Melirik Kemajuan TI Desa Harapan Jaya

id melirik kemajuan, ti desa, harapan jaya

Melirik Kemajuan TI Desa Harapan Jaya

Oleh Bayu Agustari Adha

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Informasi yang hadir secara fluktuatif telah menjadi suatu kebutuhan dalam percaturan dunia global, sehingga akan menimbulkan ketertinggalan jika tidak mengikutinya secara seksama

Informasi itu memerlukan kemajuan dan pengaplikasian teknologi (TI) untuk dapat dengan cepat menyerap atau mengaksesnya. Namun kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum mengenal teknologi informasi, terutama mereka yang tinggal di pelosok desa atau pulau terpencil yang tidak didukung infrastruktur.

Untuk memperpendek jarak ketertinggalan tersebut, dibutuhkan suatu masyarakat yang memiliki tekad dan kemauan yang keras untuk maju. Di Indonesia saat ini telah ada beberapa contoh desa yang melek informasi dengan menggunakan perangkat teknologi yang mumpuni.

Di Riau sendiri, contoh seperti itu dapat ditemui dengan melirik kemajuan teknologi di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Tempuling, Kabupaten Indragiri Hilir. Desa ini dinilai melek teknologi walaupun sangat kekurangan infrastruktur seperti akses jalan yang kondisinya sangat tidak layak.

Alternatif lain jika tidak ingin melewatinya harus menggunakan kapal kayu atau "pompong" dari seberang Sungai Indragiri yang mencapai 2 kilometer. Jelaslah tidak bisa mengangkut mobil, tapi sepeda motor masih bisa. Namun tetap juga melewati jalan semenisasi yang rusak tidak beraturan sehingga pengendara sepeda motor pun lebih baik memilih sisi jalan yang masih bertanah saja.

Parahnya lagi, sarana listrik juga belum sampai ke sana sehingga membuat masyarakat harus menggunakan tenaga diesel yang sangat boros. Namun ajaibnya, di desa itu bisa ditemukan Radio Komunitas, pengelolaan situs resmi desa, sistem informasi desa untuk pelayanan publik, dan Pangkalan Akses Internet Desa.

Capaian tersebut dilakukan dengan memanfaatkan momentum sebagai desa "Pilot Project" upaya penangulangan kebakaran hutan dan lahan kawasan gambut yang digagas oleh Sekretariat ASEAN yaitu "Sustainable Peatland Management in South East Asia (SEApeat) Project".

Program ini dilakukan dengan dukungan Komisi Uni Eropa yang mencoba mengembangkan sebuah pilot project untuk melibatkan masyarakat dalam upaya-upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan khususnya di kawasan gambut. Program ini dilaksanakan di 10 negara ASEAN yakni Indonesia, Malaysia, Vietnam, Filipina, Thailan, Myanmar, Laos, Kamboja, Singapura dan Brunai Darussalam.

Implementator dari program tersebut adalah Yayasan Mitra Insani (YMI) bersama dengan Pemerintah Desa Harapan Jaya. Kerja sama itu mencoba mengembangkan sebuah konsep Pengelolaan Kawasan Gambut yang berkelanjutan Berbasiskan Masyarakat dalam Upaya Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan serta Peningkatan Ekonomi Masyarakat. Jangka waktunya adalah 2011-2015.

Direktur YMI, Hisam Setiawan mengatakan desa ini terpilih karena adanya kepemimpinan yang kuat dari pemerintahan desa dan kemauan untuk maju yang ditunjukkan oleh masyarakatnya. Termasuk dalam hal mempelajari sekaligus mengimplementasikan teknologi informasi yang juga merupakan salah satu tujuan program dalam menunjang upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

"Salah satu inisiatif atau konsep pengelolaan kawasan gambut berbasiskan masyarakat adalah pengembangan kapasitas masyarakat dalam upaya penerapan teknologi dan informasi," ujarnya.

Hal pertama yang dilakukan untuk mewujudkan masyarakat melek informasi adalah dengan mendirikan Radio Komunitas Selasih 107,7 FM. Sarana ini digunakan untuk penyebaran informasi terutama untuk pencegahan karhutla.

Selain itu, seperti lazimnya radio yang ada di kota, Selasih juga menyajikan hiburan musik kepada para pendengarnya. Kemudian jika ada tamu yang datang, radio ini juga menyajikan siaran bincang-bincang.

Penyiar Radio ini, kata Hisam, adalah penduduk Desa Harapan Jaya mulai remaja hingga dewasa. Setiap harinya Selasih FM hanya mengudara sejak pukul 18.00-24.00 WIB karena siang tidak ada listrik.

Menurut Hisam Setiawan tugas rutin dari penyiar Radio Komunitas Selasih FM ini adalah memberikan informasi terkini terkait kondisi iklim di desa itu. Kegiatan itu berhubungan dengan penerapan sistem peringatan dini antisipasi karhutla dengan konsep "Fire Danger Rating System" (FDRS) yang merupakan penanda rawan kebakaran mulai dari aman hingga berbahaya.

Saat ini terdapat empat unit FDRS di tempat-tempat strategis yang berkoordinasi dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau dan Kabupaten Indragiri Hilir. Informasi diimplementasikan di FDRS dan kemudian akan dikirim melalui pesan singkat dan disampaikan oleh penyiar melalui radio.

"Informasi ini selanjutnya menjadi acuan Masyarakat Patroli Api yang bertugas memadamkan kebakaran," jelasnya.

