi pemilihan maupun di areal muktamar. Akhirnya, Eddy pun berdiskusi dengan tujuh pemimpin sidang lainnya dan memutuskan untuk melakukan skors selama lima menit agar kandidat kedua bisa hadir dan menyatakan kesediannya.
Waktu skors pun berakhir. Rhoma yang tak hadir akhirnya dinyatakan tidak bersedia untuk dicalonkan, meski sejumlah pendukungnya meminta waktu tambahan namun pemimpin sidang tetap pada pendiriannya.
"Karena kandidat lainnya tidak bisa dihadirkan, maka pimpinan sidang akan langsung menetapkan Ketua Umum PBB 2015-2020," kata Eddy.
Dengan kekalahan tersebut jadi timbul pertanyaan dalam benak para simpatisan sang Satria bergitar yang basisnya berada di Jawa Barat, mereka heran mengapa dukungan saat konsolidasi dan pemilihan berbeda.
"Saya juga kaget mengapa seperti ini padahal ketika konsolidasi semalam diatas 60 persen dukungan DPC pada Rhoma, namun saat pemilihan malah menurun drastis," kata salah satu simpatisan Rhoma dari Majalengka yang enggan disebutkan namanya.
Sementara itu di tempat yang sama Loyalis Rhoma lainnya juga menyayagkan kejadian tersebut namun menegaskan akan tetap berada dalam partai yang lahir di era reformasi tersebut.
"Saya akan tetap di PBB apapun yang terjadi. Terkait dengan hasil Bang Haji Rhoma kalah kita harus bisa menerima sesuai pesan Pak Yusril, Kaban dan Rhoma. Karena memang seperti inilah politik dan demokrasi," kata loyalis yang berasal dari Garut yang juga enggan mengatakan namanya itu.
Hingga saat ini belum ada yang bisa dikonfirmasi terkait ketidakhadiran atau hilangnya lebih dari 50 persen suara untuk Sang Satria Bergitar setelah penghitungan yang menghasilkan kemenangan secara aklamasi bagi Yusril Ihza Mahendra.
"Saya tidak tahu alasannya mengapa Bang Haji tidak datang untuk menyatakan kesiapannya dan terkait dengan jumlah dukungan saya kira hal ini tidak aneh dalam demokrasi," kata mantan Ketua Umum PBB MS Kaban saat dihubungi.