Pekanbaru, (Antarariau.com) - Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015 menjadi peluang untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di daerah pesisir Riau yang berbatasan dengan negara tetangga, kata Pelaksana Tugas Gubernur setempat Arsyadjuliandi Rachman.
"Potensial lagi ketika ada program poros maritim yang dicanang Pemerintah Pusat," kata Arsyadjuliandi saat menjadi pembicara di acara diskusi publik oleh Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Riau, Selasa siang.
Dengan demikian, masyarakat pesisir yang tadinya mengalami ketertinggalan dengan masyarakat di Riau daratan, berpeluang untuk meningkatkan perekonomian saat MEA 2015.
"Tentunya harus didukung dengan keahlian dan kemampuan yang memadai. Pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi juga harus bersinergi membantu masyarakat agar terus meningkatkan kreativitasnya," kata dia.
Untuk diketahui, demikian Arsyadjuliandi, daerah pesisir Riau adalah kawasan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Malaysia.
Hal itu menurut dia, menjadi peluang bagi masyarakat pesisir untuk berkembang dan maju dengan berbagai keterampilan dan kemampuan.
Mengenai infrastruktur, menurut dia hal itu telah difikirkan dan akan dialokasikan lebih pada 2015 sebagai wujud dukungan pemerintah terhadap pemerataan pembangunan.
"Maka harus siap. Masyarakat harus siap bertarung saat MEA diberlakukan nanti. Jangan cuma menjadi penonton yang tentunya akan sangat merugikan," kata dia.
Saat MEA mendatang, kata Arsyadjuliandi, masyarakat pesisir juga harus mempu memanfaatkan berbagai objek pariwisata yang ada di sana.
"Karena memang objek pariwisata Riau itu rata-rata berada di wilayah pesisir seperti Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, kemudian Bagansiapiapi di Rokan Hilir, dan Kabupaten Kepulauan Meranti," katanya.
Arsyadjulaindi mengatakan, pihaknya akan berjuang agar pembangunan di daerah pesisir terus digesa, namun tetap diimbangi dengan sumber daya manusia memadai untuk menghadapi MEA mendatang.
Jangan sampai, lanjut kata dia, masyarakat di pesisir "dijajah" olah masyarakat asing dan daerahnya menjadi tujuan pasar dunia.
"Jika itu terjadi, maka dampaknya jutsru berbalik. MEA akan merugikan masyarakat pesisir. Untuk itu, segeralah berkreasi, bangun sumber daya yang andal dan memadai untuk dapat bertarung dan memenangkan setiap pertandingan," katanya.
Berbagai komoditi unggulan seperti sagu di Kepulauan Meranti dan kelapa di Rokan Hilir serta Bengkalis juga harus di kedepankan, setidaknya untuk memenuhi kebutuhan sendiri sehingga tidak lagi mampu diterpa produk asing saat MEA mendatang, katanya.
"Dan kami berkomitmen untuk membantu para petani sagu dan kelapa agar tetap menjaga komoditi itu untuk terus diunggulkan. Jangan cuma kelapa sawit," katanya.