Fasilitas MPA Harapan Jaya Lengkap Berkat "Website"

id fasilitas mpa, harapan jaya, lengkap berkat website

Fasilitas MPA Harapan Jaya Lengkap Berkat "Website"

Tembilahan, (Antarariau.com) - Masyarakat Peduli Api (MPA) Desa Harapan Jaya, Kecamatan Tempuling, Kabupaten Indragiri Hilir sudah memiliki fasilitas dan peralatan lengkap berkat masyarakat yang intens menyuarakan kekurangan alat pada "website" atau situs resmi desanya yakni www.harapanjaya.desa.id.

"Sejak Gubernur Riau non aktif Annas Maamun menginstruksikan pembentukan MPA, banyak yang sudah terbentuk tapi tidak diberi fasilitas. Namun masyarakat Desa Harapan Jaya bisa memiliki peralatan bantuan dari Ketua DPRD Indragiri Hilir setelah melihat tulisan-tulisan warga di situs desa," kata Direktur Yayasan Mitra Insani (YMI), Hisam Setiawan di Desa Harapan Jaya, Jumat.

YMI merupakan fasilitator terhadap masyarakat desa setempat untuk melakukan pengelolaan gambut dalam upaya pencegahan kebakaran lahan dan hutan berbasiskan masyarakat.

Desa Harapan Jaya sendiri merupakan satu desa yang dijadikan "pilot project" di Riau dan Indonesia dalam program yang digagas oleh Sekretariat ASEAN yaitu "Sustainable Peatland Management in South East Asia (SEApeat) Project".

Pada situs desa itu, lanjutnya, beberapa penduduk desa mempraktikkan jurnalisme warga. Masyarakat yang ingin menulis keluhannya diberi kebebasan mewartakan tanpa harus mengkuti kaedah baku tulisan jurnalistik. Hal inilah akhirnya sampai kepada Ketua DPRD Inhil yang kemudian memberi bantuan.

"MPA Desa Harapan Jaya sekarang sudah memiliki peralatan seperti selang, pompa air, sepatu, kostum, handie talkie dan lain-lainnya. Sekarang kita juga tengah membangun Sekretariat," ujarnya.

Untuk biaya operasional, lanjutnya, didapatkan dengan pendapatan alternatif seperti pemberlauan peraturan desa bagi pembakar lahan yang menyebabkan lahan di luar miliknya terbakar. Dendanya yakni Rp350 ribu satu Pohon Sawit dan Rp100 ribu satu pohon Karet serta sewa pemadaman oleh MPA Rp1 juta sehari.

Selain itu, pendapatan lainnya juga diperoleh dari sewa jembatan Rp1000 per bulan untuk setiap Kepala Keluarga, pendapatan pengolahan energi alternatif biogas, sewa tenda milik pemerintah desa, dan biaya listrik pada siang hari bagi masyarakat yang melakukan hajatan karena listrik di desa ini hanya hidup malam saja dengan tenaga diesel.