Situs Desa dengan Konsep Jurnalisme Warga

Selanjutnya, langkah Harapan Jaya guna meningkatkan kapasitas dalam hal teknologi informasi adalah dengan membuat situs resmi desa yang mana proses pembuatannya difasilitasi oleh YMI. Menurut Hisam, masalah awal yang dihadapi adalah karena di Indonesia domain situs resmi pemerintah hanya sampai pada tingkat kabupaten/kota yakni menggunakan ".go.id".

Kemudian dengan segala usaha didapatlah domain dengan menggunakan "desa.id" sehingga terbentuklah situs resminya yakni www.harapanjaya.desa.id. Setelah domain itu diperoleh, masalah lainnya tetap ada seperti akses internet yang tidak ada di desa.

Jika menggunakan laptop dan modem saja, internet tidak bisa diakses karena layanan jaringan yang hanya disediakan untuk telepon dan pesan singkat saja. Meskipun begitu, situs desa ini tetap dipergunakan dengan menempuh cara yakni mengisi kontennya dari luar Desa Harapan Jaya.

Untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam dunia informasi, diterapkanlah konsep jurnalisme warga di mana penduduk menjadi pewarta dan mempublikasikan di situs desa. Informasi yang disajikan diutamakan dalam upaya pencegahan karhutla di desa yang hampir 80 persen tanahnya adalah gambut yang rawan terbakar.

"Masyarakat yang ingin menuliskan informasi diberi kebebasan mewartakan tanpa harus mengikuti kaidah baku tulisan jurnalistik. Yang penting bisa mengabarkan 5W+1H saja," katanya.

Dampak dari jurnalisme warga ini adalah munculnya respon dari pihak luar. Di antaranya bantuan peralatan pemadam kebakaran kepada Masyarakat Patroli Api (MPA) desa setempat berkat intensnya pewarta menyuarakan kekurangan alat pada situs.

"Desa Harapan Jaya bisa memiliki peralatan berkat bantuan dari Ketua DPRD Indragiri Hilir setelah melihat tulisan-tulisan warga di situs desa. Sekarang sudah memiliki peralatan seperti selang, pompa air, sepatu, kostum, handie talkie dan lain-lainnya serta juga tengah membangun Sekretariat," ujarnya.

Ternyata hal itu tidak hanya dikagumi oleh pemangku jabatan pemerintah septempat, tapi juga terendus oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi RI. Karena memiliki situs resmi desa www.harapanjaya.desa.id. kemudian Kemenkominfo datang memberikan bantuan.

"Kita mendapatkan bantuan perangkat Commonity Accest Point (CAP) yang diserahkan langsung oleh Kemenkominfo 4-5 November lalu. Ada empat unit komputer, perangkat internet, dan wifi yang ditempatkan di balai desa," katanya.

Menurut dia, situs resmi desa terlacak oleh Kominfo sehingga diberikan bantuan dalam program internet masuk desa. Dengan adanya bantuan tersebut, masayarakat bisa lebih meningkatkan kapasitasnya dalam menggunakan internet. Tapi, masih juga terkendala dengan listrik dan juga "bandwith" yang terbatas dari penyedia jaringan.

Sistem Informasi Desa

Kemajuan teknologi informasi lainnya yang ada di desa ini adalah sistem pengelolaan data untuk pelayanan publik bagi masyarakat. Kepala Desa, Rasidi mengatakan sistem pelayanan data administrasi untuk publik sudah sangat mudah dengan proses hanya lima menit.

Dia mengatakan pelayanan adminstrasi menggunakan program yang sistemnya "updaete". Untuk data dia contohkan umur penduduk otomatis tersesuaikan dan tidak perlu diubah lagi. Tak hanya itu, waktunya pun juga "update" sehingga jika seseorang ingin membuat surat pindah, tinggal hanya memasukkan Nomor Induk Kependudukan.

"Lalu sudah tampil di layar surat pindah itu dengan tanggal saat itu juga sehingga paling lama memang hanya lima menit jika berurusan," jelasnya.

Sistem tersebut lanjutnya bisa menggali informasi apa saja tentang masyarakat desa dengan hanya mengklik apa yang dibutuhkan. Dicontohkannya jika ingin melihat jumlah orang yang berstatus janda, sekali klik akan tampil nama-namnya. Kemudian jika diklik juga namanya akan tampil juga informasi data pribadi tentang janda itu. Kendati demikian, sistem ini masih bersifat "offline".

Adanya sistem informasi seperti itu menuai pujian oleh Bupati Indragiri Hilir, Muhammad Warda ketika menghadiri Sarasehan desa di sana. Sistem data pada desa itu menurutnya sudah canggih sehingga membuat pelayanan menjadi cepat dan mudah.

"Setelah saya melihat pemaparan dari Kepala Desa dan Yayasan Mitra Insani, Desa Harapan Jaya sungguh luar biasa. Apa yang akan kami programkan bagi desa sudah ada dan lengkap di sini," katanya di Desa Harapan Jaya, Kamis, (20/11).

Oleh karena itu, kata dia, wajar Harapan Jaya masuk desa kategori mandiri di Indragiri Hilir dan mendapatkan anggaran Rp1,2 miliar per tahun. Dari 236 desa di Inhil, hanya enam desa yang masuk kategori mandiri atau maju termasuk Desa Harapan Jaya.

Terlihat jelas bahwa kemauan berswadaya dan tekad untuk maju menjadi faktor tercapainya kemajuan teknologi informasi di Desa Harapan Jaya. Namun, kendala masih tersisa yakni masalah listrik, jaringan, dan infrastruktur jalan. Pemerintah perlu didesak untuk memberikan infrastruktur inti yang harus dimiliki masyarakat desa itu.