Mungkinkah Nusakambangan Menjadi Sarang ISIS? (Sambungan dari hal 1)

id mungkinkah nusakambangan, menjadi sarang, isis, , sambungan dari, hal 1

Mungkinkah Nusakambangan Menjadi Sarang ISIS?    (Sambungan dari hal 1)



Salah seorang perwakilan Yayasan Almasuroh yang menaungi Pondok Pesantren An Nur Ciamis, Jawa Barat, Ustaz Abu Najm Khotib mengatakan bahwa sebagai pembina kegiatan pengajian di Masjid Al Muwahidin, Selok Jero, Nusakambangan, pihaknya tidak sependapat atas tudingan atau isu yang berkembang di media massa maupun media sosial terkait keberadaan mereka.

Dalam hal ini, jamaah Masjid Al Muwahidin dituding sebagai bagian dari kelompok radikal yang mempunyai hubungan erat dengan para pembesuk salah seorang terpidana kasus terorisme di Nusakambangan.

"Tuduhan itu tidak benar," kata Ustaz Abu Najm Khotib.

Ia menduga tuduhan tersebut muncul dari penilaian secara fisik karena jamaah masjid berjenggot panjang dan bergamis dengan celana "cungklang" (celana panjang di atas mata kaki, red.) sehingga mirip kelompok teroris.

Menurut dia, jamaah di Selok Jero sebenarnya memegang teguh prinsip-prinsip Islam yang sesuai dengan Al Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW serta tidak boleh memusuhi dan melawan penguasa/pemerintah yang sah.

"Kalau memang ada kesalahan dari penguasa, setiap Muslim wajib memberi tahu dengan cara yang baik, bukan anarkis," katanya.

Camat Kampung Laut Ahmad Nurlaili mengatakan bahwa masjid di Selok Jero berada di wilayah yang diklaim masuk Desa Ujunggagak, Kecamatan Kampung Laut.

"Selok Jero sebenarnya merupakan tanah timbul yang sebagian masuk wilayah Nusakambangan, sebagian lagi Kampung Laut," katanya.

Menurut dia, Masjid Al Muwahidin di Selok Jero berdiri sekitar dua-tiga tahun lalu.

Kendati terkesan eksklusif, dia mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa memastikan apakah jamaah masjid itu termasuk kelompok garis keras atau bukan.

"Hanya ahlinya yang bisa membuktikan itu," katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa berdasarkan pemantauan, jamaah atau santri masjid itu berjumlah sekitar 20-40 orang yang berasal dari luar daerah dan berganti-ganti.

Selain itu, kata dia, kegiatan yang terlihat hanyalah pengajian dan hafalan Al Quran.

Ia mengaku sempat datang ke Selok Jero untuk mencari informasi terkait keberadaan jamaah masjid tersebut.

Tidak lama berselang, lanjut dia, perwakilan jamaah masjid mendatangi Kantor Kecamatan Kampung Laut untuk menjelaskan keberadaan mereka.

"Saya tanya dia, berarti NKRI bos? Orang itu menjawab, iya Pak, saya manut pemerintah," katanya.

Informasi yang dihimpun, pengamanan di Pulau Nusakambangan ditingkatkan dalam beberapa hari terakhir dengan melibatkan personel Brigade Mobil Kepolisian Daerah Jawa Tengah dan TNI dari berbagai kesatuan.

Akan tetapi, tidak diketahui secara pasti apakah peningkatan pengamanan tersebut terkait persiapan eksekusi sejumlah terpidana mati yang direncanakan dilaksanakan setelah kegiatan Konferensi Asia Afrika ataukah sebagai antisipasi terhadap gerakan radikal atau ISIS.

Pelaksana Harian Kepala Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Jawa Tengah Iwan Pramono mengatakan bahwa pengamanan Nusakambangan dilakukan setiap hari karena banyak isu yang bersifat nasional.

"Kalau memang nanti ada eksekusi, itu wewenang dari Kejaksaan Agung. Yang penting teman-teman di sana (Nusakambangan, red.) setiap hari harus waspada terus, ada ataupun tidak ada isu itu," katanya.

Kendati demikian, dia mengakui bahwa pengamanan Nusakambangan saat ini melibatkan personel TNI/Polri atas dukungan dari Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan.

Disinggung mengenai keberadaan kelompok Salafi Wahabi di wilayah Selok Jero yang berada di ujung barat Nusakambangan, dia mengatakan bahwa hal itu di luar kewenangan lembaga pemasyarakatan (lapas).

"Lapas itu hanya bertanggung jawab di dalam lingkungan, kalau itu (keberadaan kelompok Salafi Wahabi, red.) kita koordinasi dengan aparat Kodim, Korem, ataupun dari BIN (Badan Intelijen Negara). Kita hanya pengamanan, misalnya jika ada kunjungan ke terpidana kasus terorisme, harus kita periksa betul," katanya.

Kendati demikian, dia mengakui bahwa Nusakambangan harus steril dari berbagai kegiatan selain pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan.

Akan tetapi, kata dia, Pulau Nusakambangan saat ini hampir merapat dengan daratan Cilacap.

Padahal, lanjut dia, petugas lapas lebih fokus ke dalam lembaga pemasyarakatan.

"Memang ada kelemahan kita di situ. Untuk (pengamanan) di luar inilah, kita bekerja sama dengan Mabes Polri dan dibantu pengamanan dari pihak lain," jelasnya